Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembali Mewabah, Kenali Gejala Virus Hog Cholera Pada Babi

Kompas.com - 15/10/2019, 18:02 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Baru-baru ini, virus Hog Cholera atau kolera babi menyerang puluhan ekor babi di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Berdasarkan informasi yang diperoleh, ada sekitar 50 ekor babi mati karena terserang virus ini.

Kasus Hog Cholera di Tapanuli Utara bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya, wabah kolera babi sempat menyerang Pulau Flores.

Melansir pemberitaan Kompas.com (15/08/2018), Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat bahwa 10.000 ekor babi di Pulau Flores mati akibat wabah kolera babi pada 2017.

Hog Cholera sering disebut sebagai Classical Swine Fever  (CSF), yaitu penyakit yang serius dan seringkali menyebabkan kondisi yang fatal.

Baca juga: 2017, Wabah Kolera Babi Serang Pulau Flores, 10.000 Babi Mati

Melansir dari Veterinary Diagnostic and Production Animal Medicine, CSF ini bersifat menular, yang dapat menyebabkan kerentanan tubuh dan kematian yang mendekati 100 persen.

Virus Hog Cholera hanya terjadi pada babi dan dapat menyerang semua kelompok usia. Penyakit ini seringkali terjadi di negara-negara dengan jumlah babi yang tinggi dan belum berhasil memberantas virus tersebut.

Infeksi CSF dapat dilakukan melalui kontak langsung maupun tidak langsung dengan babi yang terinfeksi maupun babi yang rentan terinfeksi.

Babi dengan infeksi akut dapat menyebarkan jumlah virus yang besar sebelum mereka benar-benar terlihat sakit, selama sakit, dan setelah pulih.

Babi hidup terinfeksi sebagai fetus yang menyebarkan virus pada sekresi dan ekskresinya.

Sisa makanan yang tidak dimasak dan mengandung daging babi terinfeksi yang kemudian diberikan sebagai pakan babi telah tercatat sebagai penyebab dari banyak kejadian mewabahnya virus ini.

Cara lain dari penyebaran virus CSF juga termasuk pada peralatan kebun (seperti gerobak, truk, traktor, mesin-mesin yang terkontaminasi), orang-orang, media yang terinfeksi, hewan peliharaan, burung, dan antropoda. Sementara itu, transmisi lewat udara memiliki signifikasi penyebaran yang kecil.

Gejala-Gejala

Berdasarkan keterangan pada laman World Organisation for Animal Health, pada jenis wabah yang akut, tanda-tanda klinisnya tidak bersifat spesifik. Gejala-gejala ini termasuk pada hal-hal berikut:

  • Demam (41 derajat Celcius)
  • Anoreksia, Letargi
  • Leukopenia yang parah
  • Multifokal hiperaemia atau luka hemoragik pada kulit
  • Konjungtivitis
  • Pembesaran atau pembengkakan kelenjar getah bening
  • Sianosis kulit
  • Konstipasi yang diikuti oleh diare
  • Muntah-muntah (pada kasus-kasus tertentu)
  • Batuk-batuk
  • Ataksia, paresis dan kejang-kejang
  • Babi berkerumun bersama
  • Kematian terjadi 5-25 setelah timbulnya penyakit
  • Kematian pada babi muda hampir mencapai 100 persen

Baca juga: Puluhan Babi di Tapanuli Utara Mati Terserang Virus Hog Cholera

Sementara itu, gejala-gejala bada bentuk kronis (virus lebih lemah atau imun lebih kebal):

  • Mati rasa, nafsu makan yang berubah-ubah, pireksia, diare hingga 1 bulan
  • Penampilan yang berantakan dari babi
  • Keterlambatan pertumbuhan
  • Pemulihan dengan jarak kambuh dan kematian dalam jangka waktu 3 bulan

Selain bentuk akut dan kronis, ada pula gejala-gejala untuk bentuk bawaan atau congenital (bergantung pada kekuatan virus dan tahap kehamilan) :

  • Kematian janin, resorpsi, mumifikasi, lahir mati
  • Keguguran
  • Tremor bawaan, lemah
  • Pertumbuhan yang buruk selama beberapa minggu atau beberapa bulan dapat berujung pada kematian
  • Terlahir normal secara klinis, tetapi tetap mengandung virus tanpa memiliki respon dari antibodi

Bentuk lainnya disebut sebagai mild form, biasanya diderita oleh babi-babi yang lebih tua. Gejalanya adalah sebagai berikut:

  • Kehilangan atau kurangnya nafsu makan
  • Pemulihan dan kekebalan yang rendah

CSF yang akut harus dicurigai berdasarkan riwayat, tanda-tanda klinis, suhu tubuh hingga luka-luka yang terjadi. Sejumlah pemeriksaan postmortem yang dilakukan dapat meningkatkan akurasi diagnoasa.

Kontrol terhadap virus Hog Cholera penting dilakukan. Selain merugikan karena menyebabkan kematian, virus ini juga memberikan kerugian ekonomi yang cukup besa.

Misalnya, pada kasus wabah Hog Cholera tahun 2017, Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Dani Suhadi mengatakan bahwa akibat hama tersebut kerugian ekonomi mencapai Rp 2,5 miliar.

Kontrol terhadap virus ini dapat dilakukan dengan pencegahan paparan, vaksinasi, hingga pemberantasan.

Di beberapa negara, pencegahan paparan dilakukan melalui pelarangan atau pengaturan impor babi hidup, babi segar, produk babi yang tidak dipanaskan dengan baik, dan sumber-sumber lain yang mungkin mengandung virus.

Selain itu, melarang pemberian makan dari makanan sisa yang tidak dimasak dan pembuangan sampah dari kapal di pelabuhan juga dapat menjadi cara pencegahan mewabahnya virus ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com