KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto ditusuk oleh orang tak dikenal ketika menghadiri peresmian sebuah universitas di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).
Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, pelaku penusukan berpura-pura sebagai warga yang hendak ingin bersalaman.
Pelaku penusukan terdapat dua orang, yakni SA dan FA. Hingga saat ini, pihak kepolisian masih mendalami motif pelaku penyerangan kepada Wiranto.
Diberitakan Kompas.com (28/5/2019), Wiranto diketahui telah sejak lama menjadi target pembunuhan.
Selain Wiranto, ada tiga nama lain yang juga menjadi target pembunuhan, yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.
Hal itu diungkapkan oleh Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (28/5/2019).
Tito menjelaskan hal itu setelah berhasil menangkap enam tersangka (HK, AF, AD, AZ, TJ, dan IR) selepas tragedi kerusuhan 21-22 Mei yang lalu.
Tito menjelaskan, informasi adanya empat nama pejabat negara yang menjadi sasaran tersebut berasal dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
Tito memastikan informasi tersebut bukan berasal dari informasi intelijen.
Baca juga: Polri Benarkan Foto yang Beredar sebagai Pelaku Penusukan Wiranto
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal menambahkan, kronologi upaya pembunuhan tersebut berawal sejak 1 Oktober 2018.
Keenam pelaku ditetapkan sebagai tersangka terkait kepemilikan senjata api ilegal yang diduga berhubungan dengan upaya perencanaan kerusuhan di Jakarta, 21-22 Mei 2019.
Iqbal mengatakan senpi tersebut akan digunakan membunuh empat tokoh nasional dan seorang pemimpin lembaga survei.
Salah satu tersangka berinisial AF. AF berperan sebagai pemilik dan penjual revolver kepada HK seharga Rp 50 juta. AF ditangkap di BRI, Thamrin, Jakarta Pusat, pada 24 Mei 2019.
Diberitakan Kompas.com (28/5/2019), Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo mengungkapkan, penyandang dana dalam kasus rencana pembunuhan pejabat negara adalah orang papan atas.
Hal itu lantaran sang penyandang dana memberikan pecahan dollar Singapura untuk digunakan membeli senjata.
"Iya (orang papan atas) pendananya, ya," ujar Dedi di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (28/5/2019).
Namun saat ditanya siapa pendana tersebut, Dedi mengatakan masih didalami dan akan diungkap.
Baca juga: Soal Penusukan Wiranto, Ini Rentetan Jejak ISIS di Indonesia
Dedi mengatakan, pendana memberikan pecahan dollar Singapura kepada HK selaku tersangka koordinator lapangan dalam kasus tersebut.
"Cash, langsung dikasih cash. Kemudian dicairkan di money charger Rp 150 juta langsung dia pakai untuk itu (beli senjata)," kata Dedi.
Menanggapi adanya rencana pembunuhan terhadap dirinya, Wiranto mengaku tak terpengaruh dan akan bekerja seperti biasa.
Ia pun berharap polisi segera mengusut tuntas kasus tersebut hingga sang pendana dan aktor intelektual ditangkap.
"Biarpun ada ancaman pembunuhan ya, kami semua tetap bekerja keras sesuai dengan prosedur yang ada. Orientasi kami adalah mengamankan keselamatan negara. Soal nyawa itu ada di tangan Tuhan yang maha kuasa, Allah SWT," lanjut mantan Panglima ABRI itu, sebagaimana diberitakan Kompas.com (28/5/2019).
Sementara itu, Presiden Joko Widodo meminta Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian untuk memperbaiki prosedur pengamanan untuk pejabat negara.
Permintaan tersebut menyusul kasus penikaman Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019).
"Saya perintahkan ke Kapolri untuk memberikan pengamanan yang lebih baik," ujarnya usai menjenguk Wiranto di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Selain soal pengamanan, mantan Wali Kota Solo ini juga menginstruksikan Kapolri, Panglima TNI dan Kepala BIN untuk mengejar jaringan teroris di balik penusukan Wianto.
(Sumber: Kompas.com/Christoforus Ristianto, Rakhmat Nur Hakim, Devina Halim, Rachmawati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.