Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Imelda Bachtiar

Alumnus Ilmu Komunikasi, FISIP Universitas Indonesia (UI) tahun 1995 dan Pascasarjana Kajian Gender UI tahun 2010. Menulis dan menyunting buku bertema seputar memoar dan pemikiran tokoh berkait sejarah Indonesia, kajian perempuan, Peristiwa 1965 dan kedirgantaraan. Karyanya: Kenangan tak Terucap. Saya, Ayah dan Tragedi 1965 (Penerbit Buku Kompas-PBK, 2013), Diaspora Indonesia, Bakti untuk Negeriku (PBK, 2015); Pak Harto, Saya dan Kontainer Medik Udara (PBK, 2017); Dari Capung sampai Hercules (PBK, 2017).

Aristides Katoppo, antara Skripsi dan Rawon

Kompas.com - 01/10/2019, 16:39 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

“Anda amati juga dong editorial cartoon Chee-Chuck milik Indonesia Observer (IO), jangan lupa, ia koran perjuangan, yang selalu dengar suara pembacanya. Itu bedanya dia dengan The Jakarta Post. Itu pula sebabnya Anda saya minta menulis dari sisi sejarah persnya juga.”

Kritik keras itu seakan baru terjadi minggu lalu. Jelas dalam ingatan, padahal terjadi 25 tahun silam. Diskusi kami berlangsung di ruang Pemimpin Redaksi Suara Pembaruan, Jalan Dewi Sartika Cawang, pertengahan tahun 1994. Sang Pemimpin Redaksi itulah Aristides Katoppo, yang baru saja tutup usia dalam usia 81 tahun (29/9).

Bang Tides, begitu dulu panggilan semua murid-muridnya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia, Jurusan Ilmu Komunikasi, adalah sosok yang selalu dinanti jam kuliahnya.

Usianya ketika itu 51 tahun, dan kami semua baru 18-19 tahun. Stringer The New York Times ini dosen luar biasa untuk mata kuliah “Teknik Mencari dan Menulis Berita (TMMB)”, dan “Menulis Feature untuk Surat Kabar”, dan pembimbing beberapa skripsi kami.

Bang Tides mengkritik, kenapa saya tak mengulas Chee-Chuck. Itu kartun tentang celoteh dua ekor cicak yang selalu hadir di pojok kanan halaman muka Observer. Usil, tetapi cerdas menyuarakan apa yang menjadi protes masyarakat.

Maklum, zaman Orde Baru, seperti itulah cara surat kabar mengkritik kebijakan pemerintah. Bang Tides melihat, itulah kekurangan tulisan saya. Tidak melihat Chee-Chuck sebagai kekuatan Observer.

Saya ingat, saya bereaksi diam, mungkin juga takut. Sambil saya berpikir, ini kapan lulus ya, salah terus. Itu dalam hati saja. Saya tetap membolak-balik halaman-halaman lepas “Bab Temuan dan Analisa”, mencoret-coret beberapa kata kunci dari sang pembimbing skripsi.

Ilmu Wartawan

Kenapa kuliah Bang Tides selalu dinanti? Karena ia satu dari sangat sedikit dosen luar biasa yang mengajar dengan menuturkan pengalamannya menjadi wartawan cerdas, berani, nakal menerobos pakem, jeli menganalisa situasi, punya jaringan lobi yang mahaluas, tetapi justru dengan segera menghasilkan karya jurnalistik yang eksklusif.

Belum lagi ia pecinta alam tulen, yang konon menyebabkan ia lembut. Senyumnya selalu mengembang beberapa detik lebih dulu dari suaranya.

Salah satu yang membuat kuliahnya selalu cair dan kami tak takut berbagi cerita. “Halo, ada apa hari ini?” Selalu, sapaan pembukanya. Asyik. Seperti mendengar dongeng.

Itu sebabnya mingguan Mutiara, yang juga dipimpinnya, menjadi bacaan anak muda yang mimpi menjelajahi Indonesia. Mingguan yang banyak mengulas tentang penjelajahan alam yang tak ada duanya sampai kini. Mulai dari kisah penjelajahan perahu cadiknya almarhum Effendi Soleman, sampai foto-foto dan laporan perjalanan Don Hasman.

Saya juga masih ingat laporan “Pendakian Tujuh Puncak Dunia” dan musibah pendakian yang dialami Norman Edwin dan Didiek Syamsu, yang evakuasinya dipimpin langsung Bang Tides pada awal tahun 1992.

Kuliah-kuliahnya juga yang melambungkan angan-angan kami, yang ambil Program Studi Komunikasi Massa, ingin menjadi wartawan. Seorang teman saya, La Rane Hafied, malah ingat kuliah bersama Bang Tides seperti bersama teman sejawat.

Partner diskusi. Kita diskusi, bukan mendengar kuliah seorang dosen. Padahal, kita masih bau kencur, anak kemaren sore di dunia jurnalistik. Anak-anak baru pengalaman magang dua bulan di surat kabar-surat kabar ibukota. Koleganya sering pula diundang masuk kelas kami. Satu yang saya inga, Mochtar Lubis.

Jelang akhir studi, saya satu-satunya di angkatan yang mengambil topik skripsi terkait sejarah pers berbahasa Inggris dan manajemen media massa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Seekor Kuda Terjebak di Atap Rumah Saat Banjir Melanda Brasil

Tren
Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Link Live Streaming Indonesia vs Guinea U23 Kick Off Pukul 20.00 WIB

Tren
Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Prediksi Susunan Pemain Indonesia dan Guinea di Babak Play-off Olimpiade Paris

Tren
Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com