Menurut dia, kepastian lokasi keberadaan Yun Hap penting untuk memperkirakan asal tembakan.
"Ini biadab. Saya harus perkarakan ini," ujar mantan Ketua Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) Mayjen TNI (Purn) Hariadi Dharmawan, setelah melihat jenazah Yunhap di kamar mayat RSCM, menjelang Sabtu (25/9/1999) dini hari.
Kematian Yun Hap menjadi duka mendalam bagi civitas akademika UI.
Diberitakan Harian Kompas, 27 September 1999, duka itu terasa saat pemakaman Yun Hap di Taman Pemakaman Umum (TPU) Pondokrangon, Jakarta Timur, pada Minggu (26/9/2019).
Sekitar 1.000 civitas akademika UI dan mahasiswa sejumlah perguruan tinggi lain mengantarkan Yun Hap ke peristirahatan terakhirnya.
Sebagai tanda duka, Rektor UI saat itu, A Boedisantoso menginstruksikan para dekan dan direktur program pascasarjana UI Salemba dan Depok untuk memasang bendera Merah Putih setengah tiang selama tiga hari.
Duka itu tak hanya dirasakan UI.
Di sejumlah tempat di Jakarta, siaran langsung pemakaman Yun Hap disaksikan warga.
Laporan pandangan mata reporter televisi diiringi lagu Gugur Bunga yang berulang kali diputar semakin membuat duka kian terasa.
Hingga Minggu petang, beberapa warga masih berdatangan ke kawasan Jalan Garnison. Karangan bunga tanda duka juga masih terpasang saat itu.
Yun Hap adalah kebanggaan keluarganya.
Ayahnya, Yap Pit Sing, tak bisa menahan tangis mengenang sosok Yun Hap.
Ia mengenang pernyataan putranya yang bertekad berjuang untuk kepentingan rakyat.
"DIA bilang: saya sekolah di UI, rakyat yang membiayai, yang mensubsidi. Maka saya harus berjuang untuk rakyat," kata Yap, dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 26 September 1999.