Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pagi Ini Kualitas Udara di Pekanbaru, Riau Masih Lebih Buruk dari Jakarta

Kompas.com - 15/09/2019, 09:32 WIB
Nur Rohmi Aida,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Dampak kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan menimbulkan dampak beragam, salah satunya kabut asap yang tak kunjung hilang. Akibatnya kualitas udara pun memburuk.

Pagi ini, kualitas udara di Pekanbaru, Riau, terpantau melalui AirVisual masih lebih buruk dibandingkan Jakarta.

Data AirVisual, hingga pukul 07.50 WIB menunjukkan kualitas udara Riau menunjukkan indeks yang tidak sehat dengan parameter Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara sebesar 161.

Indeks tersebut lebih besar dibandingkan Jakarta yakni 156 AQI.

Seperti diketahui, Jakarta menempati peringkat pertama sebagai kota dengan kualitas udara terburuk keempat pada Minggu (15/9/2019) pagi.

Meski begitu, kualitas udara Pekanbaru, Riau pagi ini cenderung lebih baik dibandingkan pada Jumat (13/9/2019), di mana berdasarkan laporan Kompas.com hingga pukul 13.00 WIB kualitas udara di Pekanbaru, Riau tercatat sangat tidak sehat dengan Air Quality Index (AQI) sebesar 264.

Pengukuran udara yang dilakukan AirVisual menggunakan parameter PM (particulate matter) 2,5 atau pengukuran debu berukuran 2,5 mikron berstandar US AQI (air quality index).

WHO menetapkan ambang batas sehat konsentrasi PM 2,5 dalam sebuah kota tak boleh lebih dari 25 mikrogram per meter kubik (ug/m3) dalam 24 jam.

Saat ini, konsentrasi udara di Pekanbaru, Riau mencapai 74 ug/m3, sementara di Jakarta 66 ug/m3.

Imbauan Pemerintah

Pemprov Riau menganjurkan masyarakat setempat untuk tidak beraktivitas di luar rumah atau gedung. Jika terpaksa keluar rumah, harus menggunakan masker dan peralatan pelindung lainnya.

Sebelumnya, Sabtu (14/9/2019) kabut asap di Pekanbaru, Riau dilaporkan masih pekat.

Kabut asap di Pekanbaru, Riau ini juga sempat mengakibatkan jarak pandang berkurang bahkan hanya kisaran 300 meter.

Sebelumnya, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Rusmadya Maharuddin, menilai imbauan tersebut tidak efektif untuk mengatasi dampak kabut asap.

"Meski masyarakat diminta untuk diam di dalam ruangan atau rumah, kabut masih bisa terhirup apalagi jika rumah atau ruangan tempat mereka tinggal tidak dilengkapi penyaring udara yang bagus," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (13/9/2019).

Menurutnya, satu-satunya cara efektif untuk menghentikan meluasnya kabut asap ini adalah dengan penegakan hukum.

"Kejadian kebakaran hutan dan lahan ini sudah terjadi berulang, hampir setiap tahun. Hanya kuantitasnya saja yang berbeda-beda," ucapnya. "Ini merupakan bentuk kegagalan pemerintah, terutama dalam melakukan pengawasan dan penegakan hukum terkait kasus kebakaran hutan dan lahan," kata dia.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (13/9/2019), kabut asap di Pekanbaru, Riau mulai menimbulkan efek di tengah masyarakat.

Salah satunya adalah persoalan Infeski Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Berdasarkan data yang diterima Kompas.com dari Dinas Kesehatan Riau, 11 September 2019, jumlah warga yang terserang ISPA di Riau sebanyak 9.931 orang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com