Selanjutnya adalah obat-obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang kerap digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan misalnya ibuprofen, asam salisilat, piroksikam.
Serta obat-obata antibiotiok seperti penisilin, serta obat kejang yang biasanya dipakai para pengidap epilepsi.
Baca juga: 17 Bayi Spanyol Alami Sindrom Serigala, Dipicu Kandungan dalam Obat
Penanganan terhadap orang yang mengalami sindrom Stevens Johnson adalah pasien harus dibawa ke Rumah Sakit.
Pasien juga diharuskan untuk menghentikan konsumsi obat yang menjadi pemicu alergi.
Umumnya, beberapa obat biasanya akan diberikan dokter untuk mengatasi sindrom Stevens Johnson seperti pemberian anti alergi (anti histamin) untuk meredakan gejala. Kortikosteroid juga diberikan untuk mengontrol terjadinya peradangan.
Terapi penunjang juga akan diberikan oleh rumah sakit meliputi penggantian cairan tubuh yang hilang dengan menggunakan infus.
Selain itu, jika terjadi luka, lapisan kulit mati harus dibersihkan kemudian lukanya ditutup dengan perban supaya tak terjadi infeksi.
Beberapa komplikasi yang akan muncul pada penderita sindrom Steven Johnson yakni infeksi kulit sekunder, infeksi darah, masalah mata, gagal napas akut, serta terjadinya kerusakan kulit permanen.
Meski umumnya disebabkan oleh obat, namun sindrom Stevens Johnson juga bias dipicu oleh infeksi virus atau kuman tertentu, seperti herpes, influenza, HIV, Diphteria, Typhoid, Hepatitis A, dan Pneumonia.
Stevens Johnson juga bisa dipicu oleh rangsang fisik seperti radioterapi, dan sinar ultraviolet. Namun terkadang, penyebab pasti tak selalu bias dipastikan sehingga sulit untuk dicegah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.