Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Reaksi Alergi Obat, Bisa Jadi Sindrom Stevens Johnson

Kompas.com - 03/09/2019, 06:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Nama Sindrom Stevens Johnson mungkin tidak terlalu dikenal publik. Sindrom ini sebetulnya merupakan sebuah alergi yang bisa saja muncul usai Anda mengkonsumsi suatu obat.

Melansir dari National Health Service, sindrom Stevens Johnson adalah kelainan langka namun serius yang menyerang kulit, selaput lendir, alat kelamin, dan mata.

Selaput lendir adalah lapisan lunak jaringan yang melapisi sistem pencernaan dari mulut ke anus serta saluran genital (organ reproduksi) dan bola mata.

Penyebab sindrom Steven Johnshon umumnya diakibatkan oleh terjadinya reaksi yang merugikan yang tidak terduga terhadap obat-obat tertentu. Kadang juga bisa diakibatkan oleh infeksi.

Gejala penyakit ini sering dimulai dengan gejala mirip dengan flu, diikuti ruam merah atau ungu yang menyebar dan melepuh. Kulit yang terkena pada akhirnya mati dan mengelupas.

Baca juga: Waspadai Gejala Alergi Obat

Salah satu yang pernah mengalami sindrom ini adalah Suswiyanto, seorang warga Ngawi.

Berdasarkan laporan Kompas.com (14/12/2008), Suswiyanto terpaksa dilarikan ke RSUD dr. Suroto, Ngawi.

Ia semula mengeluhkan demam dan suhu badan tinggi. Untuk mengatasi rasa sakitnya itu, ia dibawa ke mantri kesehatan setempat dan disuntik obat penghilang rasa sakit.

Namun usai disuntik, kondisinya justru menjadi parah. Kulit wajah dan badannya melepuh seperti terbakar, panasnya semakin tinggi dan mengalami sesak nafas.

Dr. Wahyu Riyanto SPKK yang menangani Suswiyanto ketika itu mengatakan bahwa pasien terserang sindrom Stevens-Johnshon.

Menurut Dr Wahyu, sindrom tersebut belum diketahui cara mencegahnya. Kala itu, ia menyebut gejala awal orang yang mengalami penyakit tersebut seperti kulit kemerahan dan terkelupas.

"Jika tidak segera diobati, penyakit ini bisa mematikan. Terkelupasnya kulit bisa menyebabkan infeksi yang lalu bisa membuat sejumlah tanda vital menurun, tensi turun, sesak nafas, kesadaran turun, lalu masuk status koma, dan pada akhirnya meninggal," jelasnya.

Dia mengatakan satu-satunya cara mencegah penyakit tersebut adalah tidak sembarangan minum obat, juga minum obat tanpa resep dokter.

Ia juiga mengingatkan riwayat seseorang akan alergi terhadap obat tertentu juga harus diingat agar di masa mendatang orang tersebut tak salah makan obat.

Melansir dari Hello Sehat, beberapa jenis obat yang paling sering memicu terjadinya sindrom Steven-Johnson diantaranya adalah obat-obat anti asam urat, misalnya allopurinol.

Selanjutnya adalah obat-obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang kerap digunakan untuk mengurangi nyeri dan peradangan misalnya ibuprofen, asam salisilat, piroksikam.

Serta obat-obata antibiotiok seperti penisilin, serta obat kejang yang biasanya dipakai para pengidap epilepsi.

Baca juga: 17 Bayi Spanyol Alami Sindrom Serigala, Dipicu Kandungan dalam Obat

Penanganan terhadap orang yang mengalami sindrom Stevens Johnson adalah pasien harus dibawa ke Rumah Sakit.

Pasien juga diharuskan untuk menghentikan konsumsi obat yang menjadi pemicu alergi.

Umumnya, beberapa obat biasanya akan diberikan dokter untuk mengatasi sindrom Stevens Johnson seperti pemberian anti alergi (anti histamin) untuk meredakan gejala. Kortikosteroid juga diberikan untuk mengontrol terjadinya peradangan.

Terapi penunjang juga akan diberikan oleh rumah sakit meliputi penggantian cairan tubuh yang hilang dengan menggunakan infus.

Selain itu, jika terjadi luka, lapisan kulit mati harus dibersihkan kemudian lukanya ditutup dengan perban supaya tak terjadi infeksi.

Beberapa komplikasi yang akan muncul pada penderita sindrom Steven Johnson yakni infeksi kulit sekunder, infeksi darah, masalah mata, gagal napas akut, serta terjadinya kerusakan kulit permanen.

Meski umumnya disebabkan oleh obat, namun sindrom Stevens Johnson juga bias dipicu oleh infeksi virus atau kuman tertentu, seperti herpes, influenza, HIV, Diphteria, Typhoid, Hepatitis A, dan Pneumonia.

Stevens Johnson juga bisa dipicu oleh rangsang fisik seperti radioterapi, dan sinar ultraviolet. Namun terkadang, penyebab pasti tak selalu bias dipastikan sehingga sulit untuk dicegah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com