Dalam aksinya, JMW menggunakan situs bernama https://maktabdaimi.blogspot.com. Situs tersebut berisi nasab (keturunan) semua habib yang sudah terdata di Rabithah Alawiyah.
Sehingga, JMW juga mencatut nama organisasi Rabithah Alawiyah dalam modus penipuannya.
JMW menawarkan pada orang-orang yang ingin namanya terdaftar di Rabithah Alawiyah untuk mengurus lewat dirinya, yaitu jalur tidak resmi dengan membayar tarif Rp 4 juta.
Setidaknya, sudah ada enam orang yang tertipu pembuatan sertifikat habib palsu oleh JMW tersebut.
"Pada sekitar Desember 2023, korban (pelapor) mendapat informasi bahwa ada blogspot yang mengaku sebagai blogspot resmi milik organisasi Rabithah Alawiyah," ujar Direktur Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Kombes Ade Safri Simanjuntak, dikutip dari Kompas.com, Senin (4/3/2024).
Perlu diketahui, gelar habib diberikan kepada mereka yang mempunyai garis keturunan langsung dengan Nabi Muhammad SAW.
Total, JMW mendapatkan keuntungan setidaknya Rp 18,5 juta dari aksi penipuannya tersebut.
Kasubdit Tipid Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Ardian Satrio Utomo mengatakan, total keuntungan tersebut masih penghitungan sementara.
"Kerugian (keuntungan bagi pelaku) dan jumlah korban sementara. Kami masih menyelidiki lebih lanjut," ucap Ardian, dilansir dari Kompas.com, Senin (4/3/2024).
Lantas, mengapa ada orang yang ingin mempunyai sertifikat habib?
Penjelasan sosiolog
Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida menilai, masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan menilai status dan reputasi seseorang dari simbol atau atribut yang digunakan.
Oleh karena itu, kata dia, tidak heran jika beberapa orang menginginkan gelar “habib” di nama mereka.
“Mereka tertipu karena memercayai figur-figur yang tampil agamis, tampil meyakinkan dengan simbol-simbol kemapanan, dan lainnya,” ujar Ida, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (8/3/2024).
Lebih lanjut, menurutnya, orang yang tertipu tersebut belum terbangun atau terbiasa untuk kritis dalam menanggapi sejumlah hal.
Termasuk untuk mempertanyakan atau menggali lebih jelas dan mendalam agar tidak tertipu di kemudian hari.
“Dengan demikian, pada konteks masyarakat Indonesia, keberadaan habib seolah jadi simbol religius, bahkan ada yang dianggap makbul doa-doanya,” tuturnya.
Modal mendapat perlakuan khusus
Ida mengatakan, beberapa orang menginginkan sertifikat habib lantaran adanya anggapan bahwa masyarakat akan memperlakukan seorang habib beda dibandingkan orang biasa.
Kebanyakan masyarakat akan menempatkan habib di lapisan sosial yang perlu dihormati dan disanjung. Mengingat, habib adalah keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW.
“Dengan penampilan atau gaya pakaian serta juga wajah dan bahasa kearab-araban (meski bukan keturunan Nabi Muhammad SAW), maka dianggap sebagai modal untuk bisa mendapatkan perlakuan khusus,” kata Ida.
“Termasuk bisa mendapat kepercayaan masyarakat, misalnya mengurus umrah dan sebagainya,” imbuhnya.
Sebagai status kehormatan
Terpisah, sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono menerangkan, banyak orang menginginkan gelar habib untuk mendapatkan kehormatan di kalangan masyarakat.
"Untuk dapat pengakuan kalau bisa jadi habib, punya fungsi status kehormatan. Itu kalau di Solo, sama dengan gelar ningrat. Tapi kalau di keagamaan, khususnya Islam, habib itu sangat dihormati," ucap Drajat, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (9/3/2024).
Ketika dihormati orang lain, maka ia akan merasa senang karena lebih dihargai daripada sebelumnya.
Nantinya, gelar habib tersebut bisa digunakan sebagai sarana masuk ke dalam kelompok yang mempunyai gelar sama.
Bahkan menurutnya, jika disalahgunakan, bisa menyangkut kepentingan politik karena diakui oleh banyak orang.
"Kepentingan-kepentingan praktis ini, dalam beberapa hal mungkin juga menyangkut kekuasaan diakui oleh banyak massa, sehingga kemudian menggerakan massa," jelas Drajat.
"Itu sangat berguna untuk politik, atau juga diakui untuk mendapat kemudahan akses-akses sumber ekonomi," sambungnya.
https://www.kompas.com/tren/read/2024/03/09/173000265/berkaca-dari-kasus-kalideres-mengapa-orang-menginginkan-sertifikat-habib-