Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pemilih di Kuala Lumpur Membeludak, Disebut Lebih Parah Dibandingkan Pemilu 2019

KOMPAS.com - Pemungutan suara untuk Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 di Malaysia telah berlangsung pada Minggu (11/2/2024).

Akan tetapi, proses pemungutan suara di World Trade Center (WTC), Kuala Lumpur, Malaysia sempat diwarnai ketegangan.

Pasalnya, jumlah WNI yang datang ke WTC untuk menggunakan hak pilihnya, membludak hingga menimbulkan antrean berjam-jam.

Keluhan tersebut salah satunya dirasakan oleh Yvonne (24), WNI yang kini sedang menempuh studi S2 di Malaysia.

Yvonne juga sempat membagikan foto situasi lokasi pemungutan manusia yang dipenuhi oleh "lautan manusia".

"Aku datang jam 11.00-an, sekitar jam 15.00 baru nyoblos," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu.

Lebih parah dibandingkan Pemilu 2019

Ini menjadi pemungutan suara kedua bagi Yvonne yang sebelumnya juga ikut "nyoblos" di Kuala Lumpur.

Dibandingkan Pemilu 2019, ia mengaku proses pemungutan suara Pemilu 2024 di WTC kali ini lebih parah.

Pasalnya, antrean WNI yang ingin memberikan hak suaranya kali ini jauh lebih panjang dan tidak kondusif dibandingkan dengan Pemilu 2019.

Ia menduga, kondisi ini tak lepas dari keberadaan lokasi pemungutan suara di Kuala Lumpur yang hanya dipusatkan di WTC.

"Lima tahun lalu aku juga nyoblos di Kuala Lumpur, tapi tidak separah hari ini. Mungkin karena 5 tahun lalu ada beberapa TPS, sedangkan tahun ini hanya ada satu di World Trade Centre Kuala Lumpur," kata Yvonne.

Menurutnya, banyak WNI harus menunggu giliran untuk mencoblos di 223 TPS yang terpusat di WTC. Bahkan, ia harus rela menunggu selama 5 jam untuk mendapat giliran mencoblos.

Tak hanya itu, antrean panjang juga diwarnai aksi saling dorong dan saling serobot antrean, sehingga mengakibatkan pagar pembatas roboh.

Dugaan penyebab kekacauan

Koordinator Advokasi Kebijakan Migrant Care Siti Badriyah pun membenarkan, pemungutan suara pada Pemilu 2024 di Kuala Lumpur lebih parah dibandingkan Pemilu 2019.

"2019 saya ikut memantau Pemilu di Kuala Lumpur, Malaysia. Dan benar, tahun ini lebih parah daripada Pemilu 2019," kata Siti, saat dihubungi Kompas.com, Minggu.

Ia menduga, ada tiga penyebab proses pemungutan suara di Kuala Lumpur kurang terkendali.

1. Lokasi TPS Kuala Lumpur

Menurutnya, penyebab antrean Pemilu 2024 di Kuala Lumpur adalah karena lokasi yang terpusat di satu titik, yakni WTC.

Pada Pemilu 2019, TPS di Kuala Lumpur disebar dalam 3 titik, yakni di KBRI Kuala Lumpur, Wisma Duta, dan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).

"Awalnya, rencana lokasi TPS itu ada 14 titik. Tapi pada malam sebelum pencoblosan diinformasikan bahwa lokasi TPS hanya tiga titik," kata Siti.

Meskipun dilaksanakan di tiga titik, antrean pencoblosan WNI di Kuala Lumpur pada 2019 juga sempat ricuh.

Pagar pembatas yang dipasang di TPS KBRI Kuala Lumpur roboh akibat para WNI yang berdesakan untuk mencoblos.

2. Ruangan TPS yang tertutup

Selain itu, Siti menilai membludaknya WNI di TPS Kuala Lumpur juga disebabkan lokasi TPS yang berada di ruang tertutup.

Diketahui, sebanyak 223 TPS yang berlokasi di WTC itu tersebar di dua lantai berbeda, yakni TPS nomor 01-139 berada di lantai 4 dan TPS nomor 139-223 berada di lantai 3.

Hal ini berbeda dengan lokasi TPS pada Pemilu 2019 di Kuala Lumpur yang dilakukan di ruang terbuka dan lebih luas. Antrean WNI yang ingin berpartisipasi pun lebih terkendali.

3. Sistem pencoblosan WNI yang belum terdaftar di DPT

Siti memaparkan, membludaknya WNI di WTC juga tak lepas dari sistem perizinan mencoblos bagi WNI yang tidak terdaftar di DPT.

"Diinformasikan yang belum terdaftar DPT, hanya bisa nyoblos setelah jam 1 siang. Tahun lalu juga seperti ini, tapi tidak seribet tahun ini," tutur Siti.

Diketahui, WNI yang belum terdaftar di DPT KBRI Kuala Lumpur, diizinkan untuk ikut mencoblos dengan datang ke TPS pada pukul 14.00-18.00 waktu setempat.

Penjelasan KPU dan KBRI

Sementara, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Idham Holik membeludaknya WNI saat mencoblos di WTC Kuala Lumpur menunjukkan tingginya antusiasme masyarakat.

"Benar sekali antrian pemilih diaspora untuk menggunakan hak pilih di Kuala Lumpur itu panjang sekali," kata Idham, saat dikonfirmasi terpisah, Minggu.

"Tapi alhamdulillah, semuanya itu dapat tertangani dengan baik karena bantuan kepolisian Malaysia untuk menertibkan alur atau antrian pemilih di TPSLN," imbuh dia.

Kendati demikian, Idham memastikan bahwa proses pemungutan suara di TPSLN Kuala Lumpur berjalan lancar.

Menurutnya, WNI yang berada di luar negeri dan terdaftar dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap), DPTb (Daftar Pemilih Tambahan) dan DPK (Daftar Pemilih Khusus), maka dapat menggunakan hak pilihnya.

Sementara itu Koordinator Menteri Penasihat Politik KBRI di Kuala Lumpur, Abelian Prajnya Yodha mengatakan, antrean WNI ingin mencoblos mulai padat sejak Minggu pagi hingga siang.

"Antrean pagi hingga siang sekitar pukul 2 waktu setempat memang padat, tapi tetap terkendali. Setelah jam 14.00 siang, antrean mulai turun melandai," kata Abe, saat dikonfirmasi terpisah, Minggu.

Menurutnya, membludaknya jumlah pemilih di TPS Kuala Lumpur ini menjadi tanda besarnya antusiasme pemilih yang datang lebih awal untuk mencoblos.

Abe juga memastikan, WNI yang hadir di TPS Kuala Lumpur kebagian untuk mencoblos.

"Bisa (mencoblos)," ujarnya singkat.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/02/12/064500965/pemilih-di-kuala-lumpur-membeludak-disebut-lebih-parah-dibandingkan-pemilu

Terkini Lainnya

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke