Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Love Bombing Termasuk Pelecehan Emosional? Ini Kata Psikolog

Lewat unggahan tersebut, pengunggah mempertanyakan, apakah love bombing termasuk salah satu bentuk pelecehan emosional atau psikologis yang terjadi dalam hubungan.

Untuk lebih jelasnya, simak penjelasan psikolog klinis dari Universitas Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani lewat artikel berikut.

Benarkah love bombing termasuk pelecehan emosional?

Ratna Yunita Setiyani menjelaskan, love bombing adalah salah satu tindakan emosional berlebihan yang diberikan kepada orang lain dan bersifat manipulatif.

"Love bombing adalah love, itu cinta. Dan bomb adalah sesuatu yang tiba-tiba meledak, tetapi bukan suatu yang meledak dalam cinta. Melainkan ada sesuatu yang tiba-tiba muncul dan tidak bisa dikontrol," jelas Ratna kepada Kompas.com, Selasa (30/1/2024).

Menurut Ratna, bentuk love bombing bisa berupa memuji orang lain secara berlebihan dan memberikan tindakan romantis secara terus-menerus.

"Perilaku-perilaku tersebut dilakukan dengan maksud ingin mengambil hati sang pasangan, tetapi dengan tujuan manipulasi," kata dia.

Lebih lanjut Ratna menyampaikan, pelaku love bombing atau disebut love bomber akan melakukan berbagai macam cara agar bisa mendapat mendapat perhatian lebih dari targetnya.

Dengan memberikan pujian dan tindakan romantis berlebihan kepada pasangannya, love bomber berpikir bahwa targetnya akan terus memperhatikan mereka.

"Ketika keinginan mereka tidak terpenuhi, love bomber tidak segan-segan akan mengancam pasangannya," ujar Ratna.

Selain mengancam, pelaku love bombing juga bisa menerapkan mekanisme pertahanan diri mereka dengan cara memaki.

Tidak hanya itu, bahasa tubuh juga menjadi salah satu cara pelaku love bombing mengisyaratkan ketidaksukaan mereka terhadap apa yang dilakukan oleh pasangannya.

Adapun bahasa tubuh yang dilakukan seperti memberikan tatapan sinis atau menggerakkan tangan mengisyaratkan hal tertentu yang memiliki arti negatif, seperti mengepalkan tangan.

"Jika kasusnya seperti ini, maka love bombing bisa dikategorikan sebagai pelecehan psikologis karena menimbulkan ketidaknyamanan dan tidak adanya rasa aman bagi orang lain atau pasangannya," kata Ratna.

Tanda-tanda love bombing termasuk pelecehan emosional

Menurut Ratna, ada dua tahapan yang menjadi tanda utama yang perlu diwaspadai ketika love bombing mulai mengarah ke pelecehan psikologi, yaitu:

  • Idealisasi

Tahapan pertama adalah idealisasi pikiran pelaku love bombing yang akan banyak memberikan pujian berlebih terhadap pasangannya, rutin mengirim pesan romantis, sering menelepon, dan kerap memberikan hadiah secara-terus menerus.

"Love bomber akan menyanjung kita dan gencar mengirim pesan, bahkan telepon setiap saat. Mengirim hadiah tanpa ada konteks tertentu, dan semua akan berlangsung secara cepat, supaya love bomber bisa segera mendapat perhatian," kata Ratna.

Tindakan-tindakan tersebut akan dilakukan oleh pelaku secara intensif agar mereka bisa segera mendapatkan perhatian dari calon pasangan atau pasangannya. 

  • Devaluasi

Tahapan selanjutnya adalah devaluasi, yaitu memberikan reaksi negatif tanpa memedulikan kondisi orang lain.

Pelaku love bombing tidak akan peduli dengan kondisi di sekitarnya, karena ia hanya fokus pada dirinya dan keinginannya sendiri.

"Contoh dari devaluasi adalah ketika pelaku love bombing menelepon dan teleponnya tidak segera diangkat, maka pelaku akan langsung memaki atau mengancam orang tersebut," jelas Ratna.

Tak hanya menunjukkan perilaku atau sikap agresif, love bombing yang termasuk pelecehan psikologis apabila seseorang kerap berkata kasar, mengancam, menuduh, atau playing victim, yaitu melemparkan kesalahan kepada orang lain atau pasangan.

Apa saja faktor penyebab love bombing?

Menurut Ratna, terjadinya love bombing bisa berasal dari dua faktor, yaitu dari internal atau datang dari diri pelaku love bombing, serta dari korban love bombing.

  • Faktor internal

Pelaku love bombing biasanya memiliki kepribadian yang narsistik, di mana mereka suka menjadi pusat perhatian.

Maka dari itu, love bomber akan memberikan banyak tindakan romantis kepada calon pasangan atau pasangannya supaya perhatian mereka berpusat pada pelaku.

Selain narsistik, love bomber juga memiliki kepribadian pencemas.

"Kepribadian pencemas sendiri berangkat dari seseorang yang merasa kesepian, sehingga mereka akan memaksa orang lain untuk bisa memenuhi apa yang love bomber inginkan," ujar Ratna.

Love bomber merasa orang lain harus bisa menerima segala tindak-tanduknya, padahal pelaku love bombing sendiri tidak bisa menjaga emosional mereka.

Pelaku love bombing cenderung tidak bisa mengontrol emosi mereka karena mereka ingin semua berjalan sesuai dengan kemauan mereka.

  • Korban love bombing

Sementara itu, orang yang dikenai atau korban love bombing biasanya adalah orang-orang yang mudah dikendalikan dan tidak tegas.

"Orang yang dikenai love bombing adalah orang yang mudah dikendalikan atau orang yang tidak bisa asertif atau seolah-olah tidak bisa tegas. Kepribadian ini akan sangat mudah dimasuki oleh pelaku love bombing," kata Ratna.

Orang dengan kepribadian ini sangat mudah dikenai love bombing karena sulit untuk menolak atau menyampaikan apa yang diinginkan.

  • Kesepian atau kurang perhatian

Menurut Ratna, satu kesamaan antara pelaku dan korban love bombing umumnya memiliki r kesepian atau kurang diperhatikan.

Akibatnya, mereka akan merasa senang jika pelaku love bombing memberikan perhatian yang berlebihan karena mereka merasa diperhatikan dan dicintai.

Padahal, dampak panjang dari love bombing dapat mengganggu psikis atau emosional seseorang.

https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/30/190000365/benarkah-love-bombing-termasuk-pelecehan-emosional-ini-kata-psikolog

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke