Kerusakan paru-paru tersebut cukup parah, sehingga Allard nyaris meninggal dunia dengan harapan hidup tinggal satu persen. Untuk melanjutkan hidup, ia juga perlu transplantasi atau cangkok paru-paru.
Dikutip dari NewYorkPost (21/1/2024), kerusakan paru-paru akibat vaping atau penggunaan rokok elektrik ini terjadi karena kebiasaan Allard memakai vape selama bertahun-tahun.
Dokter menyampaikan, Allard hanya memiliki satu persen peluang hidup setelah menjalani perawatan di rumah sakit karena kadar oksigennya konsisten rendah setelah bertahun-tahun mengisap vape.
"Dokter menyatakan bahwa ia hanya memiliki peluang satu persen untuk hidup," ujar nenek Allard, Doreen Hurlburt.
Menurut Hurlburt, kondisi Allard sempat menurun drastis sehingga dokter memutuskan untuk memberikan alat bantu penunjang hidup. Selama tiga bulan dirawat di rumah sakit, jantung remaja ini bahkan sempat berhenti berdetak.
Awalnya didiagnosis terinfeksi parainfluenza
Dilansir dari NBCNews, Rabu (24/1/2024), Jackson Allard awalnya hanya pergi ke unit gawat darurat (UGD) di dekat rumahnya usai mengeluh sakit perut, pada Oktober 2023 lalu.
Di sana, petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan justru mendapati kadar oksigen anak muda ini rendah atau di bawah normal.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, dokter kemudian mendiagnosis Allard terinfeksi virus yang menyerang paru-paru bernama parainfluenza.
Virus tersebut dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, yang kemudian berkembang menjadi pneumonia.
Pneumonia tersebut lalu berubah menjadi sindrom gangguan pernapasan akut karena cedera pada organ pernapasan ini memicu penumpukan cairan di paru-paru.
"Ketika mereka melakukan rontgen, kita bahkan tidak bisa melihat jantungnya. Semuanya berwarna putih. Itu berarti seluruh paru-parunya penuh dengan cairan," ucap Hurlburt.
Vape memperparah penyakit paru-paru
Hurlburt menyatakan, dokter yang menangani infeksi paru-paru cucunya lantas mencurigai riwayat penggunaan vape membuat Allard sulit pulih dari serangan virus tersebut.
Menurut pengamatannya, Allard memang telah menggunakan vape sejak berusia 16 tahun, tapi belakangan frekuensinya menjadi lebih sering.
"Dia tidak tahu betapa buruknya vape baginya. Sehari sebelum dia diintubasi, dia sempat berkata, 'Saya tidak menyangka bisa separah ini',” kata Hurlburt menceritakan penyesalan cucunya.
Para ilmuwan hingga kini masih menyelidiki hubungan antara vape dan penyakit paru-paru. Namun, beberapa studi membuktikan, bahaya vape membuat orang lebih berisiko ketika mengalami infeksi saluran pernapasan.
Direktur medis Program Transplantasi Paru-Paru Rumah Sakit Umum Massachusetts, Brian Keller mengatakan, penelitian yang melibatkan hewan dan sel manusia menunjukkan bahwa bahaya vape dapat merusak pembuluh darah dan sel-sel yang melapisi paru-paru.
Namun para ilmuwan masih mencoba mempersempit senyawa mana dalam rokok elektrik yang paling buruk bagi kesehatan manusia.
“Sebenarnya ada beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan. Termasuk nikotin, cairan vape seperti propilen glikol atau gliserol, serta perasa yang banyak orang tambahkan ke vape,” kata Kellera.
Dipasang alat bantu hidup
Ibu Allard, Jaime Foertsch menambahkan, putranya dipasangi alat bantu hidup yang disebut mesin oksigenasi membran ekstrakorporeal atau extracorporeal membrane oxygenation (ECMO). ECMO berguna untuk menambahkan oksigen ke dalam darah.
Allard diterbangkan dari Dakota Utara menuju ke M Health Fairview di Minnesota pada akhir Oktober 2023.
Foertsch mengungkapkan, Allard adalah pasien terlama yang pernah dirawat di rumah sakit setempat dan menggunakan alat bantu ECMO.
Hingga awal Desember 2023, Allard lagi-lagi harus berjuang untuk bertahan hidup. Pasalnya, ditemukan gumpalan darah yang bisa berakibat fatal apabila tidak ditangani.
Pada 12 Desember 2023, anak muda mantan pengguna vape ini kembali nyaris kehilangan nyawa. Ia mengalami serangan jantung.
"Dalam beberapa pertemuan keluarga, tim tenaga kesehatan (Unit Perawatan Intensif Bedah) mengatakan bahwa harapan hidup Jackson tinggal satu persen," kata Foertsch.
Namun, pihak keluarga enggan menyerah. Mereka terus mendorong pihak tenaga kesehatan untuk mengupayakan kesembuhan Jackson Allard.
Mendapatkan donor paru-paru yang cocok
Pada malam tahun baru 2024, Foertsch bisa bernapas lega. Ia menerima telepon bahwa dokter mengabarkan ada angin segar bagi putranya lewat jalan transplantasi atau cangkok paru-paru.
"Tiba-tiba saja, kondisi berbalik. Rasanya seperti siang dan malam," tutur dia.
Allard pun menerima transplantasi paru-paru keesokan harinya, atau pada 1 Januari 2024. Pada 5 Januari 2024, dengan paru-paru yang baru, anak muda mantan pengguna vape ini tidak lagi membutuhkan alat bantu hidup.
Meski begitu, Allard masih menggunakan ventilator di ICU. Namun, ada kemajuan. Ia mulai bisa naik dan turun dari tempat tidur dengan bantuan, serta berjalan sekitar lima kaki dengan alat bantu jalan.
"Para perawat menyebutnya sebagai legenda dan keajaiban. Dia semakin kuat setiap hari dan berharap dia akan segera dipindahkan ke rehabilitasi,” tambah Foertsch.
Meski begitu, Allard masih perlu belajar kembali untuk berbicara lancar dalam berkomunikasi. Setidaknya ia perlu waktu sekitar enam bulan untuk menjalani rehabilitasi medis di bawah pantauan ketat dari tim dokter.
Dokter hingga kini masih memantau untuk melihat perkembangan dan memastikan transplantasi paru-paru Allard tidak bermasalah. Pihak juga keluarga Allard bisa benar-benar pulih.
"Dia akan mendapatkan kehidupannya kembali. Kami akan mendapatkan Jackson Allard kami kembali,” kata Hurlbult.
https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/27/210600965/bahaya-vape-anak-muda-di-as-nyaris-meninggal-dan-perlu-cangkok-paru