Namun, ciuman tanpa disadari juga bisa meningkatkan risiko sejumlah penyakit. Salah satunya infeksi mononukleosis.
Infeksi mononukleosis yang kerap disingkat menjadi mono dikenal sebagai kissing disease. Julukan ini tak berlebihan, karena penyakit ini utamanya menular lewat ciuman.
Penyebab infeksi mononukleosis berasal dari infeksi virus Epstein-Barr (EPV) yang masuk ke tubuh lewat alir liur saat berciuman.
Tak hanya ciuman, virus ini juga menular di antara orang-orang yang berbagi minuman atau peralatan makan.
Jika dibiarkan, penyakit ciuman ini bisa menimbulkan komplikasi yang mematikan.
Mengenal mononukleosis penyakit ciuman
Mononukleosis atau mono adalah penyakit menular lewat saliva yang biasanya disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV).
EBV adalah bagian dari keluarga virus herpes. Penyakit ini berpotensi dialami setiap orang setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Dikutip dari WebMD (26/4/22), penyakit ini menular melalui ciuman dan hal-hal lain seperti berbagi minuman atau peralatan makan.
Orang juga bisa terkena virus ini ketika berada di dekat penderita mononukleosis yang batuk atau bersin.
Penularan mononukleosis tidak semudah penyakit umum lain seperti flu. Namun, penyakit ini bisa berbahaya jika sampai terjadi komplikasi.
Amandel bengkak yang tampak merah dan lesi putih mengeluarkan nanah termasuk ciri khas mononukleosis menular.
Selain itu, dikutip dari Mayo Clinic, berikut gejala dari mononukleosis.
Virus ini memiliki masa inkubasi sekitar empat hingga enam minggu sampai bisa muncul gejalanya.
Gejala demam dan sakit tenggorokan biasanya berkurang dalam beberapa minggu. Namun kelelahan, pembesaran kelenjar getah bening, dan pembengkakan limpa berlangsung beberapa minggu lebih lama.
Dokter juga akan melakukan tes darah untuk memeriksa kadar sel darah putih dan tes antibodi.
Sayangnya, mononukleosis dapat menyebabkan komplikasi serius saat tubuh kurang sehat. Komplikasi yang bisa muncul yakni:
1. Amandel bengkak yang terjadi akibat banyak obat yang dikonsumsi. Kondisi ini membuat lebih sulit menelan atau bernapas melalui mulut.
2. Limpa membesar dan bisa pecah. Nyeri tajam yang tiba-tiba di sisi kiri perut bagian atas menandakan kondisi darurat dan mungkin butuh pembedahan.
3. Masalah hati karena dapat menderita hepatitis atau penyakit kuning.
4. Masalah darah. Tubuh mungkin menghancurkan terlalu banyak sel darah merah (anemia hemolitik) atau darah tidak memiliki cukup trombosit (trombositopenia).
5. Masalah jantung dapat menyebabkan peradangan (miokarditis ) dan detak jantung tidak merata.
6. Masalah sistem saraf berupa kejang, radang otak (ensefalitis), atau radang jaringan yang menutupi otak (meningitis).
Dilansir dari ePain Assist, dokter dan peneliti belum memiliki informasi kapan seseorang boleh mencium pasien mononukleosis.
Pasien yang masih terinfeksi akan mengeluarkan lebih banyak virus dalam air liurnya sehingga untuk sementara sebaiknya penderita tidak berciuman.
Perlu dipertimbangkan juga, virus ini bisa tetap ada meskipun gejalanya sembuh. Secara umum, dokter menyarankan untuk menghindari kontak dengan pasien setidaknya selama 2-3 minggu setelah gejala hilang.
Sayangnya, tidak ada vaksin untuk mencegah virus EBV penyebab mononukleosis. Pasien dapat mengidapnya hingga berbulan-bulan.
Di sisi lain, penyakit ini tidak memiliki obat khusus. Pasien hanya diminta banyak istirahat, sering minum, serta mengonsumsi obat pereda nyeri dan obat kortikosteroid untuk pembengkakan tenggorokan sampai infeksi virus mereda.
Untuk menurunkan kemungkinan terkena mononukleosis, seringlah cuci tangan dan hindari berbagi barang minuman, peralatan makan, atau sikat gigi dengan orang lain.
https://www.kompas.com/tren/read/2024/01/05/161425665/mengenal-infeksi-mononukleosis-penyakit-yang-dapat-muncul-setelah-ciuman