Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Seorang Wanita Alami Serangan Jantung dengan Gejala Mirip Flu

KOMPAS.com - Gejala serangan jantung umumnya meliputi nyeri di dada, sesak napas, dan detak jantung abnormal.

Namun, beberapa orang terutama wanita dapat mengalami gejala atipikal atau tak biasa yang berbeda dari serangan jantung pada umumnya.

Dilansir dari Oklahoma Heart Institute, serangan jantung adalah gangguan jantung saat otot organ ini tidak mendapat aliran darah.

Termasuk keadaan darurat medis, serangan jantung biasanya terjadi ketika gumpalan darah menghalangi aliran darah ke jantung.

Kondisi tersebut akan mengganggu fungsi jantung dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh, bahkan menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.

Pada wanita, serangan jantung tanpa nyeri dada hingga usia 65 tahun tercatat lebih mungkin terjadi dibandingkan pria.

Penelitian juga menunjukkan, pasien wanita yang lebih muda atau berusia di bawah 45 tahun tanpa nyeri dada, memiliki kemungkinan 20 persen lebih besar terkena serangan jantung.

Gejala serangan jantung mirip flu

Gejala tak biasa turut dialami Jenna Tanner, seorang wanita yang mengalami serangan jantung di usia 46 tahun.

Bukan nyeri di dada, pada awal 2022, Tanner yang selesai merawat anak-anaknya dari Covid-19 mengalami gejala flu.

Sempat mengira tertular sang anak, dia melanjutkan pekerjaan membersihkan rumah yang telah ditinggal selama kurang lebih tiga bulan.

"Akhirnya, pada Maret, anak-anak sudah kembali bersekolah, jadi aku mulai membersihkan dan mendisinfeksi rumah," ujarnya kepada Business Insider, Minggu (10/12/2023).

"Aku mulai merasakan nyeri dada yang terasa seperti cubitan sekilas," sambungnya.

Nyeri dada secara tiba-tiba itu berlangsung selama beberapa detik diikuti dengan tekanan. Namun, saat Tanner duduk, tekanan pada bagian dadanya mulai berhenti.

"Kupikir aku terserang flu, dan aku terus berusaha membereskan rumah sebelum aku benar-benar sakit," kata dia.

Gejala flu disertai ketidaknyamanan pada dada berlangsung selama dua hari. Pada hari ketiga, rasa sakitnya semakin parah hingga Tanner ingin menceritakannya pada sang suami.

Beberapa hari kemudian, saat sedang membersihkan lantai dengan penyedot debu, Tanner tiba-tiba merasa harus segera duduk.

Dia duduk di kursi malas suaminya dan meletakkan ponsel di sandaran tangan. Saat merasa lebih baik, Tanner mulai bangkit dan berjalan ke ruangannya.

Namun, saat sampai di sana, pandangannya mulai menggelap dan Tanner dapat mendengar darah mengalir deras di telinganya.

"Aku berbaring di lantai dan langsung merasa seperti seekor gajah hinggap di dada. Beberapa detik sebelum pingsan, aku menyadari mengalami serangan jantung," ungkapnya.

Tanner mengaku sempat mengalami pingsan di masa lalu. Kendati demikian, ketidaksadarannya kali ini jauh lebih hebat dari sebelumnya.

Menurutnya, kala itu, terasa seperti ada sengatan listrik yang menjalar ke seluruh tubuh hingga tubuhnya kejang dan muntah.

"Satu-satunya hal yang bisa dikendalikan adalah napas. Aku mulai bersenandung sambil menghela napas. Itu adalah cara untuk memastikan bahwa aku masih hidup, dan itu hampir seperti mantra," ujarnya.

Saat senandungnya menguat, Tanner mulai berteriak meminta tolong meski tahu tidak akan ada yang mampu mendengarnya.

"Aku sendirian di rumah dan ruanganku berada di belakang rumah. Tapi kucingku masuk ke dalam kamar, dan secara naluriah aku mengulurkan tangan untuk menepuknya. Begitulah cara aku sadar masih bisa bergerak," ungkapnya.

"Itu memberiku dorongan untuk bergerak. Aku mulai merangkak ke ruang tamu, tempat ponselku berada. Aku hanya menjejakkan beberapa langkah, namun akhirnya, mencapai kursi dan menelepon suamiku," kata Tanner.

Selama tiga belas tahun hidup bersama, Tanner mengaku tak pernah menelepon suami di tengah jam kerja.

Oleh karena itu, saat mendapati sang istri melakukan panggilan, suaminya langsung tahu ada sesuatu yang tak beres.

"Dia menyuruhku menutup telepon dan menelepon 911, dan dia melakukan hal yang sama," tuturnya.

Sayangnya, Tanner masih harus bangkit untuk membuka lima kunci pintu depan rumahnya, yang dipasang untuk mencegah anak-anak "melarikan diri".

"Entah bagaimana aku merangkak ke pintu. Saat aku membuka kunci terakhir dan roboh, aku bisa melihat petugas pemadam kebakaran berlarian melintasi halaman rumah," ucapnya.

Penyumbatan total pada arteri koroner

Setibanya di rumah sakit, dokter mengatakan bahwa Jenna Tanner mengalami penyumbatan total pada arteri koroner utama kiri.

Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel jantung.

Sumbatan total pada arteri koroner sebelah kiri menandakan tidak ada aliran darah di separuh jantung Tanner.

Lantaran kondisinya yang belum cukup stabil, dokter mulai memasang pompa Impella sebagai alternatif dari prosedur operasi.

"Dokter menggunakan pompa Impella, alat yang dimasukkan melalui arteri di selangkangan, untuk kembali mengalirkan darah ke jantungku. Setelah itu, aku cukup stabil untuk dioperasi," kata dia.

Meski sudah sekitar 18 bulan sejak serangan jantung, Tanner masih harus menjalani beberapa pengobatan, termasuk mengonsumsi obat tekanan darah dan pengencer darah.

"Namun, tantangan yang lebih besar adalah mengatasi trauma. Aku mengalami pergolakan emosional. Rambutku juga menipis karena stres," ungkapnya.

Tanner pun berharap para wanita lebih memperhatikan kesehatan jantungnya, serta segera berkonsultasi saat merasakan ada yang tidak beres.

"Saat ini, aku memandang kehidupan dengan jauh berbeda dibandingkan sebelum serangan jantung. Aku tahu betapa berharganya setiap hari, dan sangat bersyukur masih ada di sini," tutupnya.

 

https://www.kompas.com/tren/read/2023/12/12/090000765/cerita-seorang-wanita-alami-serangan-jantung-dengan-gejala-mirip-flu

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke