Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Kacamata Teori Klasik (Bagian I)

Kesan mengagumkan muncul ketika masyarakat takjub dengan kecanggihan teknologi yang seakan-akan menjadi replika makhluk hidup yang dapat berpikir sendiri.

Sementara kontroversi timbul saat mulai ada pertanyaan tentang eksistensi manusia itu sendiri. Manusia seakan-akan terancam dengan kehadiran teknologi yang terlampau cerdas.

Dualisme reaksi tersebut sangat wajar terjadi terhadap kehadiran inovasi baru. Selalu ada dua sisi pendapat, pros dan cons, dari para pemikir kritis.

Khusus berkaitan dengan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence), kontroversi meningkat seiring dengan perkembangan kemampuan teknologi itu sendiri yang semakin mendekati (bahkan terkadang berkesan melampaui) kemampuan manusia.

Kekhawatiran yang muncul adalah kemungkinan hilangnya eksistensi dan peluang manusia dalam mengerjakan profesinya.

Pendapat seperti ini menjadi lumrah ketika teknologi yang diperbincangkan mendekati hal-hal yang familiar dalam kehidupan manusia.

Contohnya, membuat artikel akademis yang dapat dilakukan dalam waktu relatif cepat dengan pertolongan aplikasi AI seperti ChatGPT, Google Bard, dan lain-lain.

Contoh lain, kehadiran manusia dalam melaporkan peristiwa yang sudah dapat digantikan dengan hologram, pengalaman virtual reality, atau replika manusia yang kembali dibuat oleh aplikasi AI.

Di dunia jurnalisme, kegelisahan telah terjadi bertahun-tahun ke belakang, saat ide jurnalisme robot mulai diaplikasikan. Bukan itu saja, penggunaan robot, VR, dan AI telah cukup lama menjadi alternatif dalam dunia kedokteran.

Masalah kedekatan teknologi dalam menggantikan kegiatan manusia sudah banyak dibahas dengan berbagai teori Computer Mediated Communication (CMC).

Di antaranya dengan menelaah berdasarkan konsep Social Construction of Technology (SCOT) yang diprakarsai Pinch dan Bijker (1987).

Dalam SCOT, diyakini bahwa teknologi baru akan dikembangkan apabila terdapat kebutuhan sosial yang didasari pengalaman menggunakan teknologi yang sudah terlebih dahulu ada.

Konsep ini merupakan koreksi dari faham para determinis teknologi yang meyakini bahwa manusia akan selalu mengikuti inovasi teknologi sebagai jawaban dari segala permasalahan.

Teori lain yang dekat dengan permasalahan inovasi teknologi dalam kehidupan manusia adalah Teori Media Equations atau Teori Persamaan Media.

Dalam teori yang dikembangkan oleh Byron Reeves dan Clifford Nass (1996) tersebut digambarkan hubungan antarmanusia melalui perangkat teknologi terjadi seperti layaknya interaksi dalam kehidupan nyata.

Sebagai konsekuensinya, terjadi personifikasi terhadap teknologi yang diperlakukan seperti manusia.

Dengan kata lain, teknologi yang diwakili oleh perangkat komunikasi dianggap sebagai perpanjangan dari kehidupan sesungguhnya (Holmes, 2005; Reeves & Nass, 1996).

Walaupun teori-teori di atas telah menggambarkan fenomena kontemporer tentang kedekatan manusia dengan teknologi saat ini, ada pendapat bahwa masih terdapat kekurangan konteks di dalamnya.

Kekurangannya terutama dalam hal analisis sosial (Supriadi, 2020). Teori-teori yang ada seringkali terfokus pada segi teknisnya, namun tidak begitu membahas aktor sosial di dalamnya.

Teori klasik Kedekatan Elektronik

Pendekatan teori yang lebih mencerminkan kondisi saat ini justru muncul dari pemikiran klasik tahun 1970-an, ketika komputer masih berada dalam tahap awal perkembangan untuk berinteraksi dengan kehidupan manusia.

Pada masa tersebut, seorang profesor Amerika di bidang komunikasi memunculkan konsep tentang bagaimana terjadi hubungan psikologis antara manusia dengan teknologi yang digunakannya.

Ia adalah Fellipe Korzenny dari Florida State University. Pada 1978, ia memublikasikan artikel ilmiah yang kemudian memunculkan teori bernama The Electronic Propinquity Theory. Secara bebas dapat diterjemahkan menjadi teori "keintiman" atau "kedekatan" elektronik.

Teori ini diprakarsa sebelum masa adanya pertemuan video melalui perangkat personal seperti saat ini (seperti melalui Zoom Meeting atau WhatsApp Video Calls).

Pada masa itu, kegiatan teleconferencing antara dua organisasi yang berjauhan secara fisik merupakan inovasi yang mengagumkan, yang memungkinkan teori ini menjadi relevan pada masa itu.

Inti dari teori ini adalah bagaimana teknologi menjembatani perbedaan jarak fisik antarmanusia.

Dalam artikel “A theory of electronic propinquity: Mediated communication in organizations”, Korzenny membahas bagaimana perangkat komunikasi menggantikan kehadiran manusia dalam proses komunikasi organisasi sehingga mengubah pola interaksi antarmanusia konvensional (Korzenny, 1978; Supriadi, 2020).

Penggantian yang dimaksud adalah bagaimana teknologi menciptakan 'kedekatan' antarpelaku komunikasi yang secara fisik berada di lokasi terpisah.

Propinquity atau kedekatan yang dimaksud Korzenny dalam artikelnya adalah kedekatan tempat dan juga kedekatan dalam hal waktu.

Dalam teori komunikasi yang lebih dahulu muncul, istilah propinquity dapat disamaartikan dengan proximity atau kedekatan.

Namun, seperti halnya pengertian proximity dalam teori terdahulu, kedekatan yang dimaksud bukanlah kedekatan secara fisik yang dapat disepakati sebagai sebuah realitas objektif, melainkan apa yang dirasakan individu secara subjektif.

Dalam teorinya, Korzenny mengangkat penggunaan pendekatan fenomenologis yang lebih bersifat psikologis, di mana para pelakunya merasakan kepuasan dalam berkomunikasi.

Sebagai contoh kedekatan bersifat subjektif, ada dua pasang manusia yang masing-masing berdiri dalam jarak antara lima meter.

Pasangan pertama yang memiliki hubungan relasi yang intim merasa jarak tersebut terlalu jauh sehingga mengganggu proses komunikasi mereka.

Sementara pasangan kedua yang terbiasa berkomunikasi di lapangan luas merasa jarak tersebut cukup dekat untuk dapat berkomunikasi dengan lancar.

Dari contoh di atas, yang telah dibuktikan dalam penelitian ilmiah (salah satunya oleh Kriste dan Monge pada 1974), ternyata orang cenderung menentukan kedekatan bukan dari ukuran fisik yang sesungguhnya, namun dari apa yang dirasakan untuk mencapai kepuasan.

Kepuasan yang dimaksud adalah komunikasi yang terjalin lancar sehingga pengertian dapat lebih mudah tercapai. Inilah yang oleh Korzenny dinamakan perceived propinquity.

Korzenny menempatkan Teori Kedekatan Elektronik ini bukan dari perspektif teknologi seperti halnya Teori Persamaan Media, melainkan sebagai bagian dari kasus sosial di tengah masyarakat.

Oleh karea itu, kedekatan yang timbul dalam penggunaan alat komunikasi dilihat dari persepsi kolektif dari pelaku proses komunikasi tersebut.

Persepsi kedekatan telah diidentifikasi memainkan peran utama dalam menentukan subsistensi dari sistem komunikasi, yang disebabkan oleh kepuasan para peserta (Supriadi, 2020), di mana Korzenny melihatnya melalui perspektif ilmu Sosiologi, yaitu fungsionalisme struktural.

Untuk menganalisis secara logis, Korzenny menggunakan langkah-langkah fungsionalisme struktural untuk menggambarkan bagian-bagian sistem komunikasinya.

Pertama adalah kedekatan yang dirasakan (perceived propinquity), bukan kedekatan fisik nyata.

Kedua, jumlah informasi yang dirasakan (perceived amount of information), bukan yang sekadar diterima.

Ketiga, kompleksitas informasi yang ditangani pada tingkat fenomenologis, atau dengan kata lain kemudahan informasi untuk dimengerti.

Keempat, kapasitas saluran untuk saling berhubungan secara langsung seperti dirasakan. Artinya, sejauh mana saluran yang dipakai dapat menciptakan suasana komunikasi yang lancar.

Kelima, keterampilan komunikasi yang tersedia di antara para komunikator yang sedang berinteraksi, termasuk keterampilan dalam menggunakan perangkat komunikasi.

Keenam, sebanyak apakah aturan yang dirasakan harus dipenuhi saat berkomunikasi.

Terakhir, ketujuh, seberapa banyak alternatif yang dirasakan ada dalam saluran komunikasi yang digunakan.

Bagian-bagian sistem komunikasi di atas memperlihatkan pentingnya eksistensi media komunikasi yang disebut “saluran” serta teknis penggunaan perangkat komunikasi yang disebut “aturan” dalam menentukan kelancaran proses komunikasi.

Inilah yang menjadi dasar asumsi Korzenny dalam menggambarkan hubungan antara kedekatan psikologis pelaku komunikasi dengan perangkat yang mereka gunakan, termasuk dengan informasi yang ditransaksikan.

Hubungan dengan Teknologi Kontemporer

Teori Kedekatan Elektronik ini sedikit banyak menggambarkan alasan mengapa inovasi teknologi komunikasi yang saat ini menjadi tren begitu penuh dengan kegairahan sekaligus kegelisahan masyarakat.

Dalam persepktif teori Korzenny, inovasi teknologi seperti ChatGPT, AI, virtual reality, ataupun algoritma dalam mesin pencari Google, merupakan kecanggihan yang mendekatkan perangkat-perangkat elektronik kepada manusia.

Antusiasme yang muncul pada masyarakat diakibatkan betapa familiarnya mereka dengan fasilitas yang ditawarkan oleh inovasi-inovasi tersebut. Mereka merasa dekat dengan perangkatnya, sehingga lahirlah kepuasan yang berujung kepada mempersonifikasi perangkat tersebut.

Sebagai contoh, banyak orang yang mengaku merasa nyaman mengobrol, bahkan mencurahkan perasaan hatinya, dengan aplikasi AI seperti ChatGPT.

Kenyamanan tersebut didapatkan karena aplikasi AI tersebut dapat merespons dengan sangat manusiawi. Pelaku komunikasi merasa memiliki lawan bicara yang memberikannya kepuasan karena merasa mendapatkan pengertian.

Begitu pula halnya dengan penggunaan presenter AI oleh media berita yang banyak dibicarakan saat ini.

Presenter AI yang ditampilkan dibuat semirip mungkin dengan manusia yang dikenal oleh masyarakat, termasuk gaya bicara dan gesturnya.

Kemiripan ini membuat masyarakat nyaman menontonnya, karena merasa dekat dan kenal dengan figur yang ditampilkan.

Sekali lagi, kepuasan yang didapat didasari oleh kedekatan manusia dengan perangkat elektronik yang dihadapinya.

Teori Kedekatan Elektronik ini pula yang kemudian dapat menjelaskan mengapa kemudian timbul kegelisahan pada sebagian masyarakat.

Karena kedekatan yang ada, orang mulai menyamakan keberadaan teknologi tersebut dengan eksistensi manusia itu sendiri. Pada akhirnya, banyak orang merasa terancam akan tergantikan posisinya, karena telah mempersonifikasikan teknologi yang mereka ciptakan sendiri.

Di sinilah letak manfaat dari teori klasik yang bernama Kedekatan Elektronik, yang mungkin lebih masuk akal secara pendekatan sosial dibandingkan pemahaman para determinis teknologi.

Teori ini secara sosiologis telah mengingatkan bahwa kecanggihan teknologi berawal dari upaya manusia membangun fungsi sistem komunikasi secara struktural.

Korzenny dengan pendekatan sosiologis menggarisbawahi keberadaan "saluran" dan "aturan" dalam proses pencapaian kepuasan proses komunikasi.

Dapat diartikan, kecanggihan teknologi tidak menghilangkan kenyataan bahwa perangkat hanyalah sebuah "saluran" yang dibuat dengan "aturan" tertentu.

Dengan kata lain, diperlukan logika dan intervensi pemikiran manusia yang membuat teknologi menjadi terasa canggih.

Sekali lagi, kedekatan dan kecanggihan hanyalah efek psikologis sebagai hasil dari penciptaan saluran yang memberikan fasilitas kelancaran komunikasi dengan aturan-aturan yang dibatasi oleh manusia.

Di sinilah terlihat bagaimana teori klasik telah dapat menerangkan esensi dari inovasi teknologi komunikasi saat ini.

Lebih jauh lagi tentang peran manusia dalam inovasi teknologi kontemporer dari perspektif Teori Kedekatan Elektronik yang akan dibahas dalam bagian II diskusi ini.

Baca artikel selanjutnya: Perkembangan Teknologi Komunikasi dalam Kacamata Teori Klasik (Bagian II)

https://www.kompas.com/tren/read/2023/08/11/125858765/perkembangan-teknologi-komunikasi-dalam-kacamata-teori-klasik-bagian-i

Terkini Lainnya

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Sosok Francois Letexier, Wasit yang Kartu Merah STY dan Beri Guinea 2 Penalti

Sosok Francois Letexier, Wasit yang Kartu Merah STY dan Beri Guinea 2 Penalti

Tren
Iklan iPad Pro Apple Tuai Kontroversi, Hancurkan Benda Seni demi Gawai

Iklan iPad Pro Apple Tuai Kontroversi, Hancurkan Benda Seni demi Gawai

Tren
6 Pilihan Ikan Tinggi Vitamin D, Bantu Tingkatkan Imunitas Tubuh

6 Pilihan Ikan Tinggi Vitamin D, Bantu Tingkatkan Imunitas Tubuh

Tren
5 Pesebak Bola Vietnam Ditangkap karena Pakai Narkoba, 2 Pemain Pernah Main di Timnas

5 Pesebak Bola Vietnam Ditangkap karena Pakai Narkoba, 2 Pemain Pernah Main di Timnas

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke