Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jalur KA Pertama Sulawesi Diresmikan, Mengapa Perkembangan Kereta Luar Jawa Terkesan Lambat?

Peresmian ini merupakan bagian dari rencana pembangunan jalur kereta api Trans Sulawesi. Nantinya, kereta api akan beroperasi dari Makassar hingga Manado.

"Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim pada siang hari ini saya resmikan pengoperasian jalur kereta api Makassar-Parepare antar Maros Baru dan Depo kereta api Maros," ujar Jokowi saat meresmikan jalur kereta api Makassar-Parepare di Sulawesi Selatan dikutip dari siaran YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (29/3/2023).

Peresmian ini menjadi momen bersejarah bagi kereta pertama di Sulawesi yang beroperasi melayani warga di sana. Kondisi ini jelas berbeda dibandingkan kereta api yang sudah digunakan dan beroperasi sejak lama di Pulau Jawa.

Lalu, mengapa perkembangan kereta api di luar Jawa terkesan lambat?

Perbedaan fungsi kereta api

Pengamat transportasi Universitas Trisakti Yayat Supriyatna membantah anggapan kalau hanya ada kereta api di Pulau Jawa. Kendaraan ini sebenarnya juga ada di wilayah Indonesia lainnya.

"Selain di Jawa, juga ada di Sumatra Utara dan Timur. Itu sudah lama ada untuk angkutan perkebunan ke pelabuhan," jelasnya kepada Kompas.com, Rabu (29/3/2023).

Ia menjelaskan, kendaraan ini awalnya digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan dan tambang.

Seiring pertumbuhan penduduk meningkat dan jejaring angkutan umum semakin berkembang, kereta api di Pulau Jawa menjadi berkembang.

"Karena sebagian besar penduduk Indonesia ada di Pulau Jawa, maka pengguna kereta api tinggi," tambahnya.

Di luar Jawa, kereta api lebih diutamakan untuk angkutan barang. Akibatnya, kendaraan ini jadi lebih lama berkembang di sana.

"Untuk membangun angkutan massal itu mahal banget. Tidak semua daerah mampu menyiapkan biaya transportasinya," lanjutnya.

Ia mencontohkan, jalur MRT membutuhkan biaya hingga Rp 1 triliun untuk setiap 1 km. Sementara LRT butuh biaya di atas Rp 500 miliar untuk jarak yang sama.

Menurutnya, daerah di luar Pulau Jawa tidak memiliki modal sebesar itu untuk membangun kereta api antar kota seperti yang ada di Jawa.

Masalah bisnis

Di sisi lain, Yayat juga menyoroti bisnis kereta api di luar Pulau Jawa. Karena penduduk di sana tidak sebanyak di Jawa, otomatis permintaannya juga tidak tinggi.

"Sebagai badan usaha, dia kan juga harus untung. Kalau tidak untung ya susah," tambahnya.

Menurut Yayat, pembiayaan operasional kereta api saat ini berasal dari tiga sumber, yaitu ditanggung penuh pemerintah, subsidi, dan komersil atau dibayar penuh oleh penumpang.

"Kalau dibuat tarif komersial semua, babak belur nggak ada yang mau naik kereta api," jelasnya.

Di luar Jawa, masyarakat juga belum terbiasa naik kereta api. Mereka memilih menaiki kendaraan pribadi karena lebih tepat waktu.

Hal inilah yang membuat bisnis kereta api di sana tidak seuntung di Jawa sehingga belum dikembangkan.

Peresmian kereta api Sulawesi

Presiden Joko Widodo meresmikan jalur kereta api pertama di Sulawesi jurusan Makassar-Parepare pada Rabu (29/3/2023).

Proyek KA Makassar-Parepare merupakan bagian dari pembangunan KA Trans Sulawesi sekaligus salah satu proyek strategis nasional.

KA Makassar-Parepare akan beroperasi di jalur sepanjang total 145 km. Namun, saat ini baru 120 km jalur yang terbandung.

Dalam peresmian ini, baru 80 km jalur kereta api yang siap dioperasikan dari Stasiun Maros, Makassar sampai Stasiun Garongkong, Kabupaten Barru.

Kereta api jalur baru ini mulai diujicobakan pada November 2022. Hingga Maret 2023, total 25.699 orang sudah menggunakan layanan ini.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/30/103000865/jalur-ka-pertama-sulawesi-diresmikan-mengapa-perkembangan-kereta-luar-jawa

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke