Istilah klitih yang terjadi di Jogja kembali menjadi sorotan, karena berbagai tindak kriminal di Jogja yang kian marak belakangan ini.
Contoh kasus klitih ini terjadi beberapa kali di Yogyakarta yang terjadi di malam hari ketika beberapa jalan mulai sepi.
Selanjutnya untuk mengetahui klitih lebih dalam, berikut ini penjelasan lebih lengkapnya mengenai klitih mulai dari pengertian, penyebab, hukum, dan langkah atau cara menghindari klitih.
Pengertian klitih
Dikutip dari Kompas.com (9/4/2022), klitih pada awal maknanya sebenarnya tak merujuk kepada hal-hal negatif atau kriminalitas.
Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito menuturkan, makna asli istilah klitih adalah kegiatan atau aktivitas keluar rumah di malam hari untuk menghilangkan kepenatan.
Namun saat ini, istilah klitih telah mengalami pergeseran kepada hal negatif yakni tindakan kriminalitas dan anarkistis.
Tak hanya itu, pada banyak kasus yang ditemukan di Yogyakarta, klitih justru dilakukan oleh remaja.
“Klitih perlahan mengalami pemburukan makna, ketika diidentikkan dengan tindakan kejahatan, kriminalitas, entah itu dengan berbagai alasan tidak jelas,” kata Arie.
Ia juga menuturkan, aksi klitih ini merupakan bentuk disorientasi pada remaja.
Misalnya, remaja yang memiliki permasalahan di keluarga, mempunyai beban di sekolah, mendapat stigma buruk di lingkungan dan komunitas, memiliki ruang ekspresi terbatas, dan lainnya.
Asal kata klitih
Sementara itu ahli Bahasa Jawa sekaligus Guru Besar Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Pranowo mengatakan, klitih berasal dari bentuk kata ulang yaitu klithah-klithih yang bermakna jalan bolak-balik agak kebingungan.
Hal itu merujuk pada Kamus Bahasa Jawa SA Mangunsuwito yang menyebut klitah-klitih termasuk sebagai dwilingga salin suara atau kata ulang berubah bunyi.
Contoh kata yang serupa dengan klitah-klitih dalam bahasa Indonesia, seperti pontang-panting dan mondar-mandir.
”Dulu, kata klithah-klithih sama sekali tidak ada unsur negatif, tapi sekarang dipakai untuk menunjuk aksi-aksi kekerasan dan kriminalitas. Katanya pun hanya dipakai sebagian, menjadi klithih atau nglithih yang maknanya cenderung negatif,” kata Pranowo.
Penyebab dan pemicu munculnya aksi klitih
Sosiolog UGM Sunyoto Usman menyampaikan, menurutnya ada beberapa sebab mengapa klitih masih saja terjadi di Yogyakarta.
Di antaranya karena adanya kegagalan masyarakat dalam memberikan kontrol pada pelaku aksi klitih.
Selain itu, penyebab kedua yakni Pemerintah yang kurang intensif dalam melakukan pencegahan.
Sedangkan penyebab ketiga masih munculnya aksi klitih menurutnya yakni peran media sosial yang turut memperluas ruang untuk saling komunikasi antar anggota kelompok klitih.
Sejarah klitih di Yogyakarta
Sejarah klitih bisa dirunut sejak tahun 1990-an. Dikutip dari Kompas.com (6/4/2022) sebelumnya aksi kriminal yang melibatkan remaja marak terjadi sejak tahun 1990-an.
Pada saat itu para remaja tergabung ddalam geng remaja dan melakukan aksi kriminal dengan cara tawuran.
Selanjutnya pada 7 Juli 1993, Kepolisian Wilayah (Polwil) DIY mulai memetakan keberadaan geng remaja tersebut.
Kapolwil DIY ketika itu yakni Kolonel (Pol) Drs Anwari menyebut pihaknya memiliki informasi terkait keberadaan geng remaja dan kelompok anak muda yang sering melakukan beragam aksi kejahatan di Yogyakarta.
Wali Kota Yogyakarta ketika itu yakni Herry Zudianto sempat mengeluarkan instruksi guna meredam aksi tawuran antar remaja di tahun 2000-an yakni dengan bekerja sama sekolah-sekolah di Yogyakarta.
Instruksi ini meminta jika ada pelajar Yogyakarta yang terlibat tawuran maka akan dikembalikan kepada orangtuanya atau dikeluarkan dari sekolah.
Dari tawuran beralih ke klitih
Meskipun instruksi ini sempat ampuh meredam aksi kekerasan remaja, namun sosiolog kriminalitas UGM Soeprapto menilai, beberapa remaja memang tidak melakukan aksinya lagi. Namun sebagian lain masih melakukannya.
Sejumlah remaja dengan latar belakang keluarga yang kurang kondusif pada akhirnya merasa terkekang dengan instruksi ini dan malah melampiaskan kekecewaannya dengan mengajak remaja lain berkeliling mencari musuh memakai sepeda motor.
“Mulai dari situ, muncul istilah klitih versi mereka sebagai kegiatan mencari musuh,” ujar Soeprapto.
Selanjutnya remaja tersebut berkembang menjadi geng yang terorganisir yang bahkan memiliki ketua, wakil hingga bendahara.
Organisasi ini kemudian berkembang dengan keterlibatan alumni yang berperan mendidik anggota baru. Organisasi mereka terus berkembang hingga kegiatan mereka dimanfaatkan kelompok lain.
Pada akhirnya, klitih yang semula hanya muncul saat tahun ajaran baru, kini bisa terjadi kapanpun karena semakin luas.
Dampak klitih
Soeprapto menyebut, pelaku aksi klitih memiliki sasaran musuh secara acak.
Umumnya sasaran musuh klitih adalah anak-anak remaja dari sekolah tertentu yang ditunjukkan dari identitas bet yang dipakai.
Aksi klitih di Yogyakarta menurutnya memiliki 'aturan main' ketika menentukan sasaran.
Menurut Soeprapto, pelaku klitih jarang menyerang masyarakat dari kelompok tertentu seperti perempuan, orang tua, dan pemuda-pemudi yang sedang berboncengan. Selain itu, klitih tak akan merampas harta korban.
“Mereka tidak akan menyerang pihak yang kira-kira tidak bisa dijadikan musuh,” ungkapnya.
Sehingga menurutnya setiap aksi kriminal di jalan belum tentu bisa dibilang dan bentuk aksi klitih.
Meskipun memiliki aturan main dalam menentukan sasaran musuh, namun klitih kerap memakan korban jiwa.
"Itu (klitih) memang sudah tidak bisa lagi dikatakan sebagai kenakalan remaja, tetapi sudah merupakan tindakan kriminal," jelas Soeprapto.
Pasal untuk pelaku klitih
Para pelaku jika terbukti biasanya dijerat dengan sejumlah pasal, yakni:
Ancaman hukuman bagi para pelaku kejahatan klitih adalah pidana penjara 5-12 tahun.
Cara mencegah dan menghindari jadi korban klitih
Berikut ini sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk mencegah dan menghindari menjadi korban kejatahan klitih di Yogyakarta.
1. Waspada dengan kondisi dan kedaan sekitar
Apabila bepergian sampai larut malam dan akan melewati jalanan yag sepi maka sebaiknya perlu waspada dan tetap tanggap dengan kondisi sekitar.
Misalnya saat ingin mendengarkan musik dengan headset, atur volumenya. Hal ini perlu dilakukan agar kamu masih bisa mendengarkan suara di sekitar.
Selain itu, saat sedang berjalan sendirian di malam hari, hindari menggunakan gadget dan tetaplah fokus saja pada jalan dan keadaan sekitarmu.
2. Hindari bepergian sendirian
Jika ingin bepergian ke suatu tempat di Yogyakarta pada malam hari yang letaknya jauh atau belum pernah dikunjungi sebelumnya sebisa mungkin jangan pernah pergi sendirian.
Orang yang pergi sendirian memiliki resiko lebih besar jadi korban klitih, apalagi jika tampak bingung serta celingak-celinguk mencari alamat yang sedang dicari.
Sangat bijak untuk minta ditemani seseorang, dan sebisa mungkin, minta untuk menemani saat bepergian.
3. Cari rute yang ramai dan terang
Saat berkendara usahakan untuk memilih jalan yang terang dan ramai. Khususnya di malam hari.
Jangan merasa rugi jika memang untuk melewati jalan tersebut jadi harus memutar cukup jauh. Capek sedikit tak apa bila dibandingkan harus terkena klitih.
4. Pastikan ponsel selalu siap
Pada saat-saat tertentu dan cukup berbahaya namun tak dapat meminta tolong kepada sekeliling, satu-satunya yang bisa kamu lakukan adalah meminta pertolongan lewat ponsel.
Gunakanlah fitur speed dial agar dapat menelepon keluarga atau teman dengan cepat.
Namun, agar dapat menghubungi orang lain, tentu ponsel harus dalam keadaan siap, termasuk baterai dan kuota jika dalam kondisi darurat.
5. Bawa benda untuk mempertahankan diri
Dalam keadaan darurat dan terpaksa berhadapan dengan pelaku kriminal, maka mempertahankan diri jadi hal penting.
Sebisa mungkin, membawa sebuah benda yang dapat kamu gunakan untuk mempertahankan diri. Bisa semprotan merica, payung, atau benda yang bisa digunakan untuk berjaga-jaga.
Memiliki keahlian bela diri juga akan sangat membantu, tapi usahakan tetap gunakan sebuah benda sebagai senjata yang akan mempermudahmu melumpuhkan si penjahat.
Itu lah beberapa langkah untuk menghindari klitih yang terjadi di Jogja.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/26/164500565/klitih--pengertian-sejarah-penyebab-dan-cara-menghindari-klitih