Dikutip dari Alcohol and Drug Foundation (ADF), magic mushroom adalah obat psikedelik yang dapat memengaruhi semua indra, mengubah pemikiran, waktu dan emosi seseorang.
Psikedelik dapat menyebabkan seseorang berhalusinasi, melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada atau terdistorsi.
Masuk dalam kategori Narkotika Golongan I
Psilocybin diklasifikasikan sebagai obat Jadwal I, artinya memiliki potensi penyalahgunaan yang tinggi dan saat ini tidak memiliki penggunaan medis yang diterima dalam pengobatan di Amerika Serikat.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) Jeffry Tuapattimain yang mengatakan bahwa jamur tahi sapi yang memiliki nama ilmiah psilocybin ini termasuk dalam Narkotika Golongan I.
“Berdasarkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, jamur tahi sapi atau Psilosibin dimasukkan dalam golongan I Narkotika yang berarti pengguna dilarang mengonsumsi dan bisa dipidana," ujarnya, dikutip Kompas.com, Sabtu (5/2/2023).
Narkotika Golongan I dalam Undang-Undang Narkotika No 35 Tahun 2009 setara dengan morfin dan ganja.
"Penyalahgunaan serta pengedar jamur ini dapat dijerat hukum," katanya lagi.
Bagaimana cara mengenali magic mushroom?
Dilansir dari Very Well Mind, jamur psilocybin terlihat memiliki bentuk seperti jamur biasa yang dikeringkan.
Jamur ini memiliki batang panjang dan ramping berwarna abu-abu keputihan dan tutup coklat tua yang berwarna coklat muda atau putih di tengahnya.
Jamur ini bisa dimakan, dicampur dengan makanan, atau diseduh seperti teh untuk diminum. Selain itu, biasanya jamur ini juga dicampur dengan ganja atau tembakau dan dihisap.
Efek magic mushroom
Efek jamur ini biasanya dimulai dalam 30 menit selepas dimakan, atau dalam 5–10 menit saat diminum sebagai sup atau teh dan dapat bertahan kurang lebih empat hingga enam jam.
Saat mengnsumsi jamur ini, orang tersebut mungkin mengalami:
Beberapa orang yang secara teratur menggunakan jamur ini mungkin mengalami kilas balik ingatan yang melibatkan pengalaman magic mushroom sebelumnya.
Hal itu biasanya merupakan distorsi visual yang melibatkan perubahan emosi atau persepsi.
Ada sejumlah faktor yang memengaruhi efek magic mushroom, antara lain dosis, usia, berat badan, kepribadian, keadaan emosi, lingkungan, dan riwayat penyakit mental.
Magic mushroom untuk kegunaan medis
Masih dari sumber yang sama, pada 2018, peneliti dari Universitas Johns Hopkins merekomendasikan klasifikasi ulang psilocybin dari Jadwal I ke Jadwal IV untuk memungkinkan penggunaan medis.
Hal ini karena sebagai obat Jadwal 1, psilocybin tidak dapat diresepkan untuk penggunaan obat. Jika klasifikasinya diubah, jamur psilocybin berpotensi tersedia dengan resep dokter.
Para peneliti di Johns Hopkins menemukan bahwa psilocybin adalah pengobatan yang efektif untuk depresi, kecanduan nikotin, alkohol, serta gangguan penggunaan zat lainnya.
Studi juga menunjukkan bahwa magic mushroom efektif untuk menghilangkan tekanan emosional orang dengan diagnosis kanker yang mengancam jiwa.
Pusat Penelitian Psikedelik dan Kesadaran di Johns Hopkins juga meneliti bagaimana psikedelik memengaruhi berbagai kondisi seperti:
Perlu dicatat bahwa peneliti menyarankan untuk tidak mengobati diri sendiri dengan psilocybin. Karena hal ini dapat berakibat pada dosis yang berlebih yang dapat membahayakan tubuh.
https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/03/100000465/mengenal-magic-mushroom-jamur-penyebab-halusinasi-yang-masuk-dalam