Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melubangi Tengkorak hingga Praktik Kanibal, Ini 6 Pengobatan Ekstrem Zaman Dulu

KOMPAS.com - Zaman dahulu, dokter maupun ahli pengobatan tradisional melakukan pengobatan dengan cara-cara tak masuk akal, bahkan cenderung membahayakan nyawa pasien.

Padahal dalam dunia kedokteran, ada ungkapan dalam bahasa Latin yang berbunyi "Primum non nocere" atau "First, do no harm".

Frasa yang berasal dari tulisan Hippocrates dalam Epidemics (400 SM) ini mengharuskan dokter untuk senantiasa mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul dari suatu tindakan.

Artinya, seperti dilansir Antara, saat melakukan pelayanan medis, mereka harus memikirkan kemungkinan kerugian atas tindakan yang dilakukan.

Kendati demikian, ilmu kedokteran yang masih belum semaju saat ini, ditambah minimnya teknologi pendukung praktik medis, membuat pengobatan di masa lalu terkesan ekstrem.

Berikut beberapa pengobatan tidak masuk akal yang pernah dipraktikan, seperti dilansir History dan Mental Floss:

1. Menumpahkan darah atau bloodletting

Selama ribuan tahun, para praktisi medis berpegang teguh pada keyakinan bahwa penyakit disebabkan karena terlalu banyak "darah buruk".

Inilah yang membuat praktik "pertumpahan darah" ramai dilakukan untuk mengobati berbagai penyakit.

Praktik menumpahkan darah kemungkinan dimulai oleh bangsa Sumeria dan Mesir Kuno. Namun, praktik ini baru menjadi umum saat zaman Yunani dan Romawi Kuno.

Masa itu, dokter berpengaruh seperti Hippocrates dan Galen mempercayai bahwa tubuh manusia dipenuhi dengan empat zat dasar yakni empedu kuning, empedu hitam, dahak, dan darah. Keempatnya ini harus dijaga keseimbangannya agar tubuh tetap sehat.

Dengan pemikiran ini, pasien demam atau menderita penyakit lain sering didiagnosis dengan kelebihan darah.

Untuk mengembalikan keharmonisan tubuh, dokter hanya akan memotong pembuluh darah dan membiarkan cairan merah ini mengalir keluar.

Bahkan di beberapa kasus, lintah sering digunakan untuk menyedot darah langsung dari kulit.

Praktik ini tetap bertahan sampai abad ke-19 dan musnah karena ada penelitian baru yang menunjukkan lebih banyak dampak negatif daripada kebaikan.

2. Trepanasi atau melubangi tengkorak

Trepanasi atau praktik melubangi tengkorak adalah bentuk operasi tertua umat manusia, dimulai sekitar 7.000 tahun lalu.

Hampir seluruh peradaban di dunia pernah mempraktikkan trepanasi untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Sebuah teori umum menyatakan, trepanasi kemungkinan semacam ritual suku atau metode untuk melepaskan roh jahat dari tubuh seseorang.

Pendapat lain, mengatakan bahwa operasi ini merupakan upaya konvensional untuk mengobati epilepsi, sakit kepala, abses, dan pembekuan darah.

Adapun menilik tengkorak bekas trepanasi di Peru, mengisyaratkan kemungkinan ada perawatan darurat umum untuk membersihkan pecahan tengkorak.

Selain itu, bukti tersebut menunjukkan bahwa pasien selamat dari operasi trepanasi.

3. Menggunakan merkuri

Merkuri atau raksa terkenal karena sifat racunnya. Namun, bahan kimia ini pernah digunakan sebagai obat mujarab untuk berbagai penyakit.

Orang Persia dan Yunani Kuno menganggap merkuri sebagai salep berguna. Sementara para alkemis China abad kedua, menganggap merkuri cair sebagai peningkat umur dan vitalitas.

Beberapa penyembuh zaman dulu bahkan menjanjikan satu terapi, bahwa konsumsi minuman berbahaya yang mengandung merkuri, belerang, dan arsenik, membuat pasien memperoleh hidup kekal dan kemampuan untuk berjalan di atas air.

Sementara itu, salah satu korban paling terkenal dari praktik ini adalah Kaisar China Qin Shi Huang, yang diduga meninggal setelah menelan pil merkuri dengan iming-iming hidup abadi.

4. Obat dari kotoran

Mesir Kuno merupakan peradaban dengan sistem medis yang terorganisir baik, lengkap dengan dokter spesialisasi penyakit tertentu.

Kendati demikian, obat yang mereka resepkan terdengar tidak masuk akal. Misalnya, darah kadal, tikus mati, lumpur, atau roti berjamur yang kerap digunakan sebagai salep.

Bahkan, para wanita terkadang diberi air liur kuda untuk mengobati gangguan libido.

Paling menjijikkan, yakni para tabib Mesir Kuno yang menggunakan kotoran manusia dan hewan sebagai obat penyembuh dari segala penyakit.

Menurut Papyrus Ebers, "kitab" pengetahuan herbal Mesir Kuno pada 1500 SM, kotoran keledai, anjing, rusa, dan lalat, semuanya memiliki khasiat penyembuhan dan kemampuan mengusir roh jahat.

5. Obat kanibal

Sakit kepala, kram otot, dan maag adalah penyakit purba yang sudah ada sejak zaman dulu. Dan dokter zaman kuno, terus-menerus menjajal obat-obatan yang bisa digunakan meredakan gangguan penyakit tersebut.

Celakanya, obat mujarab tersebut terdiri dari daging, darah, atau tulang manusia. Praktik kanibal yang bernama corpse medicine ini pun menjadi praktik umum selama ratusan tahun.

Seperti bangsa Romawi yang percaya bahwa darah gladiator atau ahli pedang dapat digunakan menyembuhkan epilepsi.

Atau di Inggris pada abad ke-17, di mana Raja Charles II dikenal menikmati King's Drop, minuman yang terbuat dari tengkorak manusia dan alkohol.

6. Menikah muda untuk mencegah rahim pergi

Dokter di masa Yunani Kuno percaya, rahim wanita digambarkan sebagai makhluk hidup terpisah yang memiliki pikiran tersendiri.

Menurut tulisan Plato dan Hippocrates, ketika seorang wanita membujang terlalu lama, rahim akan terlepas dan meluncur bebas dari tubuhnya. Hal ini disebut dapat menyebabkan wanita mati lemas, kejang, dan histeria.

Untuk mencegah rahim "berjalan-jalan", wanita zaman dahulu dinasihati untuk menikah muda dan melahirkan anak sebanyak mungkin.

Namun, pemikiran ini musnah setelah ditemukan bahwa rahim adalah bagian tubuh wanita yang ditahan oleh ligamen.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/29/203000665/melubangi-tengkorak-hingga-praktik-kanibal-ini-6-pengobatan-ekstrem-zaman

Terkini Lainnya

Aturan Baru, Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap Kecuali Kategori Ini

Aturan Baru, Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap Kecuali Kategori Ini

Tren
Pesawat Boeing 757 Milik Donald Trump Menabrak Pesawat Komersial di Bandara Florida

Pesawat Boeing 757 Milik Donald Trump Menabrak Pesawat Komersial di Bandara Florida

Tren
4 Fakta Anak Bunuh Ibu di Sukabumi, Gunakan Garpu Tanah dan Tidur dengan Bercak Darah

4 Fakta Anak Bunuh Ibu di Sukabumi, Gunakan Garpu Tanah dan Tidur dengan Bercak Darah

Tren
Cuaca Panas, Hindari Pakai Baju Berbahan Ini agar Tak Bau Badan

Cuaca Panas, Hindari Pakai Baju Berbahan Ini agar Tak Bau Badan

Tren
KRIS BPJS Kesehatan Siap Diterapkan, Mungkinkah Iuran Dipukul Rata?

KRIS BPJS Kesehatan Siap Diterapkan, Mungkinkah Iuran Dipukul Rata?

Tren
11 Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Imbas Kecelakaan Bus di Subang

11 Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Imbas Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemerintah Wajibkan Seluruh Penduduk Ikut BPJS Kesehatan, Bagaimana jika Tidak Mampu?

Pemerintah Wajibkan Seluruh Penduduk Ikut BPJS Kesehatan, Bagaimana jika Tidak Mampu?

Tren
Berstatus DPO, Begini Ciri 3 Buronan Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Berstatus DPO, Begini Ciri 3 Buronan Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Tren
Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa Kali Pertama dan Sekarang

Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa Kali Pertama dan Sekarang

Tren
Mengenal Spesies Ikan Baru di Pegunungan Meratus, Punya Penis di Bawah Kepala

Mengenal Spesies Ikan Baru di Pegunungan Meratus, Punya Penis di Bawah Kepala

Tren
Musim Haji 2024, Begini Prakiraan Cuaca di Arab Saudi dan Cara Mengeceknya

Musim Haji 2024, Begini Prakiraan Cuaca di Arab Saudi dan Cara Mengeceknya

Tren
OpenAI Luncurkan GPT-4o secara Gratis di ChatGPT, Apa Itu?

OpenAI Luncurkan GPT-4o secara Gratis di ChatGPT, Apa Itu?

Tren
Mengenal PTN BH, Keistimewaan, dan Daftar Kampusnya

Mengenal PTN BH, Keistimewaan, dan Daftar Kampusnya

Tren
4 Obat Ini Tak Boleh Diminum Bersama Jahe, Ada Hipertensi dan Diabetes

4 Obat Ini Tak Boleh Diminum Bersama Jahe, Ada Hipertensi dan Diabetes

Tren
Pendaftaran Poltekip dan Poltekim Kemenkumham 2024: Jadwal, Persyaratan, dan Cara Daftarnya

Pendaftaran Poltekip dan Poltekim Kemenkumham 2024: Jadwal, Persyaratan, dan Cara Daftarnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke