Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

HUT Ke-266 Kota Yogyakarta: Agenda Acara, Tema, Twibbon dan Sejarahnya

Tema Hari Ulang Tahun ke-266 Kota Yogyakarta kali ini adalah "Sulih, Pulih, Luwih".

Sulih berarti berpindah dan beradaptasi dalam keadaan baru yang lebih baik, pulih berarti sembuh, dan luwih berarti berkembang menjadi lebih baik.

Perayaan HUT ke-266 Kota Yogyakarta sudah dimulai sejak 1-9 Oktober 2022 mendatang.

Apa saja agenda acara pekan HUT ke-266 Kota Yogyakarta?

Agenda acara pekan HUT ke-266 Kota Yogyakarta

Berikut agenda acara pekan HUT ke-266 Kota Yogyakarta, dilansir dari laman resmi Pemkot Yogyakarta:

Sulih berarti berpindah dan beradaptasi dalam keadaan baru yang lebih baik, pulih berarti sembuh, dan luwih berarti berkembang menjadi lebih baik.

Tema ini dimaknai sebagai bentuk kondisi Kota Yogyakarta saat ini yang berhasil melewati pandemi Covid-19 dengan fase lebih baik. Semangat yang dibangun adalah semangat untuk menunjukan tekad bersama bangkit menuju pada situasi normal dan kondusif.

Filosofi logo HUT ke-266 Kota Yogyakarta

Logo HUT 266 Kota Yogyakarta berupa gunungan yang terdiri dari beberapa elemen, yakni motif flora hijau, motif lengkung emas, ornamen umplak joglo, lengkung emas, ulir tugu, dan ekor garuda.

Elemen-elemen tersebut mewakili berbagai unsur yang menjadi pondasi dalam pembangunan di Kota Yogyakarta

Secara filosofis, hal tersebut menunjukkan bahwa cita-cita pembangunan Kota Yogyakarta hanya dapat diwujudkan dengan kemanunggalan antara pemimpin dan masyarakat.

Twibbon HUT ke-266 Kota Yogyakarta

Bagi Anda yang ingin menggunakan twibbon HUT ke-266 Kota Yogyakarta, maka dapat mengklik tautan berikut:

  • https://hutkota.jogjakota.go.id

Cara menggunakannya, cek pada bagian Twibbon di laman tersebut.

Unggah foto Anda, tunggu beberapa saat. Jika sudah selesai, unduh Twibbon. Twibbon Anda siap dipergunakan.

Sejarah Kota Yogyakarta

Sejarah berdirinya Kota Yogyakarta berawal dari Perjanjian Giyanti tanggal 15 Februari 1755 (Kemis Kliwon, 12 Rabingulakir 1680 TJ).

Kerajaan Mataram terbagi menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta. Pangeran Mangkubumi diakui menjadi raja Ngayogyakarta dengan gelar Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Alega Abdul Rachman Sayidin Panatagama Khalifatullah.

Di bawah pohon besar di Desa Giyanti ini perjanjian perdamaian dan pembagian Mataram.

Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaan Sultan Hamengku Bowono I adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, dan Bumigede ditambah beberapa daerah mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, dan Grobogan.

Setelah perjanjian pembagian daerah selesai, Sultan Hamengku Buwono I segera menetapkan bahwa daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta).

Ketetapan ini diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755 (Kemis Pon, 29 Jumadilawal 1680 TJ). Peristiwa ini dikenal dengan nama Hadeging Nagari Ngayogyakarta.

Tempat yang dipilih sebagai pusat pemerintahan atau keraton ialah Hutan Pabringan yang terletak di antara sungai Winongo dan Sungai Code.

Bakal lokasi Yogyakarta ditandai oleh Umbul (mata air) Pacethokan di tengah hutan Pabringan. Mungkin mata air itu kemudian dibangun menjadi Umbul Winangun di kompleks Tamansari

Pada 9 Oktober 1755 babat alas untuk pembangunan keraton dimulai. Untuk sementara, Sultan Hamengku Buwono I menempati Pesanggrahan Ambar Ketawang, Gamping.

Pembangunan keraton baru berlangsung selama hampir setahun, tepatnya 7 Oktober 1756 (Kemis Pahing, 13 Sura 1682 TJ).

Sultan Hamengku Buwono I beserta keluarga dan pengikutnya boyongan dari Ambarketawang menuju keraton yang baru selesai dibangun tersebut.

Dalam penanggalan Tahun Jawa (TJ), peristiwa ini ditandai dengan sengkalan memet: Dwi Naga Rasa Tunggal dan Dwi Naga Rasa Wani.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/08/080000165/hut-ke-266-kota-yogyakarta--agenda-acara-tema-twibbon-dan-sejarahnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke