Jika hal itu sampai menjadi kenyataan, pasti akan makin mempersulit upaya kaum penjajah menjajah masyarakat yang dijajah. Maka kaum penjajah pada masa itu langsung melakukan berbagai tindakan untuk mencegah jangan sampai lagu Indonesia Raya menjadi makin popular di kalangan generasi muda masyarakat Hindia-Belanda.
Dituding menjiplak Marselleise, bahkan Pinda-Pinda Leka Leka
Tindakan mengeliminir lagu Indonesia Raya cukup kreatif, beraneka ragam, mulai dari memaklumatkan larangan lagu tersebut diperdengarkan di depan umum sampai ke upaya melecehkan lagu Indonesia Raya sebagai jiplakan WR Supratman terhadap lagu kebangsaan Prancis, Marselleise, bahkan sekedar lagu pop Belanda Pinda-Pinda Leka Leka.
Sebagai seorang yang sedikit mengerti, sebab sempat di Jerman belajar maupun mengajar ilmu harmoni serta ilmu sintaksa terhadap kalimat musik yang terkandung pada melodi maupun ilmu irama dan birama, saya akui bahwa Indonesia Raya dengan Marselleise memiliki dua kesamaan.
Di mana dua-duanya adalah kesamaan dalam ditulis bukan pada titinada pentatonik namun diatonis serta kesamaan bahwa kedua lagu kebangsaan itu sama-sama dianjurkan oleh masing-masing penggubahnya untuk ditampilkan dalam irama bukan walsa atau tango, tetapi mars.
Di luar kesamaan itu, sama sekali tidak ada kesamaan lainnya apalagi lirik Marselleise ditulis dalam bahasa Prancis sementara lirik Indonesia Raya ditulis dalam bahasa Indonesia yang pada masa itu masih disebut sebagai bahasa Melayu.
Jika penggunaan titinada diatonik dianggap sebagai bukti penjiplakan berarti Mahler menjiplak Brahms menjiplak Beethoven menjiplak Mozart menjiplak Bach menjiplak Vivaldi dan seterusnya dan selanjutnya.
Upaya mendisreditkan Indonesia Raya dengan menuduh Wage Rodolf R Soepratman menjiplak lagu pop Belanda Pinda-Pinda Lekka-Lekka jelas merupakan upaya pembunuhan karakter kebudayaan secara tidak adil, maka tidak beradab akibat kaum penjajah sudah panik dirongrong ketakutan terhadap lagu Indonesia Raya.
Sama halnya kaum penjajah berupaya membunuh karakter kebudayaan terhadap warisan kebudayaan Nusantara lainnya yang dianggap potensial mempersulit upaya menjajah masyarakat Hindia-Belanda yang kini disebut Indonesia seperti keris, wayang, gamelan, jamu.
Mungkin akibat daya dengar saya sudah merosot tajam sebab usia saya sudah di atas 70 tahun maka saya tidak mampu mendengar persamaan lagu Indonesia Raya dengan Pinda-Pinda Lekka-Lekka, kecuali tiga nada awal yang terdiri dari mi, fa, dan sol. Pada nada keempat langsung melodi bergerak ke arah saling berlawanan di mana melodi Indonesia Raya bergerak ke atas ke nada mi satu oktaf lebih tinggi ketimbang mi pertama.
Sementara melodi Pinda-Pinda Lekka-Lekka bergerak di tempat karena sol sebagai nada ketiga ternyata tetap pada sol sebagai nada keempat.
Lalu melodi Indonesia Raya lanjut dengan mi-re-re-do-sol sementara melodi Pinda-Pinda Lekka-Lekka lanjut dengan mi-re-do-do lalu koma. Lalu melodi Indonesia Raya lanjut dengan mi-re-re-do-sol sementara melodi Pinda-Pinda Lekka-Lekka lanjut dengan mi-re-do-do lalu koma.
Sampai di situ bisa saja ada yang bilang bahwa melodi Indonesia Raya mirip melodi Pinda-Pinda Lekka-Lekka tetapi terlalu lebay apabila Indonesia Raya dituduh menjiplak Pinda-Pinda Lekka-Lekka.
Selanjutnya untaian nada dalam notasi angka pada Indonesia Raya adalah 5 5 6 5 4 3 2 sementara Pinda-Pinda Lekka-Lekka 7 1 2 2 2 1 7 yang secara deretan angka tidak mengandung persamaan kecuali angka 2 .
Di samping itu fakta juga membuktikan bahwa Pinda-Pinda Leka-Leka didendangkan dalam bahasa Belanda, berarti bukan dijiplak Indonesia Raya yang dinyanyikan dalam bahasa Indonesia.
Merasa bangga
Apabila masih ada pihak di masa kini masih mau menghina pencipta lagu kebangsaan bangsa saya, maka saya siap melawan penghinaan tersebut sampai tetes darah musik penghabisan mengalir di dalam jiwa raga saya.
Sampai akhir hayat dikandung badan, saya tetap merasa bangga, bahagia dan terharu pada saat menyanyikan lagu kebangsaan negara saya yaitu Indonesia Raya dengan melodi maupun lirik yang bukan dijiplak tetapi asli ditulis oleh Wage Rudolf Soepratman: Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku, Di sanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku, Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan Tanah Airku, Marilah kita berseru, Indonesia bersatu, Hiduplah tanahku, Hiduplah negeriku, Bangsaku, Rakyatku semuanya, Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya, Untuk Indonesia Raya, Indonesia Raya, Merdeka, Merdeka, Tanahku negriku yang kucinta, Indonesia Raya, Merdeka Merdeka, Hiduplah Indonesia Raya, Indonesia Raya, Merdeka Merdeka, Tanahku negriku yang kucinta, Indonesia Raya, Merdeka Merdeka, Hiduplah Indonesia Raya.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/18/082755765/membela-kehormatan-wage-rudolf-soepratman