Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa WHO Mengganti Nama Penyakit Cacar Monyet?

"WHO telah menyepakati nama baru untuk varian virus monkeypox, sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk menyelaraskan nama penyakit, virus, dan varian monkeypox atau clade," tulis WHO, dikutip dari laman resminya.

Selama ini, pemberian nama baru untuk penyakit yang telah terjadi merupakan tanggung jawab WHO di bawah International Classification of Diseases dan WHO Family of International Health Related Classifications (WHO-FIC).

Penamaan spesies virus menjadi tanggung jawab International Committee on the Taxonomy of Viruses (ICTV) yang saat ini sedang memproses nama virus cacar monyet.

Namun kali ini WHO juga mengadakan konsultasi terbuka untuk nama baru penyakit monkeypox.

Pihaknya membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin mengajukan nama pengganti virus cacar monyet melalui laman ini.

Memicu konotasi diskriminatif dan stigmatisasi

Dilansir dari Forbes (12/8/2022), WHO sepakat mengganti nama virus cacar monyet usai adanya sejumlah kritik.

Kritik tersebut menyatakan bahwa nama cacar monyet atau monkeypox dikhawatirkan memiliki konotasi diskriminatif dan memicu stigmatisasi.

Oleh karena WHO menggelar pertemuan dengan sejumlah ilmuwan untuk membahas penamaan ulang penyakit ini.

Dengan begitu, pelanggaran yang berpotensi terjadi karena penamaan virus terkait kepada etnis dan sosial atau profesional dapat terhindari.

Selain itu, pertemuan tersebut juga mempertimbangkan upaya untuk meminimalisir kerugian di bidang perdagangan, perjalanan, pariwisata, atau hewan akibat penamaan virus tersebut.

Pentingnya nama varian

Virus monkeypox sendiri pertama kali lahir di 1958, sebelum metode resmi penamaan penyakit ada.

Selepas itu, ada banyak varian dari penyakit cacar ini muncul. Dan masing-masing daerah menamai penyakit ini berbeda-beda, sesuai dengan kondisi geografis wilayah yang bersangkutan.

Dari konsensus yang diadakan tanggal 8 Agustus, WHO sudah memutuskan nama untuk dua varian dominan dari monkeypox.

Untuk saat ini, pergantian nama merujuk pada clade Congo Basin (Afrika Tengah) menjadi Clade I, sedangkan clade Afrika Barat menjadi Clade II. Kemudian, disepakati pula Clade II terdiri dari dua subclade.

Struktur penamaan clade atau varian akan diwakili oleh angka Romawi. Sementara subclade akan diwakili dengan karakter alfanumerik huruf kecil.

WHO memutuskan bahwa penamaan virus berdasarkan varian (clade) sangatlah penting. Hal ini demi mengamati karakter virus, demi kepentingan penelitian dan pemberian terapi medis yang tepat.

Kesepakatan itu diperoleh dari diskusi para ahli virologi cacar, biologi evolusioner, dan perwakilan lembaga penelitian dari seluruh dunia yang meninjau filogeni dan nomenklatur varian atau clade virus cacar monyet baik yang diketahui ataupun baru.

Para ahli tersebut akhirnya menyepakati tentang bagaimana clade virus harus dicatat dan diklasifikasikan di situs repositori urutan genom.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/16/070500465/mengapa-who-mengganti-nama-penyakit-cacar-monyet-

Terkini Lainnya

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Disiarkan di RCTI, Kick Off 20.00 WIB

Tren
Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Berawal dari Cabut Gigi, Perempuan Ini Alami Infeksi Mulut hingga Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing 'Oren' Barbar

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing "Oren" Barbar

Tren
8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Tren
Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Tren
Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Tren
Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Tren
Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Tren
Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Tren
Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke