Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara TNI AU Disegani di Kawasan, Tidak Ada Kata Menyerah di Tengah Keterbatasan

KOMPAS.com - "Dengan dilandasi semangat Swa Bhuwana Paksa, TNI Angkatan Udara siap menjaga keamanan wilayah udara dan mendukung program pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional."

Itulah tema hari ulang tahun (HUT) ke-76 Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), yang diperingati pada 9 April 2022.

Pada usianya yang tak lagi muda, TNI AU dihadapkan dengan berbagai tantangan dan ancaman yang sangat kompleks, seiring kemajuan teknologi dan perubahan zaman yang semakin tak terprediksi.

Terlebih, ancaman yang datang tidak hanya bersifat linier, namun juga bersifat hibrida dan asimetris, bahkan juga semakin berkembang dengan adanya pemanfaatan persenjataan non-kinetik.

Itulah mengapa, Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, S.E.,M.P.P bertekad untuk mewujudkan TNI AU yang disegani di kawasan.

Mewujudkan TNI AU yang disegani di kawasan

Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma TNI Indan Gilang Buldansyah mengatakan, maksud disegani di kawasan bukan berarti TNI AU ingin mengeklaim akan jadi yang disegani.

Namun, TNI AU sedang berusaha untuk membangun kekuatan dan kemampuan, serta postur, sebagaimana AU negara maju lainnya yang sudah mumpuni.

Indan menuturkan, untuk mencapai itu, setidaknya TNI AU harus memiliki tiga hal, yakni kesiapan tempur, kemampuan operasi, dan kualitas sumber daya manusia (SDM) atau prajuritnya.

"TNI AU tengah berupaya untuk terus membangun dan mengembangkan ketiga aspek tersebut," ujar Indan, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/5/2022).

Untuk mencapai kesiapan tempur yang baik, beber Indan, artinya TNI AU harus mampu mengefisienkan anggaran dan mengoptimalkan pemeliharaan agar kesiapan operasional tinggi.

Kemudian, terkait kemampuan operasi, terkhusus matra udara, TNI AU juga sedang berusaha membangun dan terus meningkatkan kemampuan tempur terintegrasi atau network-centric warfare.

"Kuncinya ada pada integrasi unsur sensor (dengan mengandalkan radar dan platform ISR), unsur penindak (rudal Hanud, pesawat tempur dan lainnya), unsur pendukung (pesawat angkut dan lainnya), dan kemudian integrasi tersebut bisa dimonitor dan dikendalikan secara real time dari pusat komando kendali," kata dia.

Indan mengatakan, untuk mencapai hal tersebut TNI AU harus terus banyak belajar mengenai air battle management dari AU negara lain yang sudah maju.

Dan, TNI AU tidak bisa memulai semuanya sendirian, tanpa membangun diplomasi pertahanan matra udara yang baik dengan AU di kawasan.

Adapun unsur yang paling penting dari semua ini yakni sumber daya manusia, terkait kualitas prajurit TNI AU.

Berbicara tentang kualitas prajurit, kata Indan, pada era disrupsi, terutama dengan semakin luasnya penggunaan teknologi informasi digital, peran manusia justru akan semakin menentukan.

"Untuk itulah, Kasau dalam dua tahun terakhir ini sangat gencar mendorong masalah pendidikan. Beliau juga gencar mencari peluang kerja sama pendidikan dengan AU negara sahabat," paparnya.

Sehingga, para prajurit diharapkan akan menjadi katalisator dalam mempercepat pencapaian perwujudan kemampuan yang diharapkan TNI AU.

Tantangan TNI AU

Indan mengatakan, terdapat banyak tantangan untuk mewujudkan TNI AU yang disegani di kawasan.

Tantangan yang paling menonjol terkait ketersediaan anggaran. Tanpa anggaran yang cukup, tentu kesiapan pesawat akan sangat terbatas.

"TNI AU sebagian besar operasinya sangat mengandalkan alutsista, yang semuanya butuh perawatan," ujar pria kelahiran Cimahi, 2 September 1973 ini.

Kendati demikian, lanjutnya, hingga saat ini TNI AU tetap mampu mengoptimalkan anggaran yang ada untuk meraih target kesiapan alutsista yang ditetapkan.

Tantangan berikutnya adalah soal ilmu dan teknologi, kunci khusus matra udara yang bersifat terbatas dan hanya dikuasai negara maju.

Indonesia sebagai negara non-blok, tentu akan sulit untuk dapat berbagi teknologi dan pengetahuan yang lebih tinggi dari AU negara maju.

"Untuk itulah kita terus memperkuat diplomasi pertahanan, melaksanakan confidence building measures secara aktif, agar kita bisa belajar dan berlatih bersama AU negara maju dengan semakin baik lagi," terang dia.

Kesiapan prajurit dan alutsista selalu pada kondisi optimum

Indan mengungkapkan, di tengah keterbatasan yang ada, tidak ada kata menyerah bagi TNI AU.

Kesiapan prajurit dan alutsista yang dimiliki TNI AU dipastikan dalam kondisi yang optimal.

"Kesiapan prajurit dan alutsista kita selalu berada pada kondisi optimum," jelasnya.

Lanjut dia, semua tugas-tugas yang diamanahkan kepada TNI AU, selalu dapat dilaksanakan dengan sebaik mungkin.

Ia memohon dukungan dari masyarakat agar TNI AU dapat terus membangun dan memperbaiki diri.

"Mohon doanya, semoga TNI AU dapat terus membangun dan memperbaiki diri, sehingga kita dapat mewujudkan TNI AU menjadi AU yang disegani di kawasan," tandasnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/05/20/090500565/cara-tni-au-disegani-di-kawasan-tidak-ada-kata-menyerah-di-tengah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke