KOMPAS.com - Bandara Kemayoran di Jakarta Pusat resmi terakhir beroperasi pada 31 Maret 1985 atau tepat 37 tahun lalu.
Dibangun pada 1934 oleh pemerintah kolonial Belanda, Bandara Kemayoran membutuhkan waktu 6 tahun sebelum diresmikan pada 8 Juli 1940.
Bandara Kemayoran merupakan badara internasional pertama di Indonesia yang disinggahi oleh pesawat luar negeri, sebelum adanya Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Kini, lahan bekas bandara tersebut dikelola oleh Badan Layanan Umum Pusat Pengelolaan Komplek (BLU PPK) di bawah Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia.
Bagaimana sejarah dari Bandara Kemayoran?
Sejarah berdirinya Bandara Kemayoran
Dilansir dari Laman resmi PPK Kemayoran, Bandara Kemayoran dibangun pada 1934 dan diresmikan pada 8 Juli 1940 sebagai lapangan terbang internasional.
Bandara tersebut pada awalnya dikelola oleh Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappy (KNILM) dari pemerintahan kolonial Belanda.
Pada 6 Juli 1940, atau dua hari sebelum peresmian, pesawat pertama yang singgah di Bandara Kemayoran adalah DC-3 milik KNILM.
Pesawat DC-3 tersebut terbang ke Bandara Kemayoran dari lapangan udara Tjililitan (Sekarang Bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta).
Pesawat sejenis, yakni DC-3 juga menjadi yang pertama melakukan perjalanan luar negeri dengan rute penerbangan Bandara Kemayoran menuju Australia sehari kemudian.
Airshow pertama di Bandara Kemayoran
Pada 31 Agustus 1940, Bandara Kemayoran menggelar airshow yang bertepatan dengan hari ulang tahun Raja Belanda.
Airshow tersebut menjadi yang pertama di Bandara Kemayoran yang merupakan bandara internasional.
Pada gelaran airshow tersebut, dihadirkan pesawat-pesawat milik KNILM dan pesawat-pesawat pribadi Aeroclub di Batavia.
Selain itu, diramaikan juga pesawat Buckmeister Bu-131, Jungmann, de Haviland DH-82 Tigermoth, Piper Cub, dan pesawat Walraven W-2 yang pernah melakukan penerbangan dari Batavia ke Amsterdam pada 27 September 1935.
Sewaktu perang Asia Pasifik terjadi, Bandara Kemayoran juga mengalami serangan yang dilancarkan oleh pesawat-pesawat Jepang.
Pada 9 Februari 1942, beberapa pesawat di Bandara Kemayoran yakni dua DC-5, dua Brewster dan sebuah F-VII terkena serangan Jepang.
Pihak Belanda kemudian terpaksa mengungsikan beberapa pesawat milik KNILM ke Australia.
Sewaktu Jepang berkuasa (1942-1945), Bandara Kemayoran diisi oleh pesawat-pesawat buatan Jepang.
Pesawat temput Mitsubishi A6M2 Zeke yang juga dikenal dengan nama Navy-O atau Zero menjadi pesawat Jepang pertama yang mendarat di Bandara Kemayoran.
Kemudian, setelah Jepang menyerah kepada sekutu, giliran pesawat sekutu datang ke Bandara Kemayoran.
Beberapa pesawat sekutu yang singgah di Bandara Kemayoran yakni Supermarine Spitfire, B-25 Mitchell, dan P-51 Mustang, DC-4/C-54 Skymaster, DC-6, Boeing 377 Stratocruiser, dan, Lockheed Constelation.
Setelah kemerdekaan
Pada masa perjuangan kemerdekaan, Garuda Indonesia Airways atau sekarang dikenal dengan Garuda Indonesia berdiri.
Bandara Kemayoran kemudian mulai diisi oleh pesawat-pesawat modern dengan kehadiran Garuda Indonesia.
Pada 1950-an, peberbangan sipil modern di Bandara Kemayoran ditandai dengan beroperasinya pesawat bermesin jet.
Di masa itu juga, pesawat turboprop berdatangan ke Bandara Kemayoran, antara lain Saab 91 Safir, Grumman Albatros, Ilyushin Il-14, Cessna, juga pesawat-pesawat buatan Nurtanio, seperti NU-200 Sikumbang, Belalang, dan Kunang.
Bandara Internasional pertama di Indonesia ini juga menjadi tempat mendaratnya pesawat dari berbagai Negara di dunia untuk mendatangi event intenasiona di indonesia.
Berbagai Kepala Negara juga pernah menginjakkan kakiknya di Bandara Kemayoran, seperti saat Konfrensi Asia Afrika pada era Soekarno.
Tak hanya untuk penerbangan sipil, Bandara Kemayoran juga digunakan untuk dimanfaatkan oleh pihak militer Indonesia AURI (kini TNI Angaktan Udara).
Pada 29 Oktober 1973, pesawat DC-10 milik KLM singgah di Bandara Kemayoran. Pesawat tersebut merupakan pesawat terbesar dan terberat yang pernah singgah di Bandara Kemayoran.
Pesawat DC-10 disewa oleh Garuda Indonesia untuk mengngangkut jemaah haji asal Indonesa.
Pada 1970-an, karena kesibukan Bandara Kemayoran, pemerintah terpaksa membuka Bandara Halim Perdanakusuma sebagai bandara internasional pada 10 Januari 1974.
Setelah Badara Halim Perdanakusuma dibuka, Bandara Kemayoran tetap mengoperasikan seluruh penerbangan domestiknya.
Akhir beroperasi
Pada 31 Maret 1985, merupakan hari-hari terakhir beroperasinya Bandara Kemayoran.
Beberapa pesawat yang dulu pernah hadir saat peresmian Bandara Kemayoran juga masih ada di Bandara tersebut.
Pesawat DC-3 Dakota merupakan pesawat terakhir yang meninggalkan Bandara Kemayoran sebelum ditutup.
Setelah Bandara Kemayoran ditutup, penerbangan dipindahkan ke Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Jakarta.
Walaupun sudah ditutup dan tidak adanya jadwal penerbangan di Bandara Kemayoran, namun suasana di bandara tersebut masih tetap hidup.
Pada 1986, Badara Kemayoran masih dipakai untuk penyelenggaraan Indonesia Air Show (IAS).
Alasan tutup
Dilansir dari Kompas.com (01/06/2018), alasan penutupan Bandara Kemayoran karena lapangan terbang tersebut masuk daerah pendaratan lapangan terbang Cengkareng/Soekarno-Hatta.
Jarak landasan udara di Bandara Kemayoran yang menyilang antara Bandara Soekarno-Hatta dan Halimperdanakusuma juga menjadi faktor penutupan yang lain.
Masalah keselataman penerbangan juga menjadi faktor penutupan Bandara Internasional pertama di Indonesia tersebut.
https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/31/110000065/hari-ini-dalam-sejarah-31-maret-1985-bandara-kemayoran-resmi-ditutup