Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Invasi Rusia, Didasari Ukraina yang Enggan Urungkan Niat Bergabung dengan NATO

Selama tujuh hari ratusan warga sipil berjatuhan menjadi korban, sementara ribuan lainnya mengalami luka-luka.

Salah satu alasan utama invasi Rusia adalah keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO. Negosiasi sebenarnya sudah berkali-kali dilakukan, tetapi selalu menemui jalan buntu.

Pada akhirnya, Rusia pun melakukan operasi militer ke Ukraina pada Kamis (24/2/2022).

Lantas, mengapa Ukraina lebih memilih melawan Rusia dibandingkan batal bergabung dengan NATO untuk terhindar dari perang? Apa yang mereka pertaruhkan?

Pakar studi Eropa Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhadi Sugiono mengatakan, keinginan Ukraina bergabung ke dalam NATO adalah untuk mengejar keanggotaan Uni Eropa.

Sebab, keanggotaan NATO akan memberikan akses yang lebih besar ke Uni Eropa.

"Dengan harapan itu, maka Ukraina bersikukuh untuk tetap melampiaskan keinginannya (bergabung NATO)," kata Muhadi kepada Kompas.com, Kamis (3/3/2022).

"Karena sebenarnya sekarang ini NATO dan Uni Eropa meskipun area of interest-nya berbeda, tapi basis keanggotaannya sama," sambungnya.

Kendati demikian, Muhadi menyebut status Ukraina di mata negara-negara Eropa pun tidak cukup terpandang.

Ukraina juga masih jauh dari kualifikasi menjadai bagian dari Uni Eropa, misalnya memiliki karakter demokratis dan liberal.

Di sisi lain, Amerika Serikat dan Eropa tidak bisa menutup ruang bagi siapa pun yang ingin bergabung dengan NATO.

Atas dasar itulah, Ukraina sempat mengira negara-negara barat akan membantunya ketika Rusia menyerang tiba-tiba, sehingga tetap berdiri pada posisinya untuk menjadi bagian dari NATO.

Eksistensi NATO bagi Rusia

Bagi Rusia, keberadaan NATO mencerminkan mentalitas perang dingin. Setelah Uni Soviet runtuh, Vladimir Putin bahkan berkali-kali-kali mempertanyakan urgensi pembentukan NATO.

Apalagi, ada informasi bahwa ketika tembok berlin runtuh, Mikhail Gorbachev (mantan presiden Uni Soviet) menerima jaminan dari para pemimpin negara anggota NATO untuk melakukan ekspansi ke timur.

"Ini yang mengecewakan Rusia. Mereka menyalahkan Gorbachev mengapa saat itu tidak dilakukan secara tertulis. Mungkin waktu itu euforia, sehingga tidak terjadi negosiasi tertulis," jelas dia.

Padahal, Rusia memiliki pengalaman buruk dengan negara-negara Eropa lain. Salah satunya, karena mereka pernah menjadi sasaran invasi Napoleon dan Hitler.

Semua serangan itu dilakukan melalui jalan darat dari Polandia dan negara-negara Eropa timur.

Karena itu, Rusia setelah Perang Dunia II, mengutarakan niatnya untuk mengambil Eropa timur menjadi wilayah kekuasaannya.

"Oleh karena itu, setelah Perang Dunia II, Eropa timur berada di bawah kendali Soviet untuk menetralisir serangan dari Eropa barat. Jadi antara Rusia dengan negara-negara Eropa barat, ada pembatas sehingga tidak langsung berhadapan," ujarnya.

Artinya, dengan adanya ekspansi NATO yang semakin ke timur khususnya di Ukraina, Rusia akan benar-benar berhadapan langsung dengan NATO.

Hal ini akan mengembalikan garis konfrontasi lama, tetapi dengan konstelasi yang berbeda.

"Kalau Ukraina masuk menjadi anggota NATO, berarti yang memisahkan ya perbatasan Rusia bagian barat. Dengan cara itu, AS bisa menempatkan rudalnya, persenjataannya di perbatasan. Ini kan menjadikan Rusia di bawah ancaman," ujarnya.

Karena itu, Muhadi melihat tuntutan Rusia bukanlah suatu hal yang berlebihan.

Fatamorgana konflik masa lalu

Ia menjelaskan, apa yang terjadi antara Rusia dan Ukraina saat ini sama persis dengan Invasi Teluk Babi 1961, ketika Uni Soviet akan menempatkan rudal-rudalnya di Kuba.

Padahal, Kuba merupakan "halaman belakang" Amerika, sehingga Amerika menolak keras langkah Uni Soviet tersebut.

"Sebagai negara yang memiliki pengalaman yang sama pada waktu itu, mestinya AS bisa memberikan empati pada Rusia. Tapi, media sudah terlalu berorientasi pada anti-Putin, sehingga persoalan menjadi kacau balau, informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi tidak pernah muncul," kata dia.

Muhadi mengatakan, ruang negosiasi sebenarnya terbuka ketika Putin meminta jaminan kepada AS agar Ukraina tidak dimasukkan menjadi anggota NATO.

Sayangnya, Amerika Serikat menolak permintaan itu.

Dalam hubungan internasional, jelas dia, tidak adanya jaminan merupakan sumber ketidakpastian yang berujung pada sumber konflik.

"Karena tanpa ketidakpastian, setiap negara akan berusaha dengan cara mereka sendiri untuk mengantisipasi segala kemungkinan itu," tuturnya.

"Ini yang sebenarnya terjadi, terlepas dari adanya kecaman dari dunia internasional. Kalau kita lihat persoalannya keamanan, maka Rusia tidak akan peduli dengan semua itu," tutupnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/03/173000265/invasi-rusia-didasari-ukraina-yang-enggan-urungkan-niat-bergabung-dengan

Terkini Lainnya

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke