Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Benarkah Pandemi Covid-19 di Indonesia Sudah Terkendali? Ini Kata Epidemiolog

KOMPAS.com - Kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia disebut sudah terkendali.

Seperti yang disampaikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkoninfo) dalam unggahan Instagram @kemenkominfo, Senin (20/12/2021).

"Data menunjukkan bahwa kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia terkendali," demikian dituliskan akun Instagram Kominfo dalam unggahannya.

Dari unggahan tersebut disebutkan bahwa kasus aktif 0,12 persen, jauh di bawah rata-rata global yang ada di 8,10 persen.

Jumlah kasus aktif turun hampir 100 persen jika dibandingkan dengan jumlah kasus di masa puncak infeksi.

Kemudian, kasus konfirmasi harian rata-rata 208 kasus dengan tren menurun. Angka reproduksi virus di seluruh pulau di bawah nilai 1 (Rt < 1).

Persentase kesembuhan mencapai 96,49 persen dan angka kematian yang rendah, yakni 3,37 persen.

Lantas, benarkah pandemi Covid-19 di Indonesia sudah terkendali?

Penjelasan epidemiolog

Pakar epidemiologi Griffith University Dicky Budiman menyebutkan patokan-patokan yang dapat dijadikan acuan untuk menyebut apakah pandemi dapat dikatakan terkendali atau belum.

Ada 3 kriteria, mulai dari kriteria epidemiologi, kriteria sistem kesehatan, dan kriteria surveilan kesehatan masyarakat.

Untuk kriteria epidemiologi terdiri dari hal-hal berikut:

Belum bisa dikatakan terkendali

Dengan melihat indikator-indikator yang ada, Dicky belum bisa mengatakan kondisi pandemi di Tanah Air sudah terkendali.

Alasannya, karena capaian baik dalam hal apa pun harus bisa dipertahankan dan stabil dalam kurun waktu tertentu.

"Berbicara terkendali itu ada ukurannya, dalam hal ini misalnya satu bulan, trennya itu bukan naik turun, progresnya bagus, juga semua indikator itu bersinergi atau saling mendukung," jelas Dicky.

Dia mencontohkan, di tengah test positivity rate menurun di bawah 1 persen dan angka reproduksi di bawah 1, cakupan testing harus terus dipertahankan tinggi.

"Ini terjadi di Indonesia, ikutan turun testing-nya. Itu tidak memperkuat jadinya," sebut dia.

Selain itu, hal krusial lain adalah asal dari satu kasus infeksi harus bisa diketahui.

"Kita juga harus memastikan kemampuan kita mendeteksi, kemampuan tracing tracking kita, kasus yang dilaporkan jelas dari sini. Ini (Indonesia) enggak. Belum seperti itu," jelas dia.

Hal itu menjadi alasan transmisi komunitas Indonesia di level paling rendah dalam parameter yang digunkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Jadi belum lah disebut seperti itu (terkendali). Bahkan Australia yang sering di level 1-2 nya WHO, enggak lah, enggak begitu," ungkap Dicky.

"Walau pun ada negara bagiannya seperti Quensland yang selalu di level 1-2, tapi tidak bisa disebut seperti itu (terkendali), karena naik turun, sebulan berubah lagi." pungkas dia.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/21/070000565/benarkah-pandemi-covid-19-di-indonesia-sudah-terkendali-ini-kata

Terkini Lainnya

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke