Gagal paham
Menurut Prof Rubinow, buku beliau sengaja ditulis bagi mereka yang bukan matematikawan/wati (berarti termasuk saya) agar dapat memahami apa yang disebut sebagai Mathematical Biology .
Namun masalah menjadi parah. Akibat bukan matematikawan, kebetulan saya juga bukan biologiwan, makin diperparah daya pikir dangkal saya, maka niat-maksud-tujuan bagus Prof Rubinow tidak terwujud pada diri saya.
Setelah membaca para bab utama yang terdiri dari lima bagian, yaitu cell growth, enzyme kinetics, tracers in physiological systems, biological fluid dynamics dan diffusions in biology, alih-alih makin paham, saya malah making gagal paham.
Saya gagal paham tentang apa yang disebut sebagai metematika maupun biologi, apalagi mathematical biologi yang menggunakan lensa matematikal untuk menerawang biologi.
Misalnya, bab tentang pertumbuhan sel, ternyata masih terbagi lagi menjadi pertumbuhan eksponensial alias pembusukan, determinasi kadar pertumbuhan dan pembusukan, metode Least Squares.
Kemudian, penyerapan nutrisi oleh sel, ekuasi diferensial inhomogenus, pertumbuhan koloni mikroba, interaksi populasi: sistem predator-mangsa, mutasi dan reversi pertumbuhan bacterial.
Kesemua informasi itu secara bingungologis sukses membuat saya makin gagal paham.
Padahal baru sebagian kecil dari apa yang disebut sebagai matematikal biologi yang pada hakikatnya juga merupakan sebagian kecil dari apa yang disebut sebagai matematika dan biologi.
Namun di balik suasana serba gagal-paham itu terselip hikmah.
Hikmah
Sebuah hikmah bersifat pencerahan terhadap diri saya bahwa ilmu pengetahuan sebagai satu di antara mahakarsa dan mahakarya pemikiran manusia, ternyata telah mengalami perkembangan secara dahsyat multi kompleks dan multi dimensial atau multi entah apa lagi, jauh melampaui apa yang dipikirkan para kakek-nenek moyang umat manusia di planet bumi. Apalagi saya.
Di sisi lain juga sebuah hikmah bersifat pencerahan bagi diri saya sendiri. Sebagai seorang insan manusia yang memang mustahil sempurna, sama sekali tidak memiliki alasan untuk bersikap dumeh alias terkebur sesuai dengan makna adiluhur yang terkandung di dalam kearifan leluhur Nusantara, yaitu Ojo Dumeh.
Matematikal biologi (atau biologi matematikal?) menyadarkan saya bahwa pada hakikatnya masih begitu banyak perihal dan ihwal di jagad raya dan jagad alit masih belum dapat saya ketahui, apalagi pahami.
Matematikal biologi bersama pagebluk Corona yang kemudian disebut sebagai Covid-19 lalu kini Omicron dan nanti entah apa lagi, pada hakikatnya merupakan hikmah penyadaran bagi segenap umat manusia agar senantiasa bersikap ojo dumeh.
Pada hakikatnya manusia, terutama saya, adalah sekadar mahluk yang tidak berdaya dibandingkan dengan Maha Daya Kemahakuasaan Yang Maha Kuasa.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/09/060000865/hikmah-gagal-paham-matematikal-biologi