Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tes PCR Jadi Syarat Naik Pesawat, Epidemiolog: Antigen Lebih Sesuai!

KOMPAS.com - Tes PCR kini jadi syarat naik pesawat selama masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Dalam Surat Edaran (SE) Menteri Perhubungan Nomor 93 Tahun 2021, tes PCR ini diwajibkan bagi mereka yang melakukan perjalanan udara dari dan ke Pulau Jawa dan Bali.

Sementara untuk luar Jawa-Bali, calon penumpang dapat menunjukkan hasil tes PCR dan boleh cukup dengan hasil rapid test antigen.

Timbul pertanyaan, mengapa tidak semua menggunakan tes cepat antigen. Tarif tes PCR sudah diturunkan, tetapi masih lebih tinggi dibanding tes antigen.

Berikut tanggapan dari epidemiolog:

Tes antigen lebih sesuai

Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman menyampaikan bahwa tes antigen lebih sesuai untuk digunakan sebagai syarat perjalanan udara.

Menurut dia, perspektif PCR adalah standar emas yang mana metode final untuk memastikan apakah seseorang mengidap Covid-19 atau tidak.

Untuk itu, penggunaannya pun sebaiknya diterapkan pada ranah yang bersifat klinis, seperti di rumah sakit.

"Tes PCR dia memang memiliki validitas yang tinggi, tapi ia harus diterapkan pada satu kondisi yang memerlukan keakuratan lebih tinggi, karena dia kan memang gold standard, sebagai konfirmasi, misalnya di rumah sakit," ujar Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (30/9/2021).

Sementara jika digunakan untuk mengamankan masyarakat pengguna moda transportasi umum, tes PCR tidak begitu tepat.

"Kalau berbicara untuk moda transportasi, kalau pesawat lebih rendah (risikonya) ya untuk apa, dan situasinya berbasis risiko saat ini di publik semua community transmission kok," lanjut dia.

Ada faktor efektivitas dan kesehatan masyarakat yang harus diperhatikan.

Secara hasil, tes PCR memang efektif untuk mengonfirmasi keberadaan virus corona, namun ia bukan satu-satunya.

"Kalau kesehatan masyarakat, harus dilihat efektif atau tidak, ya jelas PCR efektif, tapi ada juga yang lain yang juga efektif, yaitu rapid test antigen. Rapid test antigen terbukti efektif, sudah jelas. Studi terakhir di Inggris minggu lalu menunjukkan 97 persen (efektif mendeteksi virus)," papar Dicky.

PCR masih belum terjangkau

Dicky juga menyebut faktor keterjangkauan tes PCR itu sendiri. Dia menilai tes PCR masih mahal.

"Cost effective enggak? Jelas tidak. Selain mahal harganya, tidak mudah (diakses), tidak cepat hasilnya. Sehingga tidak ada keberlanjutannya (terkait kecepatan tracking dan tindakan penanganan)," ungkap Dicky.

Oleh karena itu, Dicky menyarankan, penggunaan rapid test antigen pada penumpang pesawat terbang diperluas.

"Sarannya adalah gunakan saja rapid test antigen. Ada rapid test antigen yang bagus sekali sensitivitasnya, bahkan (pengambilan sampel) enggak sampai nyolok ke belakang. Bahkan sudah approved oleh FDA," ujar dia.

"Dan biarlah PCR itu sebagai tes konfirmasi, di RS, atau di tempat yang rapid test antigennya meragukan. Itu kembalikan ke khittah-nya," pungkas Dicky.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/10/31/063000665/tes-pcr-jadi-syarat-naik-pesawat-epidemiolog--antigen-lebih-sesuai-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke