Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tak Cuma Sinovac, Benarkah Efektivitas Vaksin Pfizer dan Moderna Juga Berkurang?

Bahkan, perlindungan yang dihasilkan kedua vaksin tersebut berkurang signifikan seiring adanya pelonggaran penggunaan masker.

Sebelumnya beredar pula kabar mengenai penurunan kadar perlindungan vaksin Sinovac dalam tubuh. Informasi yang tersebar di media sosial itu didukung oleh sebuah penelitian di China yang melibatkan 540 orang partisipan berusia 18 hingga 59 tahun.

Para partisipan menerima suntikan tambahan vaksin Sinovac ketiga setelah 6 sampai 8 bulan pasca dosis kedua dan hasilnya jauh lebih memuaskan.

Setelah diukur ulang 28 hari pemberian dosis ketiga, kadar antibodi meningkat hingga lebih dari tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya.

Penelitian ini memicu anggapan perlunya vaksin tambahan agar mampu melindungi tubuh dari serangan virus Covid-19 secara maksimal.

Lantas, benarkah efektivitas vaksin Covid-19 akan berkurang dan bagaimana kita menyikapinya?

Penurunan efektivitas vaksin Pfizer dan Moderna

Studi tersebut pertama kali dipublikasikan di jurnal The New England Journal of Medicine, yang diterbitkan secara daring pada 1 September lalu.

Peneliti terdiri dari tim dokter dan pakar kesehatan masyarakat interdisipliner di University of California San Diego mengukur efektivitas vaksin mRNA Covid-19 di antara petugas kesehatan di UC San Diego Health. Terutama selama munculnya varian Delta, salah satu varian virus corona paling menular dan mengkhawatirkan.

Selain itu, penyebab efektivitas vaksin berkurang juga bertepatan dengan semakin dilonggarkannya penggunaan masker, yang memungkinkan orang yang telah mendapat vaksinasi penuh diperbolehkan tidak menggunakan masker.

Dilansir dari Science Daily, Jumat (3/9/2021), peneliti melaporkan dalam studi ini bahwa efektivitas vaksin Pfizer dan Moderna, yang berbasis teknologi vaksin mRNA, berkurang secara signifikan dari waktu ke waktu.

Dalam studi tersebut, peneliti mencatat bahwa sejak Maret hingga Juni 2021, efektivitas vaksin Covid-19 ini terhadap infeksi simtomatik diperkirakan melebihi 90 persen. Namun pada Juni lalu turun menjadi sekitar 65 persen.

"Penurunan efektivitas vaksin tidak sepenuhnya mengejutkan," kata salah satu penulis senior Francesca Torriani, MD, profesor kedokteran klinis di Divisi Penyakit Menular dan Kesehatan Masyarakat Global di Fakultas Kedokteran UC San Diego.

Kendati penyebab umum penurunan efektivitas vaksin Pfizer maupun vaksin Moderna, yakni karena waktu. 

Varian Delta makin pengaruhi efektivitas semua jenis vaksin

Namun, ada faktor lain yang juga turut mengurangi efektivitas kedua vaksin Covid-19 tersebut. Penyebab utamanya ialah varian Delta.

Torriani mengatakan, data uji klinis menunjukkan penurunan efektivitas vaksin Pfizer dan Moderna, akan terjadi beberapa bulan setelah vaksinasi penuh.

"Tetapi temuan kami menunjukkan bahwa dihadapkan pada varian Delta, efektivitas vaksin untuk penyakit bergejala ringan jauh lebih rendah dan berkurang enam hingga delapan bulan setelah menyelesaikan vaksinasi," ungkapnya.

UC San Diego Health menegaskan bahwa pihaknya telah menerapkan program pengujian SARS-CoV-2 yang kuat bagi 19.000 tenaga kerjanya. Ini terlihat jika seorang karyawan melaporkan satu gejala ringan Covid-19 selama pemeriksaan harian atau paparan yang teridentifikasi, maka tes Covid-19 segera dilakukan.

Hingga saat ini, UC San Diego juga telah menerapkan langkah-langkah mitigasi dan wajib memakai masker dengan aturan yang ketat di seluruh rumah sakit dan fasilitas klinisnya.

Pada Desember 2020, para pekerja di UC San Diego Health, seperti penduduk secara keseluruhan, mulai mengalami lonjakan Covid-19.

Namun, kondisi mulai membaik secara signifikan setelah UC San Diego Health mulai menginokulasi atau memberikan vaksinasi Covid-19 kepada seluruh karyawannya dengan menggunakan vaksin Pfizer maupun vaksin Moderna.

Pada Maret 2021, 76 persen pekerja telah divaksinasi penuh, meningkat menjadi 83 persen pada Juli 2021. Seiring meningkatnya cakupan vaksinasi, penurunan kasus Covid-19 terjadi antara Maret dan Juni dalam jumlah pekerja yang melaporkan setidaknya satu gejala Covid-19 dan tes PCR positif.

Jumlah itu menurun menjadi kurang dari 30 karyawan per bulan. Kendati demikian, pada Juli 2021, kasus Covid-19 di antara populasi yang sangat divaksinasi ini mulai meningkat lagi, bertepatan dengan munculnya dominasi varian Delta di San Diego dan berakhirnya lockdown di California pada 15 Juni.

Pada Juli, sebanyak 125 pekerja telah didiagnosis positif Covid-19 dan tidak seperti bulan-bulan sebelumnya ketika sekitar 20 persen dari kasus ini melibatkan pekerja yang divaksinasi, persentasenya meningkat menjadi 75 persen. 

Kendati mengalami penurunan efektivitas, namun vaksin Pfizer maupun vaksin Moderna masih memberikan perlindungan yang signifikan dari risiko sakit parah, seperti rawat inap dan kematian akibat Covid-19.

"Tidak seperti apa yang dialami dengan varian lain, infeksi varian delta, sering kali orang tua tertular dari anak-anak mereka, usia 5 sampai 11 tahun," kata co-penulis Lucy Horton, MD, MPH, asisten profesor kedokteran di Divisi Penyakit Menular dan direktur tim investigasi kasus dan pelacakan kontak Kesehatan UC San Diego Health.

Pentingnya vaksin, jaga jarak, dan tetap pakai masker

Horton menambahkan, orang yang tidak mendapat suntikan vaksin Covid-19, tujuh kali lebih mungkin untuk dites positif Covid-19 daripada mereka yang divaksinasi lengkap.

"Lebih penting lagi, sementara anak-anak jarang membutuhkan perhatian medis, orang dewasa yang tidak divaksinasi 32 kali lebih mungkin memerlukan rawat inap dibandingkan dengan mereka yang divaksinasi lengkap," jelas Horton.

Untuk pekerja yang didiagnosis pada bulan Juli, mereka yang divaksinasi penuh pada bulan Januari dan Februari memiliki tingkat infeksi yang lebih tinggi daripada mereka yang divaksinasi pada bulan Maret hingga Mei.

Tingkat infeksi di antara orang yang tidak divaksinasi tetap secara konsisten lebih tinggi daripada kelompok yang divaksinasi.

Untuk itu, para peneliti dalam studi tersebut menggarisbawahi pentingnya memulihkan kembali intervensi pembatasan dengan cepat.

Selain meningkatkan laju vaksinasi Covid-19, tetap diperlukan adanya pembatasan interaksi dalam ruangan, aturan memakai masker dan strategi pengujian intensif.

"Temuan serupa sedang dilaporkan di pengaturan lain di Amerika Serikat dan internasional, dan kemungkinan dosis vaksin booster akan diperlukan," imbuh rekan penulis senior Shira Abeles, MD, asisten profesor kedokteran di Divisi Penyakit Menular di UC San Diego Health.

Di Indonesia, Ketua Tim Uji Klinis Nasional Vaksin Covid-19 Kusnandi Rusmil membenarkan bahwa antibodi dalam tubuh yang dihasilkan vaksin Covid-19 Sinovac menurun setelah 6 bulan menerima vaksin dosis kedua.

Dikutip Kompas.com, Kamis (29/7/202), Kusnandi menyebutkan bahwa setiap orang yang sudah melakukan vaksin Covid-19 Sinovac dua dosis sudah memiliki antibodi yang tinggi untuk melawan virus corona.

"Tapi setiap orang yang sudah divaksin akan membentuk antibodi yang tinggi bila kontak dengan virus Covid," katanya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas)

https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/05/103000365/tak-cuma-sinovac-benarkah-efektivitas-vaksin-pfizer-dan-moderna-juga

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke