Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alumnus Beasiswa Bidikmisi UPN "Veteran" Jatim Lulus IPK 3,97

Pemuda yang biasa dipanggil Pras ini menegaskan bahwa mahasiswa yang berkecimpung di organisasi kampus, mampu menjaga prestasi akademik. Mahasiswa organisatoris kerap dicibir karena stereotip tak bisa membagi waktu, yang berujung pada terbengkalainya perkuliahan.

"Aku pastikan itu salah besar," katanya dilansir dari laman UPN Veteran Jatim (26/7/2021).

Kuncinya: pandai mengatur waktu

Sejak bangku SMP, Pras sudah menunjukkan minat besarnya dalam berorganisasi. Alumnus SMP Negeri 23 Surabaya itu aktif di organisasi internal kampus mulai dari Ketua Komisi B Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) FISIP, Ketua Umum BLM FISIP, hingga Ketua Divisi Kajian Publik di Pusat Kajian Administrasi Publik (PUSKAP).

Selama kuliah, setidaknya 17 kali Pras diundang menjadi narasumber dalam kegiatan seminar. Ia juga menerbitkan 7 artikel ilmiah di jurnal terakreditasi Sinta.

Arek Suroboyo itu justru membuktikan bahwa aktif di organisasi dan berbagai kegiatan perlombaan bukan berarti menyepelekan tanggung jawab di bidang akademik. Manajemen waktu tetap kembali ke personal masing-masing.

Pras terang-terangan mengakui bahwa dia bukan anak pintar. IPK tinggi ia raih berkat perencanaan yang matang sejak awal menjejakkan kaki di pendidikan tinggi.

"IPK tinggi yang aku dapatkan bukan berarti aku pinter, tapi karena aku passion di jurusan Administrasi Publik (rumpun ilmu sosial)," ungkapnya.

Mantan Duta Lalu Lintas Polrestabes Surabaya tahun 2017 itu merasakan betapa nikmatnya menyukai program studi yang digeluti. Sehingga, ia yakin IPK tinggi dan predikat Cum Laude bukan sebuah keberuntungan semata.

"Alhamdullilah bersyukur sekali bisa mendapat predikat Cum Laude sekaligus menjadi Wisudawan Terbaik se-Prodi Administrasi Publik dan se-UPN Veteran Jatim," ucapnya.

Selama 4 tahun berkuliah di UPN, Pras bersyukur dapat mengharumkan nama kampus dengan menorehkan 17 prestasi di tingkat kampus, regional, maupun nasional.

Passion penting, tapi bukan segalanya

Kecemerlangannya di bidang akademik tak lantas membuat Pras tinggi hati. Pras memang bangga, namun ia sadar betul IPK dan gelar Cum Laude tak menjadi jaminan kesuksesan di masa depan.

Kerja keras ayahnya yang berprofesi sebagai satpam, membuatnya termotivasi dalam segala hal. Termasuk perihal berusaha keras dan semaksimal mungkin selama kuliah.

Apalagi di Indonesia, pendidikan tinggi masih menjadi barang mewah. Hanya 8,5 persen dari total 270 juta penduduk negara ini yang mampu mengenyam bangku perkuliahan.

Bagi mahasiswa lain yang tengah berjuang, Pras berharap agar tak ada yang menyerah. Terutama bagi yang mungkin merasa kurang sreg dengan jurusan yang diambil.

Menurutnya, passion dalam perkuliahan bukan satu-satunya faktor kesuksesan.

"Tidak apa-apa. Pertama, bertahan dengan tetap rajin, tekun, kasih usaha lebih. Kedua, cari aktivitas lain di luar kuliah yang mengarahkan dirimu pada target hidup atau cita-cita kalian," ujarnya.

Sedangkan bagi yang sedari awal berada di jurusan impiannya, Pras berpesan agar ditekuni sampai menjadi benar-benar ahli. "Arahkan kegiatan-kegiatan selama di kampus untuk mengejar karir yang sesuai dengan jurusan yang kalian tempuh saat ini."

Menurutnya, jangan pernah ragu untuk berada di luar zona nyaman sembari mencurahkan seluruh potensi diri. Intinya, tak perlu takut untuk mencoba dan bertindak totalitas.

"Berikan persembahan yang terbaik bagi perjalanan hidup kalian," pungkasnya.

Selepas pendidikan S1 ini, Pras berencana untuk melanjutkan studi S2 demi mewujudkan cita-citanya menjadi dosen atau peneliti di bidang kebijakan publik. Kini Pras bekerja sebagai social media specialist di perusahaan Indonesia di Jepang, Sariraya, sembari mempersiapkan diri untuk mendaftar kuliah dan beasiswa S2.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/31/073000565/alumnus-beasiswa-bidikmisi-upn-veteran-jatim-lulus-ipk-397

Terkini Lainnya

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa 'Kerja' untuk Bayar Kerugian

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa "Kerja" untuk Bayar Kerugian

Tren
Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Tren
4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Tren
Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Tren
Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pemerhati Kritisi Persoalan Komunikasi dan Transparansi

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Kelapa Muda? Ini Kata Ahli

Tren
Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Kata Media Asing soal Kekalahan Indonesia dari Uzbekistan, Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Tren
Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Pengakuan Guru SLB soal Alat Belajar Tunanetra yang Ditahan Bea Cukai

Tren
Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Ikan Kembung, Tuna, dan Salmon, Mana yang Lebih Baik untuk MPASI?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke