Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ada Varian Corona Delta Plus, Bagaimana Efektivitas Vaksin?

KOMPAS.com - Lembaga Biologi Molekuler Eijkman menyebut bahwa varian virus corona Delta Plus atau AY.1 ditemukan di Indonesia, yakni di wilayah Jambi dan Mamuju.

Seperti diketahui, varian Delta Plus dinilai varian baru dari mutasi virus corona di Indonesia.

Sebelumnya, Indonesia tengah berjuang mengatasi pandemi corona dengan maraknya varian Delta dengan tingkat penularan lebih tinggi ketimbang varian awal virus corona.

Lalu, apa itu varian Delta Plus?

Varian Delta Plus

Dilansir dari US News, Kamis (8/7/2021), varian Delta Plus merupakan turunan dari varian Delta yang memiliki tambahan mutasi.

Pihak berwenang di India menyebutnya sebagai "varian yang menjadi perhatian (VOC)", namun WHO belum mencocokkan penunjukkan itu.

Menurut WHO, varian Delta Plus tampaknya tidak umum, hanya sebagian kecil dari urutan Delta.

Namun, Delta dan varian lain yang termasuk VOC tetap menjadi risiko kesehatan masyarakat yang lebih tinggi, karena virus-virus ini telah menunjukkan peningkatan penularan.

Ada kekhawatiran bahwa mutasi dapat menyebabkan varian Delta Plus menjadi lebih menular.

Public Health England, dalam laporan Juni 2021, mengatakan bahwa varian Delta Plus diidentifikasi dalam enam genom dari India per 7 Juni 2021.

Badan kesehatan itu juga telah mengonfirmasi keberadaan total 63 genom varian Delta dengan mutasi K417N baru.

Bagaimana efektivitas vaksin?

Mengutip Medical News Today, Selasa (6/7/2021), saat ini belum ada data yang cukup tentang efektivitas vaksin terhadap varian Delta Plus.

Belum ada tanda-tanda yang jelas dari varian ini yang menginfeksi orang yang telah menerima vaksinasi.

Selain itu, tidak ada negara dengan kasus varian yang melaporkan lonjakan tingkat infeksi dari varian Delta plus.

Dewan Penelitian Medis India telah mengisolasi varian untuk menguji efektivitas vaksin dan telah menyatakan bahwa hasilnya akan siap dalam beberapa hari mendatang.

Penelitian lebih lanjut dan data dari orang dengan infeksi varian Delta Plus masih diperlukan untuk memeriksa karakteristik varian ini dan kemampuannya untuk menyebabkan peningkatan penularan atau keparahan Covid-19.

Di sisi lain, untuk varian Delta yang sudah ada sebelumnya, banyak vaksin Covid-19 yang tersedia terbukti mencegah rawat inap dan gejala infeksi yang parah.

Vaksin Pfizer dan Oxford-AstraZeneca sangat efektif terhadap varian Delta, dengan efektivitas masing-masing 96 persen dan 92 persen setelah penyuntikan dua dosis.

Tak hanya itu, studi tentang vaksin Moderna dan Covaxin juga menunjukkan bahwa mereka mampu menetralkan varian virus ini.

Varian disebut kebal terapi antibodi monoklonal

Melansir Kompas.com, Rabu (16/6/2021), sebuah data awal menunjukkan bahwa varian Delta Plus disebut lebih tahan terhadap terapi antibodi.

Sebab, varian ini memiliki kemampuan untuk menolak terapi antibodi monoklonal.

Pengobatan atau terapi antibodi monoklonal adalah salah satu metode untuk Covid-19 yang telah disahkan oleh Central Drugs Standard Control Organization (CDSCO).

Adapun terapi ini belum ada indikasi tingkat keparahan infeksi.

Dalam data awal itu, varian Delta Plus menunjukkan tanda-tanda resistensi terhadap pengobatan tersebut.

"Satu poin penting untuk dipertimbangkan mengenai K417N adalah bukti yang menunjukkan bahwa varian ini resistensi terhadap antibodi monoklonal Casirimab dan Imdevimab," ujar ilmuwan di CSIR-Institute of Genomics and Integrative Biology (IGIB) yang berbasis di Delhi, Vinod Scaria.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/28/164726165/ada-varian-corona-delta-plus-bagaimana-efektivitas-vaksin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke