Gangguan pada indera penciuman ini banyak dilaporkan sebagai gejala ringan oleh mereka yang terkonfirmasi positif Covid-19. Selain tak bisa mencium bau, biasanya mereka merasakan gangguan pada indera perasa.
Alhasil, kondisi ini dapat memengaruhi selera makan seseorang. Padahal, menjaga asupan makanan bergizi adalah hal yang tak kalah penting di saat terinfeksi Covid-19.
Pakar teknologi pangan dari Chlorophyll Scientific Consulting, Daisy Irawan, membeberkan beberapa cara mengakali gangguan akibat anosmia ini.
Daisy mengatakan, asupan makanan bergizi yang cocok bagi pasien Covid-19 tetap berpedoman pada konsep yang sudah lama dianut bangsa Indonesia, yakni Empat Sehat Lima Sempurna.
"Artinya terdiri dari beraneka ragam makanan, tentunya dengan gizi yang cukup. Nasi sebaiknya jangan terlalu banyak, tapi sayuran dan buah ditambah,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (24/7/2021).
Jangan lupa juga soal asupan protein. Karena porsi nasi dikurangi, porsi protein ditambah menjadi dua kali lipat. “Misalnya biasa makan tempe dua potong, ditambahkan menjadi empat.”
Lalu bagaimana jika tetap tak berselera makan lantaran tak bisa mencium aroma makanannya? Berikut beberapa triknya:
Buat tampilan makanan semenarik mungkin
Daisy memaklumi apabila selera makan mendadak hilang jika tidak bisa mencium aroma makanan. Untuk mengatasinya, makanan sebaiknya ditata cantik agar penampilannya lebih menarik.
Lulusan Sarjana Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada itu membandingkannya dengan stereotip bubur untuk orang sakit.
"Orang sakit makanannya biasanya bubur, padahal bubur tidak ada cantik-cantiknya. Coba kalau tampilan makanan warna warni, bentuk beragam, jadi bersemangat makan."
Sambal untuk gugah selera makan
Jika Anda suka makanan pedas, Anda bisa melalui proses pemulihan dari gangguan anosmia ini lebih cepat. Terutama bila gemar makan sambal.
Daisy menyebutkan, makanan pedas, terutama sambal, mempengaruhi orang makan lebih banyak. Karena senyawa pada makanan pedas, mempercepat aktivasi saraf untuk memproduksi air liur (saliva).
"Cabai dan bawang dalam sambal mengandung senyawa yang menekan saraf, lalu kita jadi merasa pedas dan memicu produksi air liur. Nah, orang jadi pengen makan," tuturnya.
Untuk itu, ia menganjurkan sambal dibuat menggunakan racikan bawang dan cabai segar.
Sambal pun harus langsung dikonsumsi, karena berkaitan dengan komponen aktif bawang segar yang mudah rusak jika tidak langsung dikonsumsi.
Kurangi garam karena anosmia ubah rasa jadi pahit
Anosmia membuat penderita Covid-19 kebingungan dengan indera pengecap yakni lidah. Selain hambar, beberapa orang mengaku merasakan rasa pahit yang berlebihan.
Untuk mengatasi hal ini, perempuan yang pernah menjadi peneliti di Universitas RWTH Aachen, Jerman itu menyarankan agar mengurangi konsumsi makanan asin.
"Semakin asin, maka lidah makin merasakan pahit. Jadi lebih baik kurangi garam saat masak sambal atau masakan lain," tuturnya.
Daisy bahkan menyatakan, jika perlu tanpa garam. Sebagai gantinya, masaklah makanan yang rasanya cenderung segar seperti sayur asam. Atau makanan yang cenderung manis seperti tempe bacem.
Kulit jeruk dan kencur untuk tangkal bakteri
Tubuh sudah diserang virus SARS-CoV-2, maka menjaga tubuh dari infeksi virus maupun bakteri lain amatlah penting. Pasalnya, saat daya tahan tubuh tak seprima ketika sehat, rentan diserang oleh mikroba lainnya.
Bakteri atau jamur bisa ikut serta menyerang tubuh karena melihat kondisi penderita Covid-19. Untuk itu, jangan remehkan penjagaan dengan memanfaatkan kulit lemon dan rempah-rempah seperti kencur sebagai antimikroba.
Tujuannya supaya tidak ada infeksi sekunder dari bakteri dan jamur. "Kulit lemon dan rempah-rempah seperti kencur mengandung anti bakteri," ujar dia.
Sebab, tubuh penderita Covid-19 sudah terserang virus. Jika sampai diserang oleh virus dan bakteri secara bersamaan, tubuh kita akan kerepotan lantaran musuhnya banyak.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/25/124500065/alami-anosmia-cobalah-sambal-bawang-agar-selera-makan-meningkat