Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Pilu Pemuda Mataram Saat Isolasi Mandiri: Hanya Batuk-Flu 3 Hari

Pasalnya, virus SARS-CoV-2 yang mendominasi aktif wilayah Indonesia kali ini merupakan varian Delta. Varian yang dikatakan jauh lebih berbahaya.

Para ahli belakangan menyebut virus dengan kode B.1.617.2 ini memiliki kemampuan menular yang lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya. Penyebaran varian yang jauh lebih cepat juga meningkatkan risiko kematian pasien.

Ags (32) warga Gomong, Kota Mataram ditemukan meninggal dunia, Jumat (23/7/2021) pukul 20.00 Wita. Ia baru menjalani isolasi mandiri selama 3 hari di sebuah rumah milik keluarganya.

Rumah kosong ini milik keluarganya yang kosong di Lingkungan Taman Kapitan, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram. Ags menempatinya sejak Selasa (20/7/2021) karena mengalami batuk dan flu.

Kondisinya batuk dan flu tak parah

Salah satu kerabat Ags, Agung, menyatakan bahwa saudara iparnya itu tidak dalam kondisi yang parah. Ia memutuskan mengisolasi diri begitu mengalami flu dan batuk.

Bahkan Ags masih sanggup melakukan komunikasi melalui sambungan telepon untuk mengabarkan keadaannya kepada keluarga.

"Sempat nelepon kok sorenya. kita enggak percaya tiba-tiba dia sudah meninggal sendirian di dalam kamar," kata Agung kepada Kompas.com, Jumat malam (23/7/2021).

Menurut keterangan Agung, keluarga mengetahui yang bersangkutan meninggal saat menjenguk Ags di rumah isolasinya. Selepas shalat Isya, mereka mengirimkan makanan untuk santap malam.

Agung berupaya mengetuk pintu sampai terasa seperti menggedor. Khawatir karena tak ada jawaban, ia mulai mendobrak pintu.

"Pintu saya dobrak setelah dapat kabar itu, dan kami menemukan saudara kami dalam keadaan tak merespon apapun," tuturnya. Ags telah meninggal dunia.

Kekhawatiran lebih jauh menyelimuti benak Agung, sehingga ia memutuskan segera mengontak warga sekitar. "Kami kabari ke lingkungan setempat, mengingat kami tahu dia isoman, tapi tidak lapor ke pihak rumah sakit, " kata Agung menjelaskan.

Pihak keluarganya pun berupaya menghubungi petugas kesehatan dan siapa pun yang mereka kenal untuk membantu proses evakuasi. Termasuk memastikan jenazah aman dari Covid-19 atau tidak terpapar virus corona.

Tangis pecah karena meninggal positif Covid-19

Saat pihaknya mendapatkan laporan warga sekitar mengenai kejadian ini, Direktur Rumah Sakit Provinsi Lalu Herman Mahaputra menyarankan keluarga menelpon 911. Ini lantaran Ags belum melaporkan diri jika melakukan isolasi mandiri.

"Kami langsung ke lokasi tapi harus menunggu tim medis atau petugas satgas Covid-19 agar dilakukan swab untuk memastikan yang bersangkutan positif atau negatif Covid-19," kata Bhabinkamtibmas Ampenan Iptu Agung Dewanto.

Hampir 2 jam lamanya, petugas tiba di lokasi. Sekitar pukul 21.31 Wita, jenazah dicek dan dites usap (swab). Hasilnya positif Covid-19.

Status positif ini membuat keluarga harus ikhlas ketika pemulasaran jenazah Ags sesuai protokol Covid-19. Begitu pula dengan proses pemakamannya.

Petugas dan mobil ambulans juga tiba dan mengevakuasi jenazah. Petugas membawa kain kafan, plastik dan kantung jenazah berwarna oranye.

Proses itu disaksikan langsung oleh sanak saudara. Bahkan seorang anggota keluarga ikut mengevakuasi jenazah lengkap dengan APD lengkap.

Keluarga korban tak kuasa menahan kesedihan, tangis mereka pecah meski hanya bisa menyaksikan dari balik jendela. "Kami sebelumnya baik-baik saja, sekarang kok sudah meninggal," seorang perempuan berusia lanjut, keluarga Ags, yang terus menangis di beranda rumah sambil memegang kaca jendela.

Dimakamkan dengan 3 warga terpapar lainnya

Warga yang berkerumun diminta pulang dan tidak berada di lokasi, hingga akhirnya jenazah berhasil diangkat ke mobil ambulans menuju RSUD Kota Mataram.

Kepala Lingkungan Taman Kapitan, Lalu Yusran, yang juga petugas kesehatan tak bisa mengambil langkah sebelum ada perintah dari tim Satgas Covid-19, karena situasi pandemi semua langkah berdasarkan SOP.

"Saya berharap keluarga mengikhlaskan," kata Yusran.

Yusran berada di lokasi begitu ada teriakan dari keluarga yang mengantar makanan untuk Ags. Dia juga membenarkan jika yang bersangkutan telah menjalani isoman selama tiga hari karena warga sekitar mendengar suara batuk.

"Dia memang bukan warga di sini tapi rumah itu milik keluarganya, " kata dia.

Menurut rencana, hari ini (24/7/2021) jenazah Ags akan dimakamkan di Pemakaman Umum Karang Medain, Kota Mataram dengan protokol Covid-19.

Saat ini tercatat 4 jenazah warga Kota Mataram yang terpapar Covid-19 menjalani pemakaman di Pemakaman Umum Karang Medain. Mereka tengah menunggu kesiapan peti jenazah untuk kemudian dimakamkan sesuai protokol Covid-19.

Hingga hari ini, kematian warga akibat Covid-19 di provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 657 kasus dari 18.692 kasus positif Covid-19 dan 15.449 orang dinyatakan sembuh.

Kota Mataram adalah wilayah penyumbang terbanyak kasus kematian covid-19, yaitu 117 kasus dari 5.277 kasus positif. Berdasarkan data Satgas Covid-19 NTB, angka harian kasus positif Covid-19 dI NTB berkisar di angka 100 hingga 300 kasus, karena tracing yang gencar dilakukan selama PPKM darurat di Kota Mataram.

Sumber: Kompas.com (Penulis Kontributor Kompas TV Mataram, Fitri Rachmawati | Editor Khairin)

https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/24/180000865/kisah-pilu-pemuda-mataram-saat-isolasi-mandiri--hanya-batuk-flu-3-hari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke