Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[HOAKS] Asteroid PDC 2021 Sebabkan Penduduk Dunia Mengungsi ke Indonesia

Dalam informasi yang beredar juga disebutkan bahwa wilayah yang terkena dampak asteroid adalah Eropa, Amerika Utara, dan sebagian Afrika.

Sementara, Indonesia akan menjadi tempat yang paling aman.

Dari konfirmasi yang dilakukan Kompas.com, ada yang salah dipahami dalam informasi tersebut. Asteroid PDC 2021 tidak benar-benar ada.

Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Dr. Rhorom Priyatikanto, M.Si, mengatakan, Asteroid PDC 2021 merupakan asteroid fiktif dan bagian dari simulasi dalam rangka latihan kesiapsiagaan menghadapi malapetaka antariksa.

Narasi yang beredar

Unggahan yang menyebutkan Indonesia akan menjadi tempat pengungsian  masyarakat dunia beredar di media sosial Facebook dan TikTok.

Disebutkan bahwa Indonesia menjadi tempat aman dari dampak Asteroid 2021 PDC yang akan menabrak Bumi.

Salah satu pengguna yang mengunggah informasi tersebut di Facebook adalah akun Iskandar Zulkarnain.

Berikut narasi unggahannya:

“Sebagian Besar Penduduk Dunia Akan Mengungsi ke Indonesia, Dampak Tabrakan Asteroid 2021 PDC dan Bumi

Parama Ghaly

Indonesia bakal diserbu jutaan pengungsi dari Eropa, Amerika Utara dan sebagian Afrika terkait ledakan asteroid. Para ahli ruang angkasa menemukan asteroid 2021 PDC yang diperkirakan menabrak Bumi dan Indonesia merupakan wilayan paling aman.

Para ahli ruang angkasa akan membahas dampak tabrakan asteroid 2021 PDC dengan Bumi, pada Konferensi Pertahanan Planet 26-30 April di Wina, Austria. Para ahli ruang angkasa untuk sementara memprediksi dampak tabrakan asteroid 2021 PDC dengan Bumi pada 20 Oktober 2021.

Peristiwa alam itu akan memicu sebuah krisis pengungsi besar dari penduduk Eropa, Amerika Utara dan sebagian Afrika ke Indonesia. Pada Konferensi Pertahanan Planet, para ahli juga menyiapkan skenario terbaik untuk menyelamatkan penduduk Bumi.

Para ahli mengungkapkan asteroid yang akan menabrak Bumi berukuran antara 35 meter dan 700 meter. Posisi asteroid itu semakin dekat dan sedang menuju langsung ke Bumi.

"Jika asteroid berada pada lintasan tabrakan, probabilitasnya akan terus meningkat," prediksi para ahli. 

Seiring berjalannya waktu, para ilmuwan akan dapat menentukan di mana asteroid mungkin akan menyerang.

"Bahaya utama adalah semburan udara yang menyebabkan tekanan ledakan berlebih yang mungkin mencapai tingkat yang tidak dapat dihindari. Salah satu kelompok yang terlibat dalam konferensi tersebut adalah Planetary Society. Kelompok itu merupakan organisasi yang bekerja dengan komunitas ilmiah dan pembuat keputusan dengan satu tujuan: "Mengurangi risiko Bumi ditabrak asteroid atau komet."

Kelompok tersebut menekankan kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh dampak seperti itu jika penduduk Bumi tidak siap. "Dampak pada atau atas kota padat penduduk dapat menyebabkan jutaan kematian, dan dampak pada air dapat menyebabkan banjir besar di garis pantai," kata Dr Bruce Betts, kepala ilmuwan Planetary Society.

"Setiap dampak besar akan menyebabkan kerusakan, cedera, dan kematian yang meluas, dan akan menciptakan pengungsi yang tak tertandingi di seluruh dunia."

Dalam simulasi konferensi, Asteroid 2021 PDC diperkirakan akan menyerang Eropa, Amerika Utara dan sebagian Afrika. Sementara sebagian besar wilayah Asia, Indonesia dan Pasifik berada di luar zona ledakan. Gambaran serangan asteroid itu, akan melenyapkan Eropa, Amerika Utara dan sebagian Afrika atau wilayah itu tidak bisa dihuni lagi.

Pendapat Danica Remy dari B612, lebih melegakan penduduk Bumi. Menurut Danica memang ada asteroid namun tidak sampai menghancurkan Bumi.

"100 persen yakin kami akan tertabrak, tapi kami tidak 100 persen yakin kapan itu terjadi," katanya kepada Daily Star.

Jadi, lanjutnya, akan sangat berharga jika para ahli secepat mungkin menemukan posisi asteroid dan segera menyiapkan antisipasi. Meskipun Asteroid 2021 PDC tidak akan begitu saja melenyapkan seluruh planet, dampaknya tetap mengkhawatirkan penduduk Bumi.***”".

Informasi tersebut juga terpantau dibagikan oleh netizen di media sosial TikTok. Salah satunya oleh akun @alfurqon706.

Konfirmasi Kompas.com

Benarkah informasi tersebut?

Peneliti Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Dr. Rhorom Priyatikanto, M.Si, menjelaskan, Asteroid PDC 2021 merupakan asteroid fiktif.

Ia menegaskan, asteroid itu tidak benar-benar ada.

“Asteroid fiktif dengan karakteristik dan juga orbit yang direkayasa dalam rangka latihan kesiapsiagaan menghadapi malapetaka antariksa,” ujar Rhorom dihubungi Kompas.com, Selasa (20/4/2021).

Rhorom menjelaskan, Asteroid PDC 2021 adalah bagian dari simulasi yang akan dilakukan pada Planetary Defense Conference di Wina Austria, 26-30 April 2021.

Acara tersebut salah satunya diprakarsai oleh PBB.

“Salah satu agendanya adalah Planetary Defense Conference Exercise dengan kasus Asteroid 2021 PDC. Ahli dan pengambil keputusan dilatih dalam pengambilan langkah taktis: pengamatan/pemantauan tindak lanjut hingga perencanaan misi pembelokan asteroid,” kata Rhorom.

Sementara itu, melansir dari laman JPL NASA, konferensi pertahanan di Wina Austria akan menggunakan skenario asteroid yang dinamakan “2021 PDC”.

Penamaan tersebut memakai tiga huruf penanda sebagai tanda sesuatu yang tidak akan pernah dilakukan untuk asteroid sesungguhnya. Tujuannya adalah sebagai penanda yang menekankan itu hanya asteroid fiktif.

Kesimpulan

Berdasarkan konfirmasi yang dilakukan Kompas.com, informasi yang menyebutkan Asteroid PDC 2021 menabrak Bumi dan mengakibatkan penduduk dunia mengungsi ke Indonesia adalah tidak benar atau hoaks.

Asteroid PDC 2021 merupakan asteroid fiktif yang merupakan bagian dari simulasi pada acara Planetary Defense Conference di Wina Austria.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/04/21/090300365/hoaks-asteroid-pdc-2021-sebabkan-penduduk-dunia-mengungsi-ke-indonesia

Terkini Lainnya

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing 'Oren' Barbar

Ramai soal Kepribadian Kucing Ditentukan oleh Warna Bulunya, Pakar: Tidak Selalu Kucing "Oren" Barbar

Tren
8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

8 Suplemen untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh

Tren
Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Profil Sadiq Khan, Anak Imigran Pakistan yang Sukses Jadi Wali Kota London Tiga Periode

Tren
Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Bukan Cuma Olahraga, Lakukan 3 Gerakan Ini untuk Jaga Kesehatan

Tren
Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Apa yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Kopi Sebelum Makan?

Tren
Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 7-8 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN]  Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Albumin, Cegah Sakit Ginjal dan Hati | Pemain Malaysia Disiram Air Keras

Tren
PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

PBB Kecam Israel Buntut Pemberedelan Al Jazeera, Ancam Kebebasan Pers

Tren
Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Waspada, Modus Penipuan Keberangkatan Haji dengan Visa Non-Haji

Tren
Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Cara Menyewa Kereta Api Luar Biasa untuk Perjalanan Wisata

Tren
Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Kemendagri Pastikan PNS di Lubuklinggau yang Tiba-tiba Jadi WN Malaysia Sudah Kembali Jadi WNI

Tren
Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Ramai soal Milky Way di Langit Indonesia, Simak Waktu Terbaik untuk Menyaksikannya

Tren
Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Seorang Suami di Cianjur Tak Tahu Istrinya Laki-laki, Begini Awal Mula Perkenalan Keduanya

Tren
Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP

Tren
Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Dampak Pemasangan Eskalator di Stasiun Pasar Senen, 21 Kereta Berhenti di Jatinegara hingga 30 November 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke