Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Trenggiling Terancam Punah, Pentingnya Edukasi dan Rehabilitasi

Menurut laman Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, CITES adalah satu-satunya perjanjian untuk memastikan bahwa perdagangan internasional tanaman dan hewan tidak mengancam kelangsungan hidup mereka di alam bebas.

Meski setiap Maret diperingati sebagai bulannya konvensi CITES dan perlindungan hukum terhadap lingkungan hidup juga ada, namun perdagangan satwa liar masih terus berjalan.

Manager dari Friends of The National Parks Foundation (FNPF) Borneo, Bagas Dwi Nugrahanto, mengatakan bahwa Kalimantan memiliki puluhan endangered species atau spesies satwa yang dilindungi.

"Mulai dari orang utan, beruang madu, macan dahan, juga ragam spesies burung dan trenggiling," ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (5/3/2021).

Perdagangan satwa ilegal terus ada di Kalimantan. Salah satu yang paling mengkhawatirkan adalah perburuan dan perdagangan satwa liar trenggiling.

Berdasar data FNPF selama tiga tahun terakhir, ada 60. 624 ekor trenggiling yang berhasil diamankan dari perdagangan ilegal di Kalimantan.

Data tersebut terkumpul dari lima provinsi, yaitu:

Dijual per kilo

Jika berbicara soal perdagangan satwa liar, akan merujuk pada dua segmen.

Dua segmen itu yaitu perdagangan untuk koleksi barang antik dan perdagangan untuk stok bahan baku.

Stok bahan baku di sini bisa untuk konsumsi, atau sebagai bahan utama pembuatan kosmetik juga obat. 

Di segmen barang antik, kebanyakan satwa yang diburu dan diperdagangkan adalah aneka burung liar seperti rangkong gading. Dimana paruh rangkong adalah yang diincar, untuk diukir dan digunakan sebagai barang koleksi mahal.

Trenggiling sendiri diincar sisiknya. Oleh pemburu, dagingnya terkadang dikonsumsi sendiri karena kurang laku dijual. Sedangkan sisiknya akan dikumpulkan dan dijual per kilo.

Di dataran China, sisik trenggiling laku keras. Dianggap mujarab menyembuhkan penyakit sehingga diramu menjadi obat tradisional. 

Dilansir Kompas.com (14/3/2020), Dr. Benoit Goosens memaparkan bahwa konsumsi satwa liar seperti trenggiling justru mampu menimbulkan penyakit zoonosis seperti SARS, MERS dan juga Covid-19.

Menurut Bagas, per kilo sisik dari spesies trengggiling apapun, biasanya dijual dalam rentang harga 800-900 ribu rupiah. Sedangkan satu ekor trenggiling dewasa berukuran sedang, biasanya memiliki sisik seberat satu kilogram.

Edukasi dan rehabilitasi

Dari data penelitian sebaran populasi dan perkembangbiakkan trenggiling, tercatat bahwa satwa ini sudah berada di ambang bahaya populasi. 

Perburuan dan perdagangan ilegal, juga pembalakan liar yang menyebabkan habitat trenggiling terenggut, menyumbang angka besar terhadap merosotnya jumlah populasi spesies yang kerap disapa pemakan semut bersisik ini.

Langkah yang terus dilakukan FNPF adalah terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya perlindungan terhadap satwa liar.

Selain itu, langkah rehabilitasi habitat yang rusak juga terus dilakukan dengan cara aktif menanam pohon.

"Agar ruang hidup trenggiling dan satwa liar lain menjadi luas, tak lagi berhimpitan dengan pemukiman warga"

https://www.kompas.com/tren/read/2021/03/05/140000865/trenggiling-terancam-punah-pentingnya-edukasi-dan-rehabilitasi-

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke