KOMPAS.com - Saat seseorang terinfeksi Covid-19, biasanya muncul gejala seperti demam, batuk kering, kelelahan, dan sebagainya. Akan tetapi ada juga gejala tidak umum seperti rambut rontok.
Dilansir Kompas.com, 27 Oktober 2020, berdasarkan survei yang dilakukan oleh Dr Natalie Lambert dari Indiana University dan Survivor Corp di media sosial, sebanyak 1.500 orang mengaku dalam jangka panjang rambutnya jadi mudah rontok.
Apa benar rambut rontok merupakan gejala Covid-19?
Dokter spesialis kulit dari Vivaldy Skin Clinic, dr Dedianto Hidajat menjelaskan, kerontokan rambut karena Covid-19 merupakan gejala tidak spesifik dan tidak terjadi pada semua pasien.
Salah satu penyebab kerontokan adalah karena pasien Covid-19 terdapat gejala demam yang tinggi dan adanya stres baik psikis maupun fisik selama menderita Covid-19 dan menjalani isolasi.
"Tanda-tanda kerontokan rambut dalam hal ini disebut sebagai effluvium telogen dalam bahasa medisnya, gejalanya adalah kerontokan rambut yang berlebihan, terutama ketika menyisir, mencuci atau tertinggal di bantal," katanya pada Kompas.com, Kamis (24/12/2020).
Ilmu baru
Karena gejala ini bukan gejala yang spesifik Covid-19, jadi tidak bisa dibedakan dengan gejala lainnya.
"Yang menjadi pembedanya adalah kerontokan rambut tersebut terjadi pada saat atau setelah pasien terbukti terinfeksi Covid-19," ujar pria yang juga mengampu di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram tersebut.
Namun Dedi mengingatkan bahwa kaitan antara Covid-19 dan kerontokan masih menjadi perdebatan oleh para ahli.
Hal itu karena ilmu tentang Covid-19 masih terbilang baru dan terus berkembang dengan sangat cepat.
Menurut Dedi, sampai saat ini memang ada beberapa manifestasi kulit terkait Covid-19.
Kendati demikian, kerontokan rambut pada pasien Covid-19 berlangsung sementara atau temporer.
Selama menjalankan praktik, pihaknya belum menemui pasien Covid-19 dengan gejala rambut rontok.
"Selama ini yang saya jumpai pasien Covid-19 yang dikonsulkan ke saya dengan gejala kulit rata-rata keluhannya erupsi makulopapuler seperti campak, dan belum pernah mendapatkan laporan yang rambutnya mengalami kerontokan," kata Dedi.
Dihubungi terpisah, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menjelaskan, ada beberapa teori tentang penyebab kerontokan rambut saat terinfeksi Covid-19.
"Ini kasuistik dan tidak menjadi satu gejala yang harus ada tapi bisa terjadi karena beberapa sebab," ujarnya pada Kompas.com, Kamis (24/12/2020).
Pertama, kata Dicky, kerontokan rambut diduga karena emotional stress.
Selain itu juga secara fisik, demam tinggi yang bisa menyebabkan rambut rontok.
Kedua, karena defisiensi zinc.
Dia mengatakan karena zinc-nya dipakai untuk melawan virus sebagai sistem imunitas maka menyebabkan kerontokan. Bau dari rambut juga jadi berbeda.
Dampak terapi obat
Selain itu bisa karena personal hygiene.
Dicky menjelaskan kurangnya menjaga kebersihan selama pasien sakit akhirnya bisa menyebabkan infeksi, misalnya jamur tumbuh di kulit kepala sehingga menjadi rontok.
Kemudian, bisa juga disebabkan inflamasi peradangan lewat hormon dan perubahan sitokin.
"Ini juga bisa menjadi penyebab, disebut dengan stres oksidatif dan juga bisa berdampak pada fungsi tiroid yang ujung-ujungnya juga menyebabkan rambut rontok," tuturnya.
Dia melanjutkan, pada beberapa pasien Covid-19 ketika pasokan oksigen berkurang, sistem sirkulasi bisa terganggu.
Kekurangan oksigen itu bisa berpengaruh pada oksidasi nutrisi ke sel di dalam tubuh yang tentu berdampak ke semua sel termasuk sel rambut.
Lalu ada yang disebut sebagai serotonin syndrome, yaitu ketika kadar serotonin dalam tubuh terlalu banyak. Kondisi ini terjadi apabila seseorang mengonsumsi obat yang dapat meningkatkan kadar serotonin.
"Bisa juga dampak dari terapi obat," katanya.
Lebih lanjut, untuk memastikan seseorang yang rambutnya rontok terinfeksi Covid-19 atau tidak, biasanya dilakukan oleh dokter penyakit kulit yang dikonsultasikan dengan dokter penanggungjawab pasien.
"Jadi tidak berarti kalau rambut rontok, wah saya Covid, enggak begitu. Tetap saja bahwa diagnosis Covid itu ada pemeriksaan mulai dari fisiknya, riwayat, pemeriksaan penunjang," kata Dicky.
https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/25/100500165/covid-19-disebutkan-bisa-sebabkan-rambut-rontok-bagaimana-penjelasannya-