Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jika Menang Pilkada 2020, Ini Tantangan untuk Gibran dan Bobby

Gibran, yang berpasangan dengan Teguh Prakoso, maju dalam Pemilihan Wali Kota Surakarta.

Sementara, Bobby Nasution bersama pasangannya, Aulia Rachman, bertarung dalam Pemilihan Wali Kota Medan.

Sejak hari pemungutan suara, hasil hitung cepat sejumlah lembaga menunjukkan Gibran-Teguh unggul dari lawannya, Bagyo Wahono-Suparjo Fransiskus.

Demikian pula Bobby-Aulia yang mengungguli pasangan Akhyar Nasution-Salman Alfarisi.

Berdasarkan real count Komisi Pemilihan Umum, Senin siang, Gibran-Teguh sementara ini unggul dengan 86,4 persen, data masuk sekitar 91 persen. Data lengkapnya bisa diakses di sini.

Adapun, Bobby Nasution-Aulia Rachman, sementara ini mendapatkan sekitar 56 persen suara, dan pesaingnya, Akhyar-Salman mendapatkan sekitar 46 persen, dengan data masuk 97 persen. Data selengkapnya bisa dilihat di sini.

Meski data belum 100 persen, melihat pergerakan suara, baik prediksi hitung cepat maupun real count KPU, baik Gibran maupun Bobby berpeluang besar menang dalam kontestasi pilkada tahun ini.

Apa tantangan bagi keduanya?

Dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Diponegoro (Undip) Wijayanto mengatakan, kemenangan keduanya tidak begitu mengejutkan.

Untuk Gibran, semua partai telah merapat ke koalisi, kecuali PKS. Lawannya pun dinilai Wijayanto tak dikenal dan muncul secara tiba-tiba.

"Karena di sana memang kalau kita ikuti sejak awal prosesnya, penantang Gibran tiba-tiba muncul dan tak punya basis massa. Kita tidak tahu siapa dia, jadi memang ada rumor ini untuk pantes-pantesan, daripada calon tunggal," kata Wijayanto kepada Kompas.com, Kamis (10/12/2020).

Sementara itu, kemenangan Bobby di Medan, menurut dia, salah satunya diuntungkan dari statusnya sebagai menantu Jokowi. 

"Jadi Gibran dan Bobby sama-sama diuntungkan. Ini sejarah, ada Presiden Indonesia yang memiliki anak dan menantu wali kota,"  kata Wijayanto.

Sebab, keduanya belum memiliki pengalaman dan kapabilitas yang dibuktikan dengan kinerja pada posisi sama atau sejenisnya.

"Sementara keduanya belum pernah menjabat itu. Gibran malah tiba-tiba saja masuk, jadi birokrat juga tidak pernah," kata Wijayanto.

"Dari sisi kapabilitas juga kita tidak bisa menguji. Pengalaman pengusaha tidak bisa digunakan, sebab logika bisnis itu berbeda dari logika politik," lanjut dia.

Jika melihat perjalanan politik Jokowi, Wijayanto mengatakan, tak bisa disamakan dengan apa yang dilalui Gibran dan Bobby.

Menurut dia, Jokowi dulu melalui proses politik secara natural. Artinya, tak ada pihak tertentu atau lobi-lobi politik yang menyeretnya jadi pemimpin.

Oleh karena itu, tantangan terbesar Gibran dan Bobby adalah menjawab keraguan-keraguan itu dengan kinerja yang baik.

Meski demikian, Wijayanto melihat sisi positif pada kemenangan anak dan menantu Jokowi ini.

"Gibran dan Bobby masuk ke politik ini semoga menjadi aura positif bagi kalangan anak muda untuk tidak alergi politik, karena anak muda ini kan pasti punya visi-visi baru," ujar dia.

"Kedua, mereka belum memiliki track record negatif yang kaitannya dengan korupsi, seperti orang partai," kata Wijayanto.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/14/170300765/jika-menang-pilkada-2020-ini-tantangan-untuk-gibran-dan-bobby

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke