Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berkaca dari Temuan Kasus Covid-19 pada Siswa SMK di Jateng, Apa Itu Anosmia?

KOMPAS.com - Uji coba pembelajaran tatap muka di sebuah Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Negeri di Jawa Tengah berujung petaka.

Pasalnya saat dilakukan tes, 179 orang siswa di SMK tersebut diketahui positif terinfeksi Covid-19.

Awalnya, delapan orang siswa SMK ada yang mengalami batuk, demam, serta anosmia (kehilangan penciuman).

Sebanyak 27 siswa kemudian menjalani tes swab. Hasilnya mereka dinyatakan positif terinfeksi Covid-19.

Temuan kasus Covid-19 pun terus bertambah setelah Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng melakukan tracing di sekolah tersebut.

Dari 196 siswa yang dites, 179 positif (5 dinyatakan sembuh, 174 lainnya masih menjalani perawatan).

Lantas apa itu anosmia?

Melansir dari Medical News Today, anosmia adalah hilangnya indera penciuman.

Anosmia biasanya terjadi akibat cedera kepala, masalah dengan saluran hidung atau infeksi virus yang parah pada saluran pernapasan bagian atas.

Berikut ini secara lengkap kondisi-kondisi yang menyebabkan anosmia:

Melansir dari laman HMS Harvard, anosmia merupakan gejala neurologis utama dan merupakan salah satu indikator Covid-19 paling awal dan paling sering dilaporkan.

Sebuah studi menunjukkan mendeteksi Covid-19 lebih akurat dengan menduga gejala anosmia sebagai gejala dibandingkan demam dan batuk.

Adapun bagaimana virus corona dapat menyebabkan hilangnya bau masih menjadi misteri peneliti.

Akan tetapi sebuah temuan menunjukkan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 rupanya tidak secara langsung menyerang neuron indera penciuman.

Akan tetapi ia menyerang sel-sel pendukungnya.

“Penemuan kami menunjukkan bahwa Novel Coronavirus mengubah indera penciuman pada pasien tidak dengan langsung menginfeksi neuron tetapi dengan mempengaruhi fungsi sel pendukung,” kata Sandeep Robert Datta , profesor neurobiologi di Blavatnik Institute di HMS.


Bersifat tidak permanen

Menurutnya, anosmia pada kasus infeksi SARS-CoV-2 tidak akan merusak sirkuit penciuman secara permanen dan menyebabkan anosmia terus menerus.

Sehingga ketika sudah sembuh, besar kemungkinan untuk indra penciuman pasien kembali.

Virus corona diperkirakan tidak menyerang neuron indera penciuman karena gen yang mengode protein reseptor ACE2, yang merupakan protein yang dipakai virus corona untuk masuk ke sel manusia tidak ada di sekitar neuron hidung.

Akan tetapi ACE2 diekspresikan oleh sel-sel yang memberikan dkungan metabolik dan struktural atau sel sustenkuler di jaringan epitel neuron indera penciuman.

Sehingga ketika sel pendukung kehilangan fungsi maka terjadi perubahan pada neuron indera penciuman.

Peneliti menilai, beberapa penelitian mengisyaratkan bahwa anosmia pada Covid-19 berbeda dengan anosmia yang disebabkan oleh infeksi virus lain, termasuk oleh virus corona lain.

Salah satunya, pada pasien Covid-19 biasanya memulihkan indra penciuman mereka selama berminggu-minggu.

Penyembuhan ini jauh lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan untuk pulih dari anosmia yang disebabkan oleh infeksi virus yang diketahui secara langsung merusak neuron sensorik penciuman.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/05/121100365/berkaca-dari-temuan-kasus-covid-19-pada-siswa-smk-di-jateng-apa-itu-anosmia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke