Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dubes Jepang Ishii Masafumi Pamit, Warganet Kenang Menu Makan Siangnya

KOMPAS.com - Duta Besar Jepang untuk Indonesia Ishii Masafumi mempunyai cara yang unik dalam menjalankan misi diplomasinya di Indonesia. 

Pria 63 tahun yang bertuggas sejak April 2017 itu menjadikan kuliner sebagai jembatan antara Indonesia dan Jepang, negara asalnya. 

Hampir setiap hari, melalui instagramnya @jpnambsindonesia dia mengunggah menu makan siangnya dilengkapi dengan tagar #makansiangdubes.

Unggahan itu banyak mendapat respons warganet di media sosial. 

Sosoknya dikenal millenial

Pria kelahiran 3 November 1957 ini memang tak lagi muda, namun sosoknya begitu dikenal oleh kawula muda di Indonesia, khususnya di kalangan netizen pengguna media sosial.

Masafumi rutin mengunggah konten-konten di media sosialnya yang menunjukkan betapa ia menyukai kebudayaan-kebudayaan Indonesia.

Mulai dari mengunggah beberapa foto yang menunjukkan menu-menu makan siang khas Indonesia yang selalu ia habiskan tanpa sisa, atau sederet koleksi batik yang selalu ia kenakan untuk berkantor.

Semua itu bisa dilihat dalam akun Instagram sang dubes di @jpnambsindonesia yang saat ini memiliki hampir 150.000 pengikut.

Akun instagram tersebut dibuat Maret 2018 dan mulai memposting gambar pada Oktober 2018. 

Bahkan, ketika Masafumi mengumumkan masa tugasnya di Indonesia akan segera berakhir dalam beberapa pekan ke depan, ratusan netizen ikut merasa sedih.

Mereka memberikan komentar yang rata-rata menyatakan rasa kehilangan seorang duta besar yang dikenal unik ini.

"stay di jakarta aja pak...we gonna miss your story about your lunch..," tulisnya.

Atau komentar lain dari akun yang berbeda.

"semoga pengganti bapak sama seperti bapak,yg selama ini mau akrab dengan orang indonesia lewat kuliner indonesia....Doa saya semoga bapa selalu sehat,dan semoga saya bisa berkunjung ke negara bapak,karena itu cita cita saya dari kecil," tulis @korneliusaspriandart.

Diplomasi kontemporer

Melihat fenomena ini, Dosen Hubungan Internasional dari Universitas Sriwijaya (Unsri), Ferdiansyah Rivai menyebut apa yang dilakukan oleh Masafumi sebagai wajah diplomasi kontemporer.

Apa yang dilakukan Masafumi menurut Rivai harus dicontoh oleh para diplomat yang lain.

"Yang dilakukan olehnya di kanal-kanal new media (Instagram, Twitter) masuk dalam kategori diplomasi kebudayaan, gastro-diplomasi dan juga diplomasi digital dalam arti yang mikro," kata Ferdi saat dihubungi Jumat (4/12/2020).

Masafumi dinilai berhasil menunjukkan bahwa seorang duta besar ternyata dapat melakukan kegiatan diplomasi tidak hanya dengan pemerintah tempatnya ditugaskan, tetapi juga dengan masyarakat di negara itu.

Mengingat esensi dari sebuah kegiatan diplomatik, yakni untuk membangun dan mempertahankan hubungan baik dua negara guna mencapai kepentingan nasional, apa yang Masafumi kerjakan adalah contoh konkret dari kerja tersebut di era digital seperti sekarang ini.

"Apa yang dilakukan Dubes Jepang ini adalah contoh konkret yang tepat dalam pemanfaatan kanal-kanal digital untuk kepentingan diplomasi. Ini juga sebuah masukan bagi kajian diplomasi, tentu," ujar Ferdi.

Apa yang dilakukan oleh Masafumi dengan media-media sosialnya, disebut Ferdi memang sudah banyak dilakukan oleh pejabat negara yang lain.

Namun, konteksnya tidak secair seperti yang dilakukan Masafumi dengan batik dan menu #makansiangdubes. 

Sebab yang dilakukan oleh kebanyakan dubes tersebut terkesan lebih menyasar publik negara asalnya, bukan publik tempat dubes itu posting. Sehingga juga terkadang masih terkesan elitis.

"Sementara Dubes Jepang ini menurut saya berhasil membuat komunikasi yang memberikan kesan inklusif, sehingga mampu menghadirkan kedekatan dengan publik Indonesia," beber dia.

Gaya diplomasi yang seperti ini diyakini akan mempermudah misi diplomatiknya di Indonesia.

 

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/04/203500165/dubes-jepang-ishii-masafumi-pamit-warganet-kenang-menu-makan-siangnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke