Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Setelah Vaksin dan Obat Covid-19 Tersedia, Akankah Semua Kembali Normal?

KOMPAS.com - Pandemi virus corona Covid-19 masih berlangsung dan kasus-kasus baru ditemukan di berbagai wilayah di dunia.

Update saat ini dari web Worldometers, sebanyak 50.385.380 orang terinfeksi dan 1.258.131 orang meinggal karena Covid-19. 

Di tengah banyaknya pertanyaan yang belum terjawab tentang virus corona, berbagai pihak terus melanjutkan upaya untuk memahami dan mengendalikan laju pandemi.

Upaya yang telah dilakukan di antaranya adalah kebijakan pembatasan, penelitian, pengembangan kandidat vaksin dan obat potensial.

Tercatat ratusan vaksin virus corona yang tengah berada dalam tahap penelitian, termasuk sejumlah vaksin yang telah memasuki uji coba tahap ketiga atau uji coba pada manusia. 

Lantas, apakah ketersediaan vaksin dan obat nantinya dapat membuat kehidupan menjadi normal?

Vaksin

Mengutip The Guardian, Sabtu (7/11/2020), vaksin saja disebut-sebut belum cukup untuk menghilangkan pandemi, tetapi diperlukan.

Vaksin menjadi satu-satunya cara yang telah terbukti untuk dapat mencapai "herd immunity", yaitu saat sebagian besar populasi kebal terhadap virus sehingga virus sulit menemukan inang baru dan mati.

Namun demikian, saat vaksin tersedia dan vaksinasi dilakukan, "herd immunity" pun tidak langsung dapat dicapai. 

Waktu yang lebih lama juga mungkin diperlukan jika ada efek samping dari vaksin, meski hanya bersifat ringan dan sementara.

Peter Hotez dari Baylor College of Medicine di Texas memperingatkan, vaksin pertama mungkin dapat menghentikan orang menjadi sakit, tetapi tidak mencegah orang terpapar dan menularkan virus. 

Sebelumnya, melansir Washington Post, 2 Agustus 2020, jika nantinya ada vaksin yang terbukti aman dan efektif digunakan, itu baru permulaan. 

Distribusi

Menyebarkan vaksin ke orang-orang di seluruh dunia akan menjadi tugas selanjutnya dengan jaringan distribusi, rantai pasokan, kepercayaan publik, hingga kerja sama global.

Untuk dapat menyalurkan vaksin-vaksin tersebut, diperlukan waktu berbulan-bulan atau mungkin bertahun-tahun.

Dengan kata lain, vaksin adalah penanda dari sebuah proses yang masih sangat panjang.

Dan seberapa panjang proses tersebut ditentukan oleh keefektifan vaksin, keberhasilan menyalurkan ratusan juta dosis vaksin, dan kerelaan orang-orang untuk disuntik vaksin.

Sementara, bagi mereka yang memperoleh vaksin segera setelah tersedia, perlindungan juga tidak langsung terjadi.

Akan tetapi, dibutuhkan waktu beberapa minggu. Selain itu, masih ada banyak hal yang belum diketahui soal respons imun terhadap Covid-19.

Kekhawatiran para ahli

Banyak yang mengasosiasikan ketersediaan vaksin dengan akhir pandemi. Padahal, faktanya, mungkin jauh berbeda.

New York Times, Kamis (27/8/2020), memberitakan, Direktur Center for Vaccines and Immunology di University of Georgia, Ted Ross menyebut, untuk tidak terlalu berharap pada vaksin yang saat ini masih diteliti.

"Vaksin pertama mungkin bukan yang paling efektif,” kata dia yang juga sedang mengerjakan vaksin eksperimental dengan target bisa masuk uji klinis pada 2021.

Dari vaksin yang ada, prinsipnya kurang lebih sama. Vaksin-vaksin itu mengirimkan protein yang menutupi virus corona (yang disebut spike).

Vaksin itu akan mendorong sistem kekebalan untuk membuat antibodi agar bisa melawan virus corona.

Tetapi beberapa peneliti khawatir bahwa masyarakat mungkin menaruh terlalu banyak harapan pada strategi yang belum terbukti berhasil.

Obat dan tes

Pada dasarnya, efek tercepat yang dapat terlihat dari tersedianya vaksin adalah lebih sedikit orang yang meninggal. Akan tetapi, virus masih menyebar pada tingkat tertentu.

Kondisi ini dapat dikontrol dengan adanya obat yang efektif untuk menangani kasus-kasus sporadis.

Seperti diketahui, sejumlah obat untuk mengobati Covid-19 pun masih terus diteliti dan diuji. 

Beberapa waktu lalu, beberapa obat yang tengah dikembangkan juga sempat dihentikan uji cobanya karena alasan keamanan. Penghentian sementara ini disebut sebagai hal yang normal dalam uji coba pengembangan obat.

Sehingga masih dibutuhkan waktu untuk benar-benar menemukan obat yang efektif dan aman. 

Selain obat dan vaksin, diagnostik yang lebih baik juga menjadi kunci dari penanganan pandemi virus corona.

Beberapa negara, seperti Korea Selatan, menggunakan pengetesan yang meluas di awal pandemi untuk mengontrol virus dan menjaga angka kasus tetap rendah.

Rendahnya angka kasus diperlukan untuk memastikan penelusuran dan karantina berjalan secara efektif sembari menunggu ditemukannya vaksin dan obat yang efektif dan aman.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/09/070000165/setelah-vaksin-dan-obat-covid-19-tersedia-akankah-semua-kembali-normal-

Terkini Lainnya

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Bertemu di Play-off Olimpiade Paris 2024, Ini Perbandingan Ranking FIFA Indonesia Vs Guinea

Tren
Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Berapa Banyak Aktivitas Fisik yang Dibutuhkan Kucing Peliharaan?

Tren
Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Tren
Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke