Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi WHO: Remdesivir Tak Miliki Efek Substansial pada Peluang Hidup Pasien Covid-19

Financial Times melaporkan, Kamis (15/10/2020), dari studi WHO tersebut ditemukan bahwa remdesivir tak memiliki efek substansial pada peluang untuk bertahan hidup pasien Covid-19.

Remdesivir yang diroduksi Gilead Sciences Inc menjadi salah satu obat yang pertama digunakan dalam pengobatan pasien Covid-19, bahkan untuk perawatan terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Melansir Reuters, laporan Financial Times mengutip hasil dari uji coba solidaritas WHO, yang mengevaluasi efek dari empat rejimen obat potensial.

Keempatnya adalah remdesivir, hidroksiklorokuin (hydroxychloroquine), obat kombinasi anti-HIV dari lopinavir/ritonavir, dan interferon.

Pengujian dilakukan pada 11.266 pasien virus corona yang dirawat di rumah sakit.

Adapun hidroksiklorokuin dan lopinavir/ritonavir telah dihentikan pada Juni, setelah terbukti tidak efektif.

Namun, Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan uji coba dua obat lainnya berlanjut di lebih dari 500 rumah sakit dan 30 negara.

"Kami sedang melihat pada antibodi monoklonal. Kami melihat pada imunomodulator dan beberapa obat antivirus yang lebih baru yang telah dikembangkan dalam beberapa bulan terakhir," ujar Swaminathan.

Menurut Financial Times, studi tersebut menemukan tidak ada pengobatan yang secara substansial mempengaruhi tingkat kematian atau lamanya perawatan di rumah sakit.

WHO tidak mengomentari laporan Financial Times tersebut. Mereka hanya mengatakan hasil studi tersebut belum dipublikasikan.

Awal bulan ini, Gilead Sciences Inc menyatakan remdesivir memotong waktu pemulihan Covid-19 menjadi lima hari dibandingkan dengan pasien yang memakai plasebo.

Hal tersebut berdasarkan penelitian yang melibatkan 1.062 pasien.

Hasil studi dipublikasikan di New England Journal of Medicine.

"Data yang muncul (WHO) tampak tidak konsisten, dengan bukti yang lebih kuat dari beberapa penelitian acak dan terkontrol yang diterbitkan dalam jurnal peer-review yang memvalidasi manfaat klinis remdesivir," ujar Gilead Sciences Inc seperti dikutip dari CNA.

"Kami prihatin data dari uji coba global terbuka ini belum melalui tinjauan ketat yang diperlukan untuk memungkinkan diskusi ilmiah yang konstruktif, terutama mengingat keterbatasan desain uji coba," lanjutnya.

Sebagai tambahan informasi, remdesivir mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pada 1 Mei 2020.

Remdesivir sejak saat itu diizinkan untuk digunakan di beberapa negara.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/16/100200065/studi-who--remdesivir-tak-miliki-efek-substansial-pada-peluang-hidup-pasien

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke