Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mutasi Virus Corona Lebih Menular di Indonesia, Apa Pengaruhnya pada Vaksin?

KOMPAS.com - Strain mutasi virus corona yang diyakini lebih menular dideteksi ada di Indonesia, yaitu D614G.

Temuan ini disampaikan oleh Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio.

"Dapat kami sampaikan saat ini memang sudah diidentifikasi dan sudah dlaporkan," kata Amin dalam konferensi pers virtual, Jumat (28/8/2020) lalu.

Wakil Kepala LBM Eijkman Bidang Penelitian Fundamental, Herawati Supolo Sudoyo menyebut bahwa perubahan atau mutasi pada virus SARS-CoV-2 ini menyebabkan virus menjadi lebih menular.

"Strain ini sangat menular (high infectivity)," kata Herawati kepada Kompas.com, Senin (31/8/2020) sore.

Namun, sebagai catatan, transisi ini berbeda di setiap wilayah di dunia, mulai dari Eropa, Amerika Utara, Oceania, hingga Asia.

Pengaruh terhadap pengembangan obat dan vaksin

Sebagaimana diketahui, berbagai pihak termasuk Indonesia tengah berupaya untuk mengembangkan vaksin corona untuk membantu memutus rantai penularannya.

Terkait penemuan strain ini, Herawati mengatakan, tidak akan berimplikasi pada obat atau vaksin yang tengah dikembangkan.

"Penemuan ini tidak berimplikasi pada obat maupun vaksin," kata dia.

Alasannya, mutasi yang ditemukan ini disebut tidak terdapat pada fragmen maupun lokus yang penting.

Herawati mengungkapkan, meski sudah ditemukan di Indonesia, whole genome sequencing (WGS) yang dibagikan oleh Indonesia masih sangat terbatas.

"Jumlahnya baru 22 dari beberapa lembaga, LIPI, Unpad, Unair, UGM, dan Lembaga Eijkman. Padahal, waktu masih 15 jumlahnya tanggal 31 Juli, baru satu yang ada mutasi D614G, lainnya clade L," jelasnya.

7 tipe 

Perlu diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 menjadi tujuh tipe atau clade, yakni S, V, L, G, GH, GR, dan O. Adapun tipe GH merupakan yang paling agresif.

Menurut Herawati, distribusi clade yang ada di Asia memang sangat beragam, termasuk di Indonesia.

"Ini mengundang pertanyaan apa penyebab variasi tersebut apakah ada kemungkinan lingkungan berpengaruh ataupun inang juga berperan? Betul-betul banyak yang belum diketahui tentang virus ini yang layak diteliti lebih lanjut," kata dia.

"Karena belum ada data dari lembaga di luar Jawa. Jadi, sekarang, tentulah perlu dari sudut penelitian, melihat asosiasi antara D614G pada virus yang terdeteksi dengan klinik," lanjutnya.

Perlunya peningkatan kepatuhan protokol

Dengan terdeteksinya strain virus corona yang diyakini jauh lebih menular ini, Herawati mengingatkan agar ada peningkatan kepatuhan protokol kesehatan dari yang sebelumnya telah dilakukan.

"Betul-betul di sini, protokol kesehatan yang ketat harus dijalankan," tutur Herawati.

Menurut dia, pendekatan sosial budaya dan antropologi perlu diterapkan untuk dapat melakukan penetrasi terhadap perubahan perilaku masyarakat.

Herawati menilai, perlu dilakukan pendekatan ke grassroot (akar rumput) untuk meningkatkan kepatuhan ini.

"Kepatuhan perlu ditingkatkan. Nah, pendekatannya itu ke grassroot mestinya," ujarnya.

Tepat enam bulan pandemi Covid-19 di Indonesia hari ini, Rabu (2/9/2020), sejak diumumkan kasus pertama pada 2 Maret 2020, belum ada tanda-tanda berakhir.

Bahkan, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 justru mencatat peningkatan kasus dalam beberapa waktu terakhir.

Kondisi ini dikhawatirkan juga disebabkan oleh faktor strain mutasi virus corona yang lebih menular ini.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/02/131700065/mutasi-virus-corona-lebih-menular-di-indonesia-apa-pengaruhnya-pada-vaksin

Terkini Lainnya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Apa Itu Vaksin? Berikut Fungsi dan Cara Kerjanya di Dalam Tubuh Manusia

Tren
Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Puncak Hujan Meteor Eta Aquarids 5-6 Mei 2024, Bisakah Disaksikan di Indonesia?

Tren
Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Kronologi dan Dugaan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Pelaku Sempat Melakukan Upaya Bunuh Diri

Tren
7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

7 Manfaat Ikan Teri, Menyehatkan Mata dan Membantu Diet

Tren
Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah dan Sayur yang Tidak Boleh Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Jadwal dan Live Streaming Pertandingan Semifinal Thomas dan Uber Cup 2024 Hari ini

Tren
Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Sederet Fakta Kasus Suami Mutilasi Istri di Ciamis, Dilakukan di Jalan Desa

Tren
Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Bagaimana Tubuh Bisa Menghasilkan Vitamin D Saat Terpapar Sinar Matahari?

Tren
Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Waspada Cuaca Panas Melanda Indonesia, Ini Tips Menghadapinya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke