Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi Baru Temukan Penularan Covid-19 Orang Tanpa Gejala Sama dengan Orang Bergejala

Korea Selatan telah memulai pengujian massal dan pelacakan kontak, termasuk terhadap mereka yang dites positif tetapi tidak memiliki gejala.

Makalah yang diterbitkan di JAMA Internal Medicine ini menunjukkan bukti biologis penting untuk mendukung gagasan bahwa penderita asimptomatik atau tidak bergejala dapat menyebarkan Covid-19.

Melansir Newsweek.com, 7 Agustus 2020, sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh Seungjae Lee di Fakultas Kedokteran Universitas Soonchunh, menganalisis penyeka yang diambil pada 6-26 Maret 2020 dari 303 orang yang diisolasi di sebuah pusat di Cheonan.

Kelompok tersebut terdiri dari mereka yang berusia antara 22 tahun hingga 36 tahun, di mana dua pertiganya merupakan wanita.

Sampel dari saluran pernapasan bagian atas (di dalam hidung) dan saluran pernapasan bagian bawah (dalam bentuk ludah) diambil.

Sementara itu, Channel News Asia, memberitakan, semua sampel diambil secara berkala setelah hari kedelapan isolasi.

Kemudian, sampel mengembalikan nilai materi genetik virus yang sebanding dari saluran udara atas dan bawah.

Uji sampel

Pada hari ke 10, 17, 18 dan 19, dokter menguji sampel dari saluran pernapasan bagian atas atau bawah pasien sesuai kebijakan mereka.

Dari total pasien, 193 orang merupakan pasien bergejala ketika mereka diisolasi. Sementara, 110 lainnya tidak menunjukkan gejala.

Gejala yang paling umum termasuk batuk, hidung tersumbat, dan mengeluarkan lebih banyak ludah dari biasanya.

Dari 110 pasien tanpa gejala, 21 orang atau kurang dari seperlima, mengalami gejala saat mereka diisolasi. Rata-rata, dibutuhkan waktu 15 hari bagi pasien yang tidak menunjukkan gejala untuk melakukannya.

Dengan membandingkan tingkat materi genetik virus dalam sampel, tim menemukan viral load serupa baik dari pasien bergejala atau tanpa gejala.

Namun, dalam jurnal yang sama, para peneliti menyebutkan, mereka tidak dapat menentukan apakah hal ini berarti orang-orang tersebut dapat menyebarkan virus semudah mereka yang memiliki gejala.

Selain itu, peneliti menemukan materi genetik dari virus pada seseorang tidak berarti mereka dapat menularkannya.

Namun, menurut para peneliti, perlu lebih banyak penelitian untuk mengeksplorasi hal ini.

Viral load tinggi yang ditemukan meningkatkan kemungkinan risiko penularan.

Menurut tim, penelitian tersebut menyiratkan bahwa hanya menguji orang yang memiliki gejala dapat mengakibatkan pasien yang terinfeksi tidak dilaporkan secara substansial.

Studi tersebut dibatasi karena sejumlah alasan, termasuk bahwa para peserta umumnya masih muda dan sehat, sehingga hasilnya mungkin tidak berhubungan dengan populasi lainnya.

"Semua individu diisolasi dan penularannya tidak diuji sehingga tidak mungkin untuk mengetahui apakah, secara umum asimtomatik akan menularkan lebih sedikit virus ke orang lain, misalnya karena mereka tidak batuk atau lainnya," kata Ian Jones, profesor virologi di Universitas Reading Inggris yang tidak mengerjakan makalah tersebut.

"Namun, penelitian ini berfungsi untuk memperkuat titik bahwa kontrol Covid-19 di masyarakat memerlukan pengujian luas secara berkala dan bahwa siapa pun yang positif harus mengisolasi diri apakah gejala atau tidak," lanjut dia.

Penelitian penting

Daniel Davis, profesor imunologi di Universitas Manchester, Inggris, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menggambarkan penelitian tersebut sebagai sesuatu yang penting dan menarik.

Davis, penulis The Beautiful Cure, sebuah buku tentang sistem kekebalan manusia, mengatakan, temuan bahwa pasien tanpa gejala dan bergejala memiliki tingkat virus yang sama, konsisten dengan gagasan bahwa orang yang tidak menunjukkan gejala mungkin masih dapat menyebarkan virus.

Penemuan ini sendiri membantu memberikan gambaran tentang bagian mana dari orang yang terinfeksi yang benar-benar asimptomatik.

Sementara melansir Daily Mail, viral load orang yang tidak memiliki gejala sama tingginya dengan orang yang terinfeksi corona virus bergejala seperti batuk dan demam.  

Tim dari Rumah Sakit Seoul Universitas Soonchunhyang di Korea Selatan menyebutkan, temuan lebih lanjut menunjukkan pentingnya meningkatkan pengujian dan pelacakan kontak sehingga orang tanpa gejala dapat dengan cepat mengisolasi dan mengurangi risiko penularan.

Para peneliti kemudian melihat nilai ambang batas (Ct) selama pengujian, yang mengacu pada deteksi virus dan viral load seseorang.

Nilai Ct di antara pasien asimptomatik sangat mirip dengan yang terlihat pada pasien dengan gejala.

Tim juga melihat tes konversi negatif yang dilakukan dengan mengumpulkan spesimen dari saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah dan didefinisikan sebagai negatif ketika keduanya kembali negatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa viral load pasien yang bergejala cenderung menurun sedikit lebih lambat dari waktu ke waktu jika dibandingkan dengan pasien tanpa gejala.

Pada hari ke-14 isolasi, 33,7 persen pasien tanpa gejala menerima tes virus corona negatif dibandingkan dengan 29,6 persen pasien bergejala.

Pada hari ke-21, 75,2 persen pasien tanpa gejala menerima hasil tes negatif dibandingkan dengan 69,9 persen pasien dengan gejala.

Nilai median dari diagnosis ke konversi negatif pertama adalah 17 hari untuk pasien asimptomatik dan 19,5 hari untuk pasien simptomatik.

Selain itu, tim tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam jumlah viral load antara mereka yang bergejala dan tanpa gejala.

"Banyak orang dengan infeksi SARS-CoV-2 tetapi tidak bergejala untuk waktu yang lama dan viral load serupa dengan pasien bergejala," ujar penulis.

Oleh karena itu, terlepas dari bergejala atau tidak, penting melalui isolasi bagi mereka yang terinfeksi virus corona. 

"Karena penularan oleh pasien asimptomatik dengan SARS-CoV-2 mungkin merupakan faktor kunci dalam penyebaran komunitas, pengawasan berbasis populasi dan isolasi pasien asimtomatik mungkin diperlukan," demikian kata peneliti.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/07/103500965/studi-baru-temukan-penularan-covid-19-orang-tanpa-gejala-sama-dengan-orang

Terkini Lainnya

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke