Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mendambakan Toleransi Umat Beragama

NASKAH "Kerukunan Umat Beragama di Turki” (kompas.com 31 Juli 2020) memperoleh beranekaragam tanggapan. Ada yang positif dan ada yang negatif.

Lazimnya tanggapan negatif lebih menarik disimak dan dihayati maknanya ketimbang yang positif.

Pencitraan

Mayoritas yang negatif memberikan tanggapan analisis-politis bahwa pada hakikatnya (seperti juga telah saya sebut di ujung akhir naskah) presiden Turki sekadar melakukan pencitraan dengan kosmetik politik demi meraih suara rakyat Turki sebanyak mungkin pada pilpres mendatang agar bisa lanjut menjadi presiden sampai dengan pilpres selanjutnya.

Tampaknya Erdogan gentar menghadapi terpaan badai kritik dari dunia Barat yang mayoritas Nasrani akibat memfungsikan Aya Sofia di Istanbul sebagai masjid.

Gegara pemasjidan Aya Sofia, dikuatirkan Erdogan akan kehilangan suara masyarakat Nasrani di Turki sehingga bukan mustahil Erdogan gagal terpilih kembali untuk menjadi presiden Turki.

Entah atas inisiatif dirinya sendiri atau atas saran tim suksesnya, Erdogan cepat-cepat meresmikan biara Panagia Soumela di Trabzon.

Kurang relevan

Tanggapan analitis ini kurang relevan akibat renovasi biara Soumela telah dilakukan jauh sebelum pemasjidan Aya Sofia di Istanbul.

Andaikata pun peresmian biara Soumela memang merupakan pencitraan maka dapat disimpulkan bahwa sang pencitraan itu an sich menguntungkan umat Nasrani terbukti bahwa tak kurang dari Pimpinan Gereja Ortodokes Ferner-Yunani, Bartholomew, secara khusus tak segan mengucapkan terima kasih atas renovasi biara Soumela sebagai warisan peradaban Nasrani di Turki yang sangat penting bagi masyarakat Nasrani bukan hanya di Turki namun di seluruh dunia.

Berarti pencitraan Erdogan mengandung nilai positif terhadap umat Nasrani baik di Turki mau pun di seluruh dunia.

Kurang akurat

Ada pula yang menganggap saya secara terselubung memuji kosmetik politik Erdogan.

Sebenanya justru bukan secara terselubung namun secara terbuka terang-terangan saya memuji peresmian biara Soumela.

Saya memang memuji Erdogan demi memotivasi alias menyemangati Erdogan untuk makin bersikap toleran demi mempermantap uasana kerukunan antar umat beragama di Turki dengan gigih lanjut memugar dan meresmikan hasil pugaran puluhan warisan peradaban Nasrani yang berada di bumi Turki.

Tidak ada salahnya Erdogan melakukan pencitraan diri dengan kosmetik politik asal dia terus lanjut melestarikan kehadiran monument-monumen peradaban Nasrani di persada Turki yang pasti disambut baik oleh masyarakat Nasrani di Turki mau pun dunia.

Di balik pujian mendambakan toleransi beragama itu sebenarnya saya yakin bahwa Turki memang masih harus banyak belajar menjalin kerukunan antar umat beragama dari Indonesia.

Penulis bayaran

Ada pula yang menuduh saya melakukan promosi terhadap bukan negara saya sendiri padahal negara yang saya promosikan adalah rasis.

Mungkin akibat sudah terbiasa dengan penulis bayaran atau BuzzerRP maka sang penuduh tega menanyakan berapa besar bayaran saya sampai sudi menulis naskah promosi terhadap negara Turki yang rasis itu.

Dengan berat hati saya terpaksa meluruskan dua tuduhan tersebut.

Pertama yang dilakukan Erdogan dengan memasjidkan Aya Sofia di Istanbul jelas bukan rasisme tetapi kurang peka terhadap perasaan umat Nasrani.

Aya Sofia bukan manusia ras tertentu tetapi sebuah bangunan bersejarah yang sangat bermakna bagi seluruh umat Nasrani tanpa batasan ras di segenap pelosok planet bumi.

Mengenai pertanyaan berapa besar bayaran saya untuk mempromosikan Turki sayang tidak realistis.

Tentu saja saya tidak menolak apabila ada pihak sedemikian bodoh sehingga sudi membayar saya untuk mempromosikan negara Turki yang kurang peka terhadap perasaan umat Nasrani dengan gegabah memasjidkan Aya Sofia yang semula katedral itu.

Sangat disayangkan bahwa tidak ada pihak sedemikian bodoh sehingga sudi membayar saya akibat pada kenyataan tulisan saya memang tidak berbobot maka mustahil bisa mempengaruhi siapa pun di planet bumi ini.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/03/112737265/mendambakan-toleransi-umat-beragama

Terkini Lainnya

10 Rekomendasi Ras Anjing Ramah Anak, Cocok Jadi Peliharaan Keluarga

10 Rekomendasi Ras Anjing Ramah Anak, Cocok Jadi Peliharaan Keluarga

Tren
Terjadi Penusukan WNI di Korea Selatan, 1 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia

Terjadi Penusukan WNI di Korea Selatan, 1 Orang Dilaporkan Meninggal Dunia

Tren
Ramai soal Kinerja Bea Cukai Dikeluhkan, Bisakah Dilaporkan?

Ramai soal Kinerja Bea Cukai Dikeluhkan, Bisakah Dilaporkan?

Tren
Viral, Video Perempuan Terjebak di Kolong Commuter Line Stasiun UI, Ini Kata KCI

Viral, Video Perempuan Terjebak di Kolong Commuter Line Stasiun UI, Ini Kata KCI

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Irak untuk Memperebutkan Peringkat Ketiga? Simak Jadwalnya

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Irak untuk Memperebutkan Peringkat Ketiga? Simak Jadwalnya

Tren
Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa 'Kerja' untuk Bayar Kerugian

Kucing di China Nyalakan Kompor dan Picu Kebakaran, Dipaksa "Kerja" untuk Bayar Kerugian

Tren
Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Imbas Gunung Ruang Kembali Erupsi, Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara hingga Besok

Tren
4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

4 Keputusan Wasit Shen Yinhao yang Dianggap Merugikan Timnas di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Kronologi Kecelakaan Motor Harley-Davidson di Probolinggo, Dokter dan Istrinya Jadi Korban

Tren
Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Ramai soal Setop Imunisasi Anak, Apa Dampaknya pada Tubuh Si Kecil?

Tren
Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Analogi Shin Tae Yong dan Wibisana

Tren
Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Indonesia Masih Berpeluang Lolos ke Olimpiade Paris 2024, Ini Skenarionya

Tren
Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Indonesia Mulai Memasuki Musim Kemarau, Kapan Puncaknya?

Tren
Ilmuwan Pecahkan Misteri 'Kutukan Firaun' yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Ilmuwan Pecahkan Misteri "Kutukan Firaun" yang Tewaskan 20 Orang Saat Membuka Makam Tutankhamun

Tren
3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

3 Keputusan VAR yang Dinilai Rugikan Garuda Muda di Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke