Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

WHO Sebut Ada 20 Vaksin Virus Corona di Dunia yang Tengah Dikembangkan

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tengah bekerja dengan para ilmuwan di seluruh dunia untuk mengembangkan setidaknya 20 vaksin virus corona yang berbeda.

Adapun beberapa vaksin dilaporkan sudah berada dalam tahap uji klinis dalam waktu yang terbilang singkat, yaitu 60 hari setelah pengurutan gen dilakukan.

"Akselerasi dari proses ini benar-benar dramatis, yaitu dalam hal apa yang kami lakukan, membangun pekerjaan yang dimulai dengan SARS, MERS, dan sekarang Covid-19," tutur pemimpin teknis untuk program kedaruratan WHO Dr Maria Van Kerkhove sebagaimana dikutip CNBC.

Upaya pengembangan vaksin

Sejumlah negara terus berpacu untuk mengembangkan vaksin dari virus corona baru ini.

Sekelompok ilmuwan di Kanada berhasil mengisolasi dan menumbuhkan salinan dari virus corona yang membantu mempelajari patogen untuk mengembangkan uji coba, pengobatan, ataupun vaksin yang lebih baik.

Begitu pula China, yang tengah mengembangkan sembilan vaksin potensial untuk virus corona ini.

Sementara, di Amerika Serikat, vaksin virus corona yang sedang dikembangkan telah mulai pada tahapan uji coba. 

Upaya pengembangan vaksin juga dilakukan oleh ilmuwan dari Israel. Vaksin disebut akan siap dalam beberapa minggu dan tersedia dalam 90 hari. 

Selain itu, perusahaan biotek seperti Arcturus Therapeutics juga tengah bekerja sama dengan Duke University dan National University of Singapore untuk mengembangkan vaksin. 

Meskipun begitu banyak upaya pengembangan vaksin yang tengah dilakukan, WHO mengingatkan bahwa ketersediaan vaksin untuk penggunaan publik masih memerlukan waktu yang panjang.

Para ilmuwan terkemuka mengatakan, uji coba klinis dan pengujian keamanan yang diperlukan untuk mendapatkan vaksin hingga dapat didistribusikan ke masyarakat dapat memakan waktu hingga 18 bulan.

Menurut Direktur Eksekutif untuk program kedaruratan WHO Dr Mike Ryan mengatakan, meskipun vaksin virus corona sangat mendesak segera didapatkan, namun uji coba juga penting dilakukan.

"Hanya ada satu hal yang lebih berbahaya dari virus yang buruk dan itu adalah vaksin yang buruk," kata Ryan.

Ryan mengungkapkan bahwa perlu menjadi sangat hati-hati dalam mengembangkan produk apapun yang potensial akan diinjeksikan ke sebagian besar populasi dunia. 

Tantangan yang dihadapi

National Institutes of Health (NIH) telah bekerja sama dengan perusahaan biotek Moderna untuk mengembangkan vaksin menggunakan urutan genetik dari virus corona baru ini. 

Adapun uji coba dimulai Senin (23/2/2020) di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute, Seattle.

Uji coba tahap awal atau fase 1, akan menguji vaksin pada 45 pria dan wanita yang tidak sedang hamil dan berusia antara 18 tahun hingga 55 tahun.

Setelah vaksin ditemukan, para pejabat WHO memperingatkan tentang rintangan logistik, keuangan, hingga etika lain yang akan dihadapi oleh para pemimpin dunia.

"Bahkan jika nantinya kita mendapatkan vaksin yang terbukti efektif, vaksin tersebut harus tersedia untuk semua orang. Harus ada akses yang adil dan merata," kata Ryan.

"Bagaimana kita memastikan untuk memperoleh vaksin yang cukup dengan tepat waktu, bagimana kita memastikan dapat mendistribusikan vaksin ke seluruh dunia, dan bagaimana kita meyakinkan orang-orang untuk menggunakan vaksin tersebut," tambah Ryan.

Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menghubungi para pemimpin dunia terkait masalah ini.

"Vaksin tidak boleh hanya untuk orang kaya, tetapi juga harus tersedia bagi mereka yang tidak mampu membelinya. Kita harus menjawab pertanyaan ini sedini mungkin," ujar Tedros.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/22/180500865/who-sebut-ada-20-vaksin-virus-corona-di-dunia-yang-tengah-dikembangkan

Terkini Lainnya

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Tren
Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Tren
Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Tren
Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Tren
Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Tren
Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Tren
Siasat SYL 'Peras' Pejabat Kementan, Ancam Copot Jabatan, dan Paksa Mengundurkan Diri

Siasat SYL "Peras" Pejabat Kementan, Ancam Copot Jabatan, dan Paksa Mengundurkan Diri

Tren
Cara Daftar Sekolah Kedinasan STMKG, STIN, dan STIS 2024

Cara Daftar Sekolah Kedinasan STMKG, STIN, dan STIS 2024

Tren
Ramai-ramai Tolak RUU Penyiaran yang Berpotensi Ancam Kebebasan Pers...

Ramai-ramai Tolak RUU Penyiaran yang Berpotensi Ancam Kebebasan Pers...

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke