Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Anggur Jan Ethes hingga Padi Fatmawati, Nama Tanaman dari Keluarga Presiden

KOMPAS.com - Pemberian nama tanaman atau penemuan baru yang diambil dari nama orang bukan hal baru di Indonesia.

Biasanya, nama temuan itu diambil dari nama orang yang menemukan.

Tak hanya itu, sejumlah nama penemuan baru yang diambil dari nama keluarga presiden juga pernah terjadi.

Berikut nama keluarga presiden yang dijadikan sebagai nama penemuan baru, khususnya dalam tanaman:

Jan Ethes

Nama Jan Ethes mungkin tak asing di telinga publik. Jan Ethes merupakan cucu pertama Presiden Joko Widodo dari putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka.

Kini, nama Jan Ethes tak lagi disematkan hanya untuk cucu presiden.

Pasalnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpok telah memberi nama varietas anggur baru dengan nama "Jan Ethes SP1" ketika menghadiri acara Pencananangan Gerakan Nasional Pengembangan Mangga dan Anggur pada Jumat (15/11/2019).

Varietas anggur tesebut merupakan hasil inovasi Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.

Menurut Syahrul, arti nama Jan Ethes dalam bahasa Indonesia sangat cocok dengan varietas unggul yang tengah dikembangkan Badan Litbang Pertanian tersebut.

"Saya suka nama itu, dalam bahasa Jawa artinya sangat bagus, Jan berarti sangat, Ethes berarti cekatan, pas sekali, ini varietas unggul, kedepannya varietas ini akan terus dikembangkan," kata Syahrul, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com (15/11/2019).

"Harapannya anggur jenis ini akan meningkatkan produksi anggur dalam negeri, dan menjadi produk buah unggulan baru kita," sambungnya.

Padi Fatmawati

Di masa pemerintahan Presiden Megawati, Indonesian Institute for Rice Research (IIRR) menemukan varietas padi baru yang dinamakan VUTB Fatmawati, dikutip dari Harian Kompas, 1 Maret 2004.

Fatmawati merupakan ibu dari Presiden Megawati, sekaligus istri dari Bung Karno.

Varietas Padi Fatmawati dihasilkan melalui persilangan antara padi cere (Indica) dengan padi bulu (Japonica dan Javanica) sehingga memiliki batang besar dan kokoh, umur lebih pendek, perakaran panjang dan dalam, malai lebih panjang dan lebat, lebih 300 butir per malai.

Menurut IIRR, produktivitas Padi Fatmawati lebih tinggi dibandingkan varietas Cihareng.

Selain itu, kelebihan lain dari padi itu adalah petani hanya membeli bibit unggul sekali. Selanjutnya, petani bisa memakai bibit hasil panen tanpa penurunan kualitas.

Meski demikian, Fatmawati juga memiliki banyak kelemahan, di antaranya adalah padi agak sulit rontok sehingga memerlukan alat perontok.

Padi Sintanur

Sebelum Anggur Jan Ethes dan Padi Fatmawati, lebih dulu muncul nama Padi Sintanur di tahun 2001, saat Presiden Abdurrahman Wahid menjabat.

Nama Sintanur merujuk pada nama istri Gus Dur, Sinta Nuriyah Wahid.

Adalah Adijono Partoatmodjo, pemulia tanaman padi di Badan Litbang Departemen Pertanian, sosok dibalik penemuan varietas Padi Sintanur itu.

Dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 1 Februari 2001, Padi Sintanur termasuk dalam variates padi aromatik yang unggul.

Sebelum Padi Sintanur, Adijono telah menemukan varietas padi aromatik lain yang diberi nama Padi Bengawan Solo pada tahun 2001.

Menurut Adijono, untuk mendapatkan varietas baru, diperlukan tetua dan untuk Sintanur tetua betinanya adalah padi ketan jenis Lusi disilangkan dengan padi aromatik Bengawan Solo sebagai tetua jantan.

Sintanur bisa disebut merupakan perbaikan dari Bengawan Solo.

Sumber: Harian Kompas, Kompas.com (Ade Miranti Karunia | Editor: Bambang Priyo Jatmiko)

https://www.kompas.com/tren/read/2019/11/16/170000465/anggur-jan-ethes-hingga-padi-fatmawati-nama-tanaman-dari-keluarga-presiden

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke