Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Mitos Keliru Seputar Stroke

Penyebab stroke dipicu gangguan pasokan darah ke otak karena pembuluh darah pecah atau tersumbat oleh gumpalan.

Akibatnya, pecahnya pembuluh darah atau gumpalan tersebut menghambat pasokan oksigen dan nutrisi sehingga terjadilah kerusakan pada jaringan otak.

Penyakit ini bisa kita hindari jika melakukan pencegahan secara dini.

Akan tetapi, ada mitos-mitos yang beredar dan membuat banyak orang salah paham mengenai cara pencegahan stroke.

Melansir dari berbagai sumber, berikut lima mitos keliru seputar stroke:

1. Stroke bukan cedera otak

Faktanya, stroke terjadi akibat cedera pada otak karena pembekuan darah atau pendarahan ke pembuluh darah di otak.

Stroke terjadi ketika aliran darah ke bagian otak berhenti. Stroke kadang-kadang disebut "serangan otak."

Jika aliran darah terputus lebih dari beberapa detik, otak tidak bisa mendapatkan darah dan oksigen. Sel-sel otak bisa mati sehingga menyebabkan cedera.

2. Stroke hanya terjadi pada orang tua

Banyak orang menganggap stroke hanya terjadi pada mereka yang telah berusia lanjut.

Risiko stroke memang meningkat seiring bertambahnya usia. Data menunjukkan, tiga perempat kasus terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun.

Selain itu, risiko stroke juga dua kali lebih tinggi pada seseorang yang berusia di atas 55 tahun.

Faktanya, stroke juga bisa terjadi pada mereka yang berusia lebih muda.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association (JAMA), para peneliti menemukan tingkat rawat inap stroke iskemik meningkat secara signifikan baik untuk pria dan wanita pada usia 18 hingga 54 tahun.

Risiko stroke juga dua kali lipat lebih tinggi pada pria berusia 18 hingga 34 tahun dan 35 hingga 44 tahun dalam dua dekade terakhir.

3. Stroke tidak dapat dicegah

Stroke yang terjadi tiba-tiba dapat menyebabkan kesalahpahaman bahwa serangan seperti itu terjadi secara acak dan tidak dapat dicegah.

Faktanya,, gaya hidup sehat adalah kunci untuk mengantisipasi dan menghindari stroke.

Natalia Rost, seorang Associate Professor Neurology di Harvard Medical School mengatakan, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah stroke.

Cara tersebut, antara lain:

  • Menurunkan tekanan darah
  • Menurunkan berat badan (bagi mereka yang obesitas)
  • Berolahraga lebih banyak
  • Kurangi konsumsi alkohol
  • Mengobati diabetes
  • Hidari gaya hidup merokok
  • Mengobati atrial fibrilasi atau detak jantung tidak teratur

Penelitian yang diterbitkan JAMA juga menunjukkan peningkatan tingkat stroke pada orang yang lebih muda kemungkinan karena peningkatan tekanan darah tinggi, obesitas dan diabetes.

Semua faktor risiko tersebut bisa kita atasi dengan gaya hidup sehat.

4. Stroke hanya terjadi pada penderita penyakit jantung

Faktanya, Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan, stroke adalah serangan otak yang bisa terjadi pada siapa saja.

Tak hanya penderita penyakit jantung, mereka yang mengalami diabetes, tekanan darah tinggi juga mempunyai risiko terserang stroke yang lebih tinggi.

5. Stroke ringan tidak perlu diobati

Faktanya, semua jenis stroke, baik ringan atau kronis, adalah hal berbahaya yang harus segera diatasi.

Serangan Transient Ischemic atau stroke ringan memang bisa sembuh dengan sendirinya dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.

Jangan abaikan hal ini karena bisa berakibat fatal di masa depan. Pasalnya, mereka yang menderita stroke ringan hampir 10 kali lebih mungkin untuk terserang stroke kronis.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/28/070000665/5-mitos-keliru-seputar-stroke

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke