Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Perlunya Batasi Akses Media Digital Anak, Hindari Obesitas hingga Gangguan Tidur

Bagi sebagian orangtua, media digital, baik televisi maupun ponsel, menjadi "penyelamat" kala mereka tak punya cukup waktu untuk menemani anak-anaknya.

Namun, perlu diingat, cara seperti ini tak selamanya baik.

Akses media digital tanpa batas berpotensi memengaruhi psikologis dan tindakan anak.

Terutama, jika tak ada pengawasan terhadap konten yang mereka akses.

Dikutip dari Healthy Children, American Academy of Pediatrics (AAP) membeberkan sejumlah hal tentang penggunaan media digital baik itu TV, komputer, smartphone, maupun sumber informasi lainnya yang perlu diperhatikan para orangtua.

AAP menyebutkan, ada beberapa fakta terkait penggunaan media digital, salah satunya pada pelajar.

Fakta itu di antaranya para remaja sebagian besar memiliki ponsel dan bisa mengakses interner serta melakukan aktivitas apa saja dengan perangkat dalam genggamannya.

Akses ini membuat mereka memiliki tingkat aktivitas yang tinggi di dunia maya, dan pasti memiliki akun di berbagai platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Snapchat.

Orangtua disarankan membatasi penggunaan media digital oleh anak.

Mengapa penggunaan media digital perlu dibatasi?

Alasannya, ada beberapa dampak buruk dari penggunaan media digital baik TV, ponsel, dan perangkat digital lainnya.

Beberapa dampak buruk tersebut di antaranya adalah:

1. Obesitas

Remaja yang umumnya memiliki TV pribadi di kamarnya, umumnya memiliki kecenderungan untuk menonton TV secara berlebihan.

Jika itu terjadi, mereka yang menonton TV lebih dari 5 jam per hari berisiko mengalami obesitas 5 kali lebih besar daripada remaja yang menonton 0-2 jam.

2. Gangguan tidur

Anak-anak yang terus-terusan menatap layar ponsel, baik bermain game, maupun menjelajah media sosial, berpotensi mengalami masalah gangguan tidur.

Hal ini terjadi karena paparan cahaya bisa mengganggu sehingga membuat mereka susah tidur.

Akibatnya, akan berdampak buruk bagi perkembangan mereka di sekolah.

3. Kurang peka

Anak-anak yang terlalu lama bergelut dengan dunia internet, seperti bermain game online secara terus menerus, akan membuat mereka kurang peka dengan sekitar.

Biasanya, mereka memiliki kecenderungan kurang tertarik dengan hubungan di kehidupan dunia nyata.

Jika itu terjadi, kecenderungan anak mengalami depresi ke depannya bisa lebih besar.

4. Pengaruh terhadap prestasi di sekolah

Ketika anak terlalu banyak menggunakan media digital, mereka bisa kehilangan fokus terhadap tugas-tugas di sekolah dan kewajiban-kewajiban mereka lainnya.

Lama kelamaan, hal ini bisa memengaruhi prestasi mereka di sekolah.

5. Bertindak negatif

Paparan konten negatif di media sosial juga bisa terjadi pada anak yang mengakses media digital tanpa baras.

Misalnya, karena pengaruh orang-orang yang mereka ikuti di media sosial.

6. Sexting dan ancaman predator

Sexting merupakan tindakan mengirim gambar telanjang atau setengah telanjang serta pesan teks eksplisit secara seksual menggunakan ponsel.

Hal-hal semacam ini berpotensi dimanfaatkan para predator tak bertanggung jawab.

Apalagi, anak dan remaja belum sepenuhnya memahami soal penggunaan dan pengaturan privasi di media sosial, e-mail, maupun game online.

7. Cyberbullying

Anak-anak dan remaja yang aktif di dunia online bisa saja mengalami cyberbullying yang tentunya akan berdampak buruk terhadap masalah sosial, akademik maupun kesehatan dalam jangka panjang.

Bagaimana menggunakan media digital yang sehat?

Orangtua disarankan mengatur penggunaan media digital secara dipersonalisasi untuk anak-anak mereka.

Pengaturan penggunaan media digital ini harus mempertimbangkan usia, kesehatan, kepribadian, dan tahap perkembangan anak.

Contohnya, semua anak dan remaja memerlukan waktu tidur 8-12 jam tergantung usia, aktivitas fisik, serta waktu yang benar-benar bebas dari media digital.

Selengkapnya, berikut pedoman penggunaan media digital yang sehat:

  • Cari tahu media digital yang sering digunakan anak-anak Anda di rumah. Setelah itu, tetapkan batasan waktu bagi mereka dalam mengakses konten tersebut.
  • Periksa apa saja yang mereka akses dan tonton demi melindungi mereka dari hal-hal yang buruk
  • Hindari paparan perangkat atau layar 1 jam sebelum tidur,. Jauhkan ponsel dari mereka saat tidur.
  • Jauhkan anak dari perangkat apa pun ketika mereka melakukan pekerjaan rumah.
  • Rencanakan waktu khusus untuk berkumpul bersama dan bebas dari media digital dalam bentuk apa pun.
  • Tentukan lokasi khusus yang dilarang memegang perangkat digital di rumah.
  • Upayakan ada waktu khusus untuk berkumpul bersama dan membicarakan hal-hal yang penting untuk kepentingan bersama
  • Berikan contoh yang baik seperti mematikan TV maupun ponsel ketika anda menetapkan “waktu bebas media”
  • Pastikan keluarga yang lain saat berkunjung ke rumah memahami dan ikut melaksanakan aturan “bebas media” yang Anda buat
  • Berikan pemahaman mengenai bahaya sexting, serta privasi di dunia maya.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/06/175759265/alasan-perlunya-batasi-akses-media-digital-anak-hindari-obesitas-hingga

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke