Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita tentang TV Kabel yang Digerus TV Streaming

KOMPAS.com - Sudah lebih dari satu dekade, setiap pulang kerja, Sugiharto (48), seorang karyawan di Jakarta menikmati hiburan saluran-saluran di TV kabelnya.

Namun awal tahun ini, ia menyetop langganan TV kabelnya.

"Dulu pakai Telkomvision kemudian ganti jadi Indovision. Tapi baru stop dan ganti jadi set top box Android Januari lalu," kata Sugiharto.

Sugiharto awalnya mengira set top box Android seharga Rp 300.000 yang dipasangnya hanya akan sebagai pelengkap. Ia tak yakin bisa hidup tanpa TV kabel.

Namun belakangan, set top box Android lebih sesuai dengan kebutuhannya.

Ia bisa menentukan sendiri kapan menonton film dan program kesukaan dengan biaya lebih murah.

Biaya berlangganan Netflix saja, tiga kali lebih murah daripada biaya berlangganan TV kabel. Untuk sambungan internetnya, sudah tersedia di rumah.

"Pas kemarin petugas Indovision ambil parabola dan decodernya, dia bilang banyak juga sekarang pelanggan yang berhenti berlangganan karena beralih ke TV streaming," ujar Sugiharto.

Terus turun

Menurunnya jumlah pelanggan Indovision yang ganti nama jadi MNC Vision pada 2017 bukan perasaan semata.

Berdasarkan laporan keuangan MNC Vision, jumlah pelanggan terus turun sejak 2016.

Pada 2016, jumlah pelanggan sebanyak 2.495.585, turun empat persen dari tahun sebelumnya.

Pelanggan kembali turun enam persen pada 2017 menjadi 2.480.973.

Memasuki 2018, pelanggan turun lima persen jadi 2.404.838.

Sejak 2011, pendapatan MNC Vision masih naik hingga mencapai tertingginya sebesar Rp 3,7 miliar pada 2014.

Namun setelah itu pendapatannya turun hingga Rp 2,6 miliar pada 2017.

Sejak pertama berdiri, mereka selalu mengalami kerugian.

Bagaimana dengan televisi berlangganan lainnya?

Selain MNC Vision, ada First Media dan BiG TV milik Lippo Group, Nexmedia milik grup EMTEK, K-Vision milik grup Kompas Gramedia, Orange TV milik grup Sinarmas, Topas TV, pendatang baru MyRepublic, serta Biznet Home.

Ada pula Indihome milik Telkom dan Transvision milik Trans Media. Sebelum Indihome, ada Telkomvision. Namun pada 2013, Telkom melepasnya ke Trans Media karena tak mampu bersaing.

Jika MNC Vision masih terselamatkan karena pelanggannya paling banyak, Nexmedia harus terjungkal.

Kepada pelanggannya, Nexmedia pamit bakal undur diri pada akhir bulan ini, 31 Agustus 2019, setelah delapan tahun siaran. Tak diketahui persis apakah penutupan disebabkan turunnya jumlah pelanggan.

Presiden Direktur PT Mediatama Anugrah Citra (Nexmedia) Junus Koswara enggan menjawab soal lesunya bisnis Nexmedia.

Namun ia membenarkan layanan streaming digital berpengaruh terhadap bisnis TV kabel.

"Arahnya sepertinya ke sana ya," kata Junus kepada Kompas.com, Senin (19/8/2019).

Lebih pilih streaming

Di Amerika Serikat, sejak 2010, puluhan juta orang sudah berhenti berlangganan TV kabel. Selama satu dekade terakhir, masyarakat di Amerika Serikat menikmati banjirnya layanan streaming seperti Netflix, Hulu, Amazon Prime Video, Sling TV, HBO, hingga Youtube TV yang berbayar.

Di Eropa, TV kabel hanya meningkat di beberapa negara seperti Spanyol, Rusia, Perancis, dan Polandia. Pertumbuhannya pun tak signifikan, hanya 1,3 persen menurut Strategy Analytics.

Sementara di belahan Eropa lainnya seperti Denmark, Swiss, dan Jerman, angkanya menurun. Di Inggris, hampir setengah juta rumah berhenti berlangganan TV kabel pada 2018 saja.

Dengan banyaknya pilihan di internet--ada yang berbayar dan gratis--untuk apa masih berlangganan TV dengan parabola yang kontennya linear dan terbatas pada jam tayang?

Ketua Bidang Industri Penyiaran Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Hardijanto Saroso mengatakan, di Indonesia televisi kabel tak lagi bisa berdiri sendiri.

Era warga kota dan desa berbondong-bondong berlangganan TV kabel agar bisa mendapat siaran televisi dengan kualitas baik, sudah memasuki senja kalanya.

Kini, televisi kabel hanya menjadi "bonus" bagi layanan internet.

"Di kabel, orang bukannya jualan video tapi jualan data. Indihome dan Firstmedia jualannya, 'Anda mau interet nanti tambah ada multichannel videonya (TV kabel), tapi tambah dikit (biayanya)'. Ini jadi secondary," kata Hardijanto.

Namun pola bisnis ini bisa jadi pisau bermata dua bagi penyedia paket internet dan televisi kabel. Kendati sudah membayar untuk televisi kabel, bisa jadi pelanggan lebih memilih menonton tayangan di Internet.

"Masalahnya udah pasang internet, ada Netflix, Iflix, muncul semua. Belum lagi yang film bioskop, sekarang seminggu udah tayang di internet," ujar Hardijanto.

Berdasarkan laporan Asian Pacific Pay TV Forecasts, pelanggan TV kabel digital bakal stagnan. China akan kehilangan 25 juta pelanggannya dari 2018 hingga 2024.

Sementara untuk pelanggan kabel analog di Asian akan kehilangan 33 juta pelanggan di China dan India. Kedua negara itu memiliki pelanggan TV kabel terbanyak.

Hardijanto memperkirakan dalam kurun waktu lima tahun ke depan, industri TV kabel bakal terpukul dengan masifnya penetrasi digital.

Apalagi, penetrasi TV kabel di Indonesia tak terlalu kuat, hanya sekitar lima persen dari total rumah.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/08/25/060000265/cerita-tentang-tv-kabel-yang-digerus-tv-streaming

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke