Selain melalui radio, masyarakat Surabaya juga mengikuti perkembangan berita proklamasi melalui surat kabar Suara Asia.
Seiring penerimaan berita ini, masyarakat Surabaya segera mengonsolidasikan diri dengan membentuk lembaga sesuai ketentuan proklamasi dan UUD 1945, serta badan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Selain di Surabaya, siaran mengenai berita proklamasi juga sampai ke masyarakat di Malang dan Madiun.
Namun, masyarakat Malang dan Madiun merasa ragu akibat siaran susulan yang menyatakan ketidakbenaran berita proklamasi tersebut.
Keraguan warga Malang akhirnya hilang setelah menerima telepon dari penumpang kereta api di Stasiun Gubeng dan Pasar Turi.
Mereka semakin yakin setelah Harjadinata hadir. Harjadinata adalah seorang tokoh asal Malang yang bekerja sebagai pegawai di Kotapraja Surabaya dan turut menghadiri rapat di Surabaya pada 19 Agustus 1945.
Baca juga: Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Maluku dan Papua
Tidak hanya masyarakat Malang dan Madiun, warga Bojonegoro juga meragukan berita kemerdekaan Indonesia akibat adanya ralat dari pemerintah Jepang.
Keraguan tersebut pada akhirnya teratasi dan masyarakat segera mengadakan rapat besar di pusat Kota Bojonegoro, yang dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur RMTA Suryo pada 19 Agustus 1945.
Di Kota Kediri, berita proklamasi kemerdekaan berusaha ditutup rapat-rapat oleh tentara Jepang yang kekuasaannya masih dominan di sana hingga akhir Agustus 1945.
Meski begitu, berita proklamasi kemerdekaan Indonesia secara perlahan tetap menyebar di Kota Kediri.
Referensi: