Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan di Jawa Timur

Setelah itu, dimulailah penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia ke berbagai wilayah, termasuk ke Jawa Timur.

Proses penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilakukan oleh rakyat Jawa Timur sempat terhambat karena adanya gangguan dari pihak tentara Jepang.

Bahkan akibat aksi-aksi Jepang, masyarakat di beberapa daerah Jawa Timur sempat meragukan kebenaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Berikut ini proses penyebaran berita proklamasi kemerdekaan Indonesia di Jawa Timur.

Penyebaran berita proklamasi di Jawa Timur

Di Surabaya, berita proklamasi kemerdekaan Indonesia disebarkan melalui radio dan surat kabar.

Setelah Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, Jepang berupaya menghambat penyebaran berita tersebut.

Salah satu cara yang dilakukan militer Jepang adalah menerapkan sensor terhadap berita-berita yang disiarkan, baik di radio maupun media cetak.

Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia diterima dalam bentuk kode morse oleh kantor berita Domei di Surabaya pada pukul 11.00 WIB.

Namun, oleh pihak Jepang, berita sempat diralat bahwa peristiwa tersebut tidak benar.

Meski disensor oleh Jepang, orang Indonesia yang bekerja di Domei saat itu sudah membaca informasi dari Jakarta.

Mereka adalah Markonis Yakub, RM Bintarti, Sutomo (Bung Tomo), dan Astuti Askabul.

Ketika berita sampai ke Markonis Yakub, ia segera meneruskannya ke RM Bintarti dan Bung Tomo.

Pada 18 Agustus 1945 pukul 19.00 WIB, radio Hosokyoku (sekarang RRI Surabaya) menyiarkan berita proklamasi dalam Bahasa Madura agar tidak dimengerti oleh Jepang dan terhindar dari sensor Kempeitai atau polisi militer Jepang.

Barulah sehari setelahnya, atau pada 19 Agustus 1945, masyarakat Surabaya menyiarkan teks proklamasi dalam bahasa Indonesia.

Selain melalui radio, masyarakat Surabaya juga mengikuti perkembangan berita proklamasi melalui surat kabar Suara Asia.

Seiring penerimaan berita ini, masyarakat Surabaya segera mengonsolidasikan diri dengan membentuk lembaga sesuai ketentuan proklamasi dan UUD 1945, serta badan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan.

Selain di Surabaya, siaran mengenai berita proklamasi juga sampai ke masyarakat di Malang dan Madiun.

Namun, masyarakat Malang dan Madiun merasa ragu akibat siaran susulan yang menyatakan ketidakbenaran berita proklamasi tersebut.

Keraguan warga Malang akhirnya hilang setelah menerima telepon dari penumpang kereta api di Stasiun Gubeng dan Pasar Turi.

Mereka semakin yakin setelah Harjadinata hadir. Harjadinata adalah seorang tokoh asal Malang yang bekerja sebagai pegawai di Kotapraja Surabaya dan turut menghadiri rapat di Surabaya pada 19 Agustus 1945.

Tidak hanya masyarakat Malang dan Madiun, warga Bojonegoro juga meragukan berita kemerdekaan Indonesia akibat adanya ralat dari pemerintah Jepang.

Keraguan tersebut pada akhirnya teratasi dan masyarakat segera mengadakan rapat besar di pusat Kota Bojonegoro, yang dihadiri oleh Gubernur Jawa Timur RMTA Suryo pada 19 Agustus 1945.

Di Kota Kediri, berita proklamasi kemerdekaan berusaha ditutup rapat-rapat oleh tentara Jepang yang kekuasaannya masih dominan di sana hingga akhir Agustus 1945.

Meski begitu, berita proklamasi kemerdekaan Indonesia secara perlahan tetap menyebar di Kota Kediri.

Referensi:

  • Abdurakhman dan Agus Setiawan. (2018). Atlas Sejarah Indonesia: Berita Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaaan.

https://www.kompas.com/stori/read/2024/05/03/170000479/penyebaran-berita-proklamasi-kemerdekaan-di-jawa-timur

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke